Despair | 2019

Gadis itu memandang kejadian di hadapannya dengan mata terbelalak lebar. Tangannya gemetar sementara air mata mengalir di kedua pipinya. Jantungnya berdetak di luar kendali dan seluruh instingnya berteriak untuk lari.

Ke mana?

Akal sehatnya bertanya. Pada saat itu dia sadar, bahwa seluruh harapan telah lenyap.

Seekor monster raksasa mengayunkan satu tangannya dan meremukkan sang paladin. Perisainya yang awalnya berwarna perak tak bernoda kini penyok berlumuran darah. Tubuhnya hancur tak berbentuk, menjadi gumpalan daging yang tak lagi bisa dibilang manusia.

Panah sang ranger terpental sia-sia menghantam kulit keras dan tebal sementara ekor monster yang panjang menyabetnya, menghantam telak di perut hingga pemuda itu muntah darah dan tulang punggungnya patah.

Partynya habis dalam sekejap. Sang penyembuh sudah mati ketika pertempuran dimulai, menyisakan tubuh yang berlobang ditembus tombak es.

"Kalian tidak memiliki kesempatan untuk menang. Kaum iblislah yang berkuasa."

Sebuah suara parau bergema dari kerongkongan monster tersebut. Langkah bedebumnya mendekat ke arah satu-satunya yang tersisa.

Mata coklat itu melihat kematian begitu dekat ketika satu tangan monster yang menyerupai naga itu terangkat.

Mereka adalah pasukan terbaik yang dimiliki manusia. Penyihir tertinggi, sang bishop, paladin yang perisainya tak tertembus, sang penombak yang tak pernah meleset. Semuanya lenyap di hadapan kekuatan yang sejati.

Cukup satu monster untuk menghancurkan benteng terbaik manusia.

Hal terakhir yang dia rasakan sebelum tangan raksasa itu menghantamnya adalah, hilangnya harapan dan keberanian.

=============

Pernahkah kalian mendengar kata Cabar? Itu menjadi kata tema hari ini :D

cabar/ca·bar/ark a

1 hilang dayanya; tidak manjur (tentang guna-guna dan sebagainya): keampuhan aji-aji itu akan -- manakala terdengar ayam berkokok; 2 tawar (tentang hati, keberanian); 3 kurang ingat; lalai; lengah; 4 kurang (tidak) hemat; boros: orang yang -- tidak akan kaya;

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top