Kisah Kedua Puluh Dua - Menjelang Ajal

Aku berusaha sebisa mungkin bertahan tapi mereka menarikku terlalu kuat. Tanpa bisa berbuat apa-apa kaki-kakiku terpaksa. Aku tahu ke mana aku akan pergi, teman-temanku pernah bercerita.

Tempat pembantaian.

Begitu mereka menyebut. Setiap dari kami yang pergi ke sana tidak pernah kembali. Aku sudah kehilangan lebih dari setengah teman, termasuk dua sahabat dan seorang saudara. Kini giliranku untuk ke sana. Aku bertekad melawan, berusaha lari ketika para penangkap menghampiri kurungan, tapi sia-sia. Tali mereka dengan cepat melilit kakiku hingga aku terjungkal dan dengan tali yang sama mengikat leherku. Aku dibawa ke tempat itu dalam keadaan terikat, hanya ketika sudah dekat, mereka melepaskanku dan aku kembali berusaha melawan.

Sia-sia.

Kekuatan mereka lebih besar. Ada lebih dari tiga orang laki-laki menarikku. Ketika aku memandang sekeliling, ada seorang berbadan besar memegang golok yang entah mengapa aku tahu untukku.

Kukerahkan tenagaku untuk terakhir kalinya, hanya untuk mendapati bahwa kakiku kembali terikat. Aku terhuyung dan jatuh. Sebuah bayangan menutupi pandanganku dari langit. Lelaki pemegang golok. Aku menutup mata ketika golok itu diayun tinggi-tinggi.

Tak lama kemudian aku merasakan bilah logam yang dingin di leherku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top