Kisah Keduapuluh - Pertemuan Empat Mata
Terra Benedict berjalan melewati sebuah pintu dari kayu mahoni gelap. Wajah tirus wanita itu tersembunyi dibalik jaket yang memiliki kerah tinggi. Seorang bartender menyapa dan menawarinya minum ketika dia melintas di depan meja panjang yang kosong. Terra menolak dengan sebuah gelengan dan langsung menuju ke sebuah meja yang terletak di ujung ruangan, tempat seorang pria berambut hitam sedang duduk dan menikmati cocktail.
Pria itu menyesap minumnya perlahan sambil merenung, memakai jas hitam dan kemeja putih. Dia mengangkat kepala ketika mendapati bahwa seorang wanita asing duduk di hadapannya. Sebuah senyum muncul di wajah.
"Maaf, Nona. Aku sedang tidak ingin berbincang," ucapnya dengan nada bicara yang halus tapi tajam.
"Aku datang membawa penawaran." Terra tidak memedulikan ucapan pria itu.
Alis hitam pria itu terangkat heran. Matanya menilik sosok di hadapannya dengan teliti dan senyumnya melebar. Dia tahu apa pekerjaan wanita itu. Bagaimana pun juga, dia pernah menghabiskan waktu cukup lama dengan seorang yang mirip dengan teman barunya.
Dia menyesap minumannya lagi sebelum berkata, "Sebenarnya aku tidak tertarik dengan apa pun yang akan kau tawarkan, tapi menghargai usahamu untuk menemukanku, aku izinkan kau berbicara sebelum aku pergi." Pria itu meletakkan gelas martini kosong di atas meja.
"Pengetahuanmu dengan kebebasan." Terra berkata tanpa basa-basi. Mata coklatnya menatap tajam ke arah raut wajah lawan bicaranya. Wajah pria itu termasuk lembut untuk ukuran laki-laki dan cukup tampan. Perhatian Terra terarah pada bekas luka tipis di pelipisnya.
"Aku tidak tertarik, Nona ...."
"Benedict." Terra mengeluarkan secarik kertas bertuliskan angka-angka yang berderet. "Hubungi aku bila kau berubah pikiran. Kau tahu, kami bisa melakukan banyak hal untuk memaksamu kembali ke permukaan, tapi kami ingin menawarkan kerja sama terlebih dahulu,"
Pria itu kembali tersenyum. "Kau mengancam?"
"Tidak, hanya memberi peringatan." Terra bangkit berdiri. "Aku harap kau memikirkan tawaran kami baik-baik, Tuan Spade."
Viscount Spade memandangi sosok kurus itu berjalan menuju pintu bar dan menghilang di baliknya. Dia mengambil kertas yang ditinggalkan di atas meja dan membaliknya. Kosong. Tidak ada informasi apa-apa di sana. Ini kabar buruk. Jika ada yang berhasil menemukannya, pihak-pihak lain juga akan menyusul tak lama kemudian. Kini dia benar-benar mempertimbangkan tawaran yang ditawarkan tamu misteriusnya.
*******************************
Maaf menghilang. Mood menulisku menyentuh dasar dan baru-baru ini kembali. Aku akan segera merapel semua tema yang sudah terlewat hahahah~
Doakan saja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top