Kisah Kesembilan - Negara Berpolitik | 2018
"Pak Geni nyaleg loh!"
Demikian sebuah obrolan santai di sore hari dimulai. Rido dan kawan-kawannya asik nongkrong di warung kopi langganan sambil bermain catur, sekadar membunuh waktu sebelum harus kembali menghadapi istri masing-masing di rumah.
"Geni sopo to?" sahut seorang tukang becak yang sering mangkal di depan warung. "Geni cah cilik RT sebelah?!"
(Geni siapa to? Geni anak kecil dari RT sebelah?!")
"Dul, Dul. Geni itu loh, yang baru tahun lalu kena tangkap KPK. Katanya sih kena kasus suap proyek bendungan," sahut Rido tidak terima. "Makanya, HP itu dipake baca Line Today, jangan cuma dengerin dangdut!"
"Lha, lapo wong iku nyaleg maneh? Wes jelas ra nggenah."
(Lha, buat apa orang itu nyaleg lagi? Sudah jelas tidak benar.)
"Gimana lagi, kalo ga nyaleg, ya ga dapat ceperan. Dari mana duitnya?" sahut Khoirul, seorang office boy.
"Guendeng tenan, sopo seng gelem nyoblos dee?"
(Gila betul, siapa yang mau mencoblos dia?)
"Mbuh, Dul. His name is also work! Namanya juga usaha," balas Khoirul geleng-geleng kepala.
"Ya gampang to, ga usah milih dia lagi." Rido menambahkan. "Untungnya sih, indonesia masih pake sistem demokrasi. Jadi pilihan rakyat masih terasa."
"Halah-halaaaah! Kalo orang kaya mah bebas. Tinggal bagi-bagi duit cemban juga banyak yang bakal milih dia. Nasib negara selama lima tahun ditukar dengan duit kecil." Khoirul menggeleng-gelengkan kepala sambil menandaskan kopi arang miliknya.
"Yaaaah, masih ada orang-orang yang ga bisa dibeli sama uang kok," bantah Rido sebelum mengisap dalam-dalam rokoknya.
"Tapi nasibnya kaya Ahok!" seru Khoirul sambil tertawa.
"Westalah! Lapo mikir angel-angel! Kene iki wong cilik! Ra iso macem-macem." Dul mengibas-ibaskan tangannya di udara. "Yang penting sesuk jek isa mangan!"
(Sudahlah! Buat apa berpikir yang susah! Kita ini orang kecil! Tidak bisa macam-macam. Yang penting besok masih bisa makan!"
Rido menggelengkan kepala. Dia ingin membalas tapi menyadari bahwa yang dikatakan Dul benar. Pria itu mengisap rokoknya dan memenuhi paru-paru dengan tembakau. Diembuskannya asap berbau tajam itu ke udara sementara dirinya bertanya-tanya, apa yang bisa dia lakukan untuk bangsanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top