Jauh Sebelum Masa | 2024
Cerita aneh dari sang pemimpin grup berbaju hazmat membuatku tidak nyaman. Fabel mengerikan tentang pengkhianatan, aku berusaha menebak apa yang sedang berusaha dia sampaikan.
Apakah memintaku untuk waspada? Atau berharap aku menyerahkan diri seperti si babi?
Perasaanku tidak enak, tapi pilihan apa yang kupunya selain mengikuti mereka? Lari di antara tanah tandus dan reruntuhan bangunan tanpa arah terdengar seperti upaya bunuh diri yang menyakitkan.
Kaki telanjangku melangkah di antara kasarnya tanah dan bebatuan terasa perih karena tergesek debu dan kerikil. Namun, hanya itu, aku bahkan tidak merasa capek setelah berjalan entah berapa lama. Yang aku tahu, tubuh lamaku tidak akan bertahan bila harus berjalan berjam-jam.
"Kita sampai," ucap sang pemimpin sambil memberi tanda pada yang lain untuk berhenti.
Ada pintu besi yang mengarah ke bawah tanah. Salah satu orang berpakaian hazmat membukanya dan kami semua berjalan turun, tetap dengan aku di tengah. Kami kemudian melewati serangkaian sterilisasi mulai dari disemprot disinfektan, sinar UV, hingga melalui sebuah ruangan di mana kami harus mandi. Seorang wanita dari grup memandikanku, memastikan seluruh lekuk tubuhku terkena sabun.
Risih.
Tapi kata mereka itu adalah prosedur. Aku menahan diri dari memberontak. Perlakuan seperti ini bisa kutanggung asal aku menemukan cara kembali pulang.
Setelah semuanya selesai, aku diberikan pakaian yang lebih layak daripada gaun rumah sakit lusuh. Celana kain dan tunik polos berwarna biru dan putih serta alas kaki serupa flat shoes. Kemudian aku dibawa ke ruangan kosong dari besi hanya dengan sebuah kaca di satu sisi.
Seperti ruang introgasi.
Aku duduk di kursi besi dengan bantalan tipis yang tidak membatu sama sekali. Pantatku masih dapat merasakan kerasnya besi. Di depanku ada sebuah meja dengan air dan semacam kerupuk dalam mangkok kecil. Kupandangi dua benda itu, aku tidak merasa haus atau lapar, bahkan setelah berjalan sekian lama.
Aneh.
Alisku berkerut menyadari beberapa hal tak lazim pada badan yang kutempati.
"Kau tahu, dinosaurus punah karena tidak bisa beradaptasi pada perubahan iklim yang terjadi."
Suara yang kukenali sebagai suara sang pemimpin regu terdengar di speaker. Ketika kupandang di kaca, aku melihatnya. Seorang pria kaukasian berusia dua puluhan dengan rambut tembaga berjalan masuk dan duduk. Tatapan kami sejajar. Aku dapat melihat mata birunya. Rahangnya tegas bagai dipahat dari batu sementara cambang tidak rapi menutupi kulit di sekitar mulut.
"Begitu pula dengan manusia jika kita tidak bisa beradaptasi," lanjutnya, melipat tangan.
Sepertinya dia memang suka berbicara dengan menggunakan hewan sebagai perbandingan.
Aku tidak menjawab, hanya mengamati.
"Kau adalah bukti bahwa manusia bisa beradaptasi." Dia tersenyum lebar. "Maaf untuk ketidaknyamanan yang terjadi. Karena kondisi yang buruk, kami terpaksa mengisolasimu sampai kami bisa memastikan kau tidak membawa virus berbahaya. Namaku Derek. Senang bertemu denganmu, kini waktunya bercerita tentang apa yang kau ingat."
Aku tidak langsung berbicara, mempertimbangkan jujur atau tidak. Sambil mengangkat kepala, aku memandang ke arah lawan bicaraku, mencari petunjuk apa yang dia rencanakan dari ekspresi dan gelagatnya.
Namun, pilihan apa yang kupunya?
Kesempatanku adalah memastikan bahwa dia bisa membantuku untuk pulang.
"Sebenarnya, aku berasal dari masa lalu, seperti dinosaurus yang kau sebutkan."
Mata birunya membulat tidak percaya, tapi aku terus melanjutkan ceritaku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top