Prolog
Arunika tidak bisa lama-lama berdiri di bawah sinar matahari. Tapi upacara belum juga selesai. Padahal kepala Arunika sudah berat.
Arunika melirik Andin, sahabatnya. Cewek itu sama pucatnya dengan Arunika.
"Mau ke belakang?" tanya Arunika mencoba menahan rasa berat yang makin menerjang kepalanya.
Andin menggeleng. "Gue gak kuat, mau ke belakang, kepala gue berat," bisik Arunika. Yang di beri anggukan Andin.
Kemudian Arunika menoleh ke kirinya. Di sana Candra sedang menatap ke arahnya. Lebih tepatnya menatap Andin.
"Candra," panggil Arunika berbisik yang masih bisa di dengar sama cowok itu.
Candra yang merupakan petugas PMR yang kebetulan piket hari itu menghampiri Arunika.
"Andin kenapa?"
Arunika terlihat tidak suka dengan pertanyaan Candra. "Aku mau ke UKS," ujar Arunika.
Tapi, tanpa di duga, Candra malah memilih untuk berjalan ke samping Andin.
"Lo pucet, Din, ke UKS ya."
Andin mengangguk. Dengan segera Candra memapah Andin. Semua itu terekam jelas oleh mata Arunika.
Dadanya terasa sesak, keringat dingin mengucur dari dahinya. Bersamaan dengan itu kegelapan datang menjemput Arunika.
"Arunika!"
Arunika pingsan, tapi sebulir air mata keluar dari matanya yang terpejam.
Sesakit itukah Arunika?
Bukan tubuhnya, tapi hatinya yang terlalu sakit melihat Candra yang merupakan pacarnya lebih peduli dengan Andin yang tak lain sahabatnya sendiri.
***
Ini cerita baru aku. Kisah Arunika yang di perlakukan tidak adil dengan pacarnya Candra.
Cerita ini akan aku lanjut kalau cerita AdiTita udah tamat, terkecuali banyak yang mau cerita ini cepet up 😁😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top