Part 2 - Dia Kasih
Part 2 – Dia Kasih
Tanganku masih bergetar menerima panggilan itu, "Mas Dhika, halo, masih di sanakah?"tanya Bi Pinah menanyakan keberadaanku di sebrang telepon. "Iya Bi, saya masih di sini"jawabku. "Mas Dhika bisa kemari, ke Bandung ?"tanyanya. Pantas aja aku mencari-cari wanita itu ternyata dia ke Bandung, selama ini aku mencarinya di Singapur.
"Bisa Bi Pinah beri tahu alamat rumah sakitnya?"tanyaku. "Bisa mas, Rumah Sakit Harapan Jaya, di jalan pelita, Bandung, saya harap mas bisa segera ke sini ya, saya tidak bisa terus-terusan menjaga Aidan, Bibi juga punya keluarga mas, mohon mengerti"ujarnya.
"Baiklah Bi, terimakasih, saya akan segera ke sana"jawabku. Kemudian memutuskan sambungan telepon tersebut. Aku simpan nomor telepon yang tertera di layar telepon rumahku. Aku menghembuskan nafasku dalam, sungguhkah hal ini terjadi? Siapa Kasih siapa dia? Aku hanya mengenal wanita di Club Star Night itu sebagai seorang DJ setelah itu aku tak mengingat apapun, sial gara-gara minuman keras laknat itu.
"Dhika telepon dari siapa itu?" tanya Anthony kepada Dhika, tampaknya Anthony terbangun karena telepon tersebut. "Ayah..."ujar ku kemudian memeluk ayah. "Ada apa Dhika? Mengapa kau memeluk ayah?"tanya Anthony.
"Maafkan aku ayah"ujarku menangis terisak, biarkanlah aku di anggap pria cengeng. "Ada apa ceritakan pada Ayah"ujar Anthony. Aku menceritakan segalanya kepada ayah. "Maksudmu kau memiliki anak?"tanya Ayah. "Dhika belum memastikannya Ayah, Dhika juga masih bingung apakah benar Aidan anak Dhika, dan mengapa di sembunyikan selama ini?"ujarku jujur.
"Kau yakin nak? Bisa saja ini semua hanya modus tipuan seseorang"ujar Anthony. "Entahlah, Ayah, aku harus ke Bandung segera untuk mencari tahu semuanya"ujarku. "Ayah ikut"ujar Anthony. "Sungguh Ayah?"tanyaku, Anthony mengangguk.
"Ayah, aku harap kita jangan dahulu memberitahu bunda, hal yang belum pasti ini"pintaku kepada Anthony. "Ayah juga sependapat dengan dirimu"ujar Anthony. "Dhika mari kita bergegas, sebentar lagi subuh, setelahnya mari kita berangkat ke Bandung agar semua jelas"ajak Ayah, aku mengangguk menyanggupinya.
***
Kami memberitahu Bunda bahwa ada pekerjaan Ayah yang harus di damping oleh diriku. Ayah melarangku menyetir, Ayah yang bersedia menyetir untukku. Sesampainya kami di rumahsakit, aku segera menelepon Bi Pinah.
" Halo Bi, saya Andhika, ya saya sudah sampai di rumahsakit"ujarku. "Mas Dhika, saya dan Aidan menunggu di depan ICU"ujar Bi Pinah memberitahu.
Aku dan Ayah segera mencari letak ruangan ICU, sesampainya kami di depan ruang ICU, tampak seorang anak lelaki dan wanita paruh baya berdiri di samping tulisan ICU.
"Bi Pinah? "tanyaku menghampiri mereka, "Mas Dhika?" tanyanya. Aku mengangguk. " Bi, ini Papa?"tanya anak lelaki itu ke Bi Pinah, Bi Pinah juga mengangguk. " Mirip sekali dengan foto yang Aidan temuin di balik Biola mama"ujar anak itu lagi.
Aku berjongkok, menyamakan tinggi dengan anak lelaki itu, "Nama mu Aidan?"tanyaku. DIa mengangguk, " Iya benar papa, Aidan Wiratama"ujarnya, "Papa kok lupa kan kata mama papa yang memberi nama itu"ujarnya. Aku mengernyitkan dahiku sungguhkah itu?.
"Maaf ya mas, Aidan memang banyak tanya, mas pasti kebingungan , saya juga bingung mau menjawabnya bagaimana, saya baru mengenal non Kasih dua tahun ini, kebetulan mereka tinggal di sebelah kontrakkan saya"ujar Bi Pinah.
" Saya hanya tetangganya mas, Non Kasih tinggal hanya berdua dengan Aidan, jika non Kasih mengantar kue, Aidan di titipkan ke saya."Jelas Bi Pinah. "Saya hanya menelepon nomor mas Dhika karena di dompet non Kasih ada nomor telepon rumah mas, dan tertulis nama mas Andhika wiratama, ayah Aidan Wiratama, ini mas tulisannya" ujar bi Pinah lagi, kemudian menyerahkan dompet yang di isinya terdapat kertas bertuliskan telepon rumah dan tulisan seperti yang di katakana Bi pinah tadi.
" Jadi mas, selebihnya saya tidak tahu menahu , tentang non Kasih" ujar Bi Pinah. "Mas Dhika, saya boleh mohon pamit? Anak saya masih kecil di rumah, saya ingin segera pulang, Aidan saya serahkan ke mas ya"ujarnya, kemudian pergi. Aku masih diam di tempat. "Dhika, sadar"ujar Anthony yang melihat Dhika terpaku. "Ya ayah?"tanyaku. "Itu Bi Pinah sudah pergi, kamu di suruh jaga Aidan"ujar Anthony. Aku melihat Aidan tersenyum ke arahku.
"Papa sungguh ganteng"ujar Aidan, "Aidan pasti akan mengenalkan papa ke semua teman-teman Aidan bahwa Aidan punya papa"ujar Aidan.kemudian memeluk Dhika.
"Kalau kakek ganteng tidak?"tanya Anthony, "Kakek?"tanya Aidan, Anthony mengangguk. " bule ini kakek Aidan?"tanya Aidan, Anthony kembali mengangguk . "Wow... Aidan punya kakek bule"ujar Aidan kegirangan kemudian memeluk Anthony.
Aku hanya dapat melihat pemandangan antara Ayah dan Aidan yang menurutku lucu. Aku masih memgang dompet pemberian dari Bi pianh. Aku membuka Dompet tersebut, tampak sebuah foto wanita dewas dan Aidan, ini kah Kasih? AKu mengamati dengan jelas foto tersebut karena saat aku bertemu kasih saat itu Halloween dan dia memakai wig, di foto ini aku seperti menyadari sesuatu.
"Astaga Ayah, Ini Kasih, Kasih atau nama panggilan saat SMA nya , Hanny , dia teman SMA ku bersama CInta"ujarku. "mengapa kamu sampai kehilangan jejak dia?" tanya Anthony, "Kasih hanya hingga kelas dua di SMA ku, kemudian dia pindah entah kemana"jawabku jujur. Setidaknya aku menemukan sedikit titik terang atas teka-teki ini.
Bersambung
Terimakasih telah membaca jangan lupa vote dan commentnya ya!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top