Akhir Zaman | 2024
Rasa takut merayap naik membuat tubuhku gemetar, tapi aku berusaha untuk mengendalikan diri. Aku harus terus bergerak.
Mengamati keadaan sekitar, aku mencari jalan keluar. Di antara puluhan pintu, aku menemukan satu pintu yang berbentuk lain. Sebuah pintu ganda dari besi dengan gagang.
Menelan rasa takut, aku memeriksa ruangan-ruangan di antara pintu-pintu itu secara acak, berharap mendapat sesuatu. Petunjuk atau senjata, bahkan sekadar alat untuk membantuku bertahan hidup, tapi setelah mencari di lima ruangan, aku tidak mendapat apa-apa. Ruangan-ruangan itu persis seperti kamar tempat aku terbangun, kosong melompong.
Maka, tidak memiliki pilihan lain, aku berjalan menuju pintu ganda dan membukanya.
Kali ini tidak ada suara derit. Melewati pintu itu, aku melihat sebuah lorong panjang berwarna metalik dengan sesosok manusia terbaring membelakangiku di lantai tak jauh dari tempatku berdiri.
"Halo?" panggilku seraya mendekat.
Tidak ada balasan. Sosok itu tergeletak tak bergerak. Jantungku berdentam keras dalam rongga dada. Dia memakai jubah putih seperti dokter dengan celana panjang berwarna coklat tua, rambutnya pendek berwarna hitam. Sepatu pantofelnya masih terlihat mengkilat.
Sepuluh langkah jarak kami.
Aku memanggilnya lagi.
Tetap tidak ada balasan membuatku makin tidak nyaman.
Lima langkah.
Satu langkah.
Bahkan ketika bayanganku menutupi tubuh itu, dia tidak menunjukkan pergerakan. Firasat buruk menggantung, tapi aku memberanikan diri menyentuhnya dengan kaki.
Kaku.
Aku menelan ludah, menduga yang terburuk. Dengan keberanian yang berusaha kumunculkan, aku berjalan mengitari untuk melihat wajah sosok itu.
Napasku tertahan. Sementara tubuhku terjatuh di lantai dingin karena rasa kaget dan gemetar.
Wajah yang kulihat membuat bulu kudukku merinding. Di tempat mata berada hanya ada rongga kosong dan mulutnya menganga tanpa gigi. Kulitnya terlihat melepuh dan keriput dengan bintik-bintik besar berwarna merah tua.
Sambil berkeringat dingin, aku merangkak mundur. Napasku memburu. Butuh waktu hingga aku kembali mendapatkan kembali ketenanganku. Tubuh itu tidak bergerak walau aku sempat berhalusinasi tangan dengan warna kulit yang tidak wajar itu berdenyut.
Dia sudah mati.
Kesadaran itu menghantamku ketika aku berusaha meredam gemetar.
Tapi aku masih hidup dan aku harus pulang.
Menguatkan tekad, aku mencari petunjuk. Ada buku catatan mencuat dari saku kemeja kotak-kotak yang dia pakai. Ada tag nama yang menggantung di lehernya.
Meyer, Anton.
Staff of welfare.
Tidak ada nama perusahaan atau logo. Aneh.
Aku mengambil buku catatan itu dan membacanya.
Sebuah diari singkat. Isinya dibedakan berdasarkan tanggal tapi tulisan per tanggalnya hanya satu hingga lima kalimat. Lebih merupakan rangkuman daripada cerita personal.
Aku membacanya sekilas. Ada satu tulisan yang menarik perhatianku.
4 Juni 2370
Upaya kami gagal. Akhir zaman benar-benar terjadi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top