KA - 5
Berkali-kali Andin menghubungi Arunika, tapi tak juga di jawab. Andin jadi uring-uringan di tempatnya.
Sementara Candra, Willy dan Daru terus saja mencoba menenangkan Andin.
"Palingan udah balik duluan, Din." Willy kembali mencoba menenangkan Andin.
"Enggak mungkin, gue tau Arunika, dia pasti kasih kabar ke gue kalau mau pulang duluan."
"Ya udah gini aja, nanti biar gue ke rumahnya dia," ujar Candra. "Tapi setelah antar lo balik."
Andin menggeleng cepat. "Gue balik sama Daru atau Willy aja, lo langsung ke rumah Arunika, ya. Gue khawatir dia kenapa-kenapa."
Candra jadi ragu, apa kedua temannya dapat di percaya dalam menjaga Andin?
Seakan tau isi pikiran Candra, Daru membuka suara. "Lo tenang aja, gue bisa jaga Andin, kok." Willy mengangguk membenarkan.
"Lagi juga si Aru ngerepotin banget, udah kayak bocah" gerutu Willy.
Andin hanya diam, walaupun Andin tidak menyukai ucapan Willy, namun, apa yang di katakan pemuda itu benar adanya.
"Ya udah sekarang lo balik, ya. Ru, tolong antar Andin, ya."
"Siap. Yok, Din."
Andin mengangguk, kemudian menoleh pada Candra. "Hati-hati, ya, kabarin kalau ada apa-apa."
"Iya. Gue titip Andin, ya. Tolong jaga dia."
Daru mengangguk yakin. Kemudian Andin dan Daru pun pergi. Tinggallah Candra dan Willy yang masih ada di sana.
"Lo gak niat putusin Arunika aja, Dra? Gue liat, dia kayak gak suka gitu liat kedekatan lo sama Andin."
Candra terdiam menatap Willy seakan berpikir. "Enggak lah, kalau gue putusin Arunika, Andin gak ada yang temanin."
"Yaelah, Andin, kan, ada kita-kita, Dra. Lo gak perlu khawatir."
"Tapi Andin gak bisa kayak gitu. Gue bakal bertahan sama Arunika, sampai Andin gak membutuhkan dia lagi."
"Gila! Salut gue sama lo, Dra. Sampai segitunya lo rela berkorban demi Andin." Candra hanya tersenyum simpul.
***
Arunika baru saja sampai di rumahnya. Dia langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Kemudian merogoh tas mengambil ponselnya.
Mata Arunika membulat, kala melihat 20 panggilan tak terjawab dari Andin. Salahkan dirinya yang sudah men-silent ponselnya.
Arunika segera menghubungi Andin balik, tapi tak ada jawaban. Akhirnya Arunika memilih untuk mengirim pesan saja.
Belum ada balasan dari Andin. Mungkin dia masih di jalan. Pikir Arunika.
Beberapa detik kemudian, deru motor tampak bising memasuki pekarangan rumah Arunika. Arunika yang penasaran segera mengintip di balik jendela.
Sontak matanya membulat sempurna. Seseorang yang tak asing bagi Arunika ada di depan rumahnya. Bahkan ini seperti mimpi baginya. Bagaimana bisa Candra yang notabenenya orang yang paling anti di ajak ke rumah Arunika bisa datang ke sini??
Candra pernah mengantar Arunika pulang, itu saat mereka tiga hari baru pacaran. Itu pun Arunika memintanya dengan permohonan penuh. Akhirnya Candra jutek luluh juga.
"Apa dia cariin gue ya? Atau jangan-jangan dia khawatir sama gue?"
Arunika lompat-lompat di tempatnya, dia kesenangan, karena berpikir kalau Candra sudah mulai peduli dengannya, atau memang peduli tapi tidak pernah ditonjolkan di depan Arunika.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu di luar sana, membuat Arunika bergegas keluar. Dia membuka pintu utama dengan senyuman manisnya.
Seketika tampang Candra yang kesal langsung terpampang jelas di depan wajahnya. Senyum Arunika langsung menghilang, diganti dengan kerutan kecil di dahinya.
"Oh... Lo udah pulang?"
"Candra, ada apa ke-"
"Lo kalau udah balik tuh ngomong, jangan bikin orang khawatir." Mendengar perkataan Candra, Arunika mengulum senyumnya.
"Iya, maaf gue gak sempat bilang sama lo."
"Bukan sama gue! Tapi sama Andin!"
Deg!
Arunika memandang Candra dengan tatapan kecewa.
"Lo gak tau, kan, gimana khawatirnya Andin saat lo gak kembali juga dari toilet? Harusnya lo bersyukur punya teman kayak Andin yang perhatian sama lo!"
Jadi karena Andin??
Andin tersenyum sinis. "Oh, jadi karena Andin lo datang ke sini? Gue kira karena lo emang khawatir sama gue?"
"Jangan kayak anak kecil deh, Ru. Lo udah gede. Jadi, stop buat Andin khawatir, lo tau gimana Andin kalau khawatir? Dia bisa jatuh sakit lagi. Atau emang lo demen liat Andin sakit lagi?"
Arunika menatap Candra dengan mata berkaca-kaca. Bagaimana bisa cowok yang notabenenya kekasihnya ini sama sekali tidak peduli dengannya, lain halnya dengan Andin yang menjadi prioritasnya.
"Lo lebih cemas sama kesehatan Andin di banding keselamatan gue?"
"Lo itu orang sehat, Ru, lo bisa jaga kesehatan lo sendiri, beda sama Andin."
"Kalau gitu, kenapa lo gak pacaran aja sama Andin? Kenapa harus sama gue?! Jelas lo gak peduli sama gue!!!"
"Susah ya ngomong sama lo, orang egois!"
"Kalau gitu gue minta putus!" ujar Arunika lantang. Hal itu sukses membuat Candra diam.
"Lo lagi emosi, redam dulu emosi lo. Gue pergi dulu." Candra lalu pergi dari hadapan Arunika.
"Candra, gue mau putus dari lo!" teriak Arunika lagi. Seperti tuli, Candra tak peduli, dia melajukan motornya meninggalkan halaman rumah Arunika.
Arunika terisak. Bahkan di saat gue bilang putus aja Candra kayak gak peduli. Gue tau, itu semua demi Andin.
***
Candra menepikan motornya, merogoh saku jaketnya dan menghubungi Willy.
Sambungan menunggu berdering sesaat.
"Hallo, gimana Andin?"
|Udah sampe di rumah, ini gue juga baru mau balik.
"Syukur deh, kumpul di warung Bu Odah ya, kasih tau Daru."
|Wokee. Bos.
Panggilan terputus secara sepihak. Candra kembali melajukan motornya.
***
Warung Bu Odah.
Lagu 'Cantik' dari Kahitna terdengar merdu dinyanyikan dengan Daru, di tambah suara gitar yang di mainkan Daru, ikut mendampingi lagu tersebut.
Willy yang memiliki suara jauh dari kata bagus itu sampai menarik urat lehernya untuk menyamakan tinggi rendahnya lagu yang Daru mainkan.
Daru menghentikan permainan gitarnya. "Maksain banget lo, kalau gak bisa nyanyi udah diem aja napa sih. Merusak suasana aja," cibir Daru.
"Sirik aja lo!"
Daru menoleh pada Candra yang hanya senyum kecil melihat pertengkaran kecil dirinya dan Willy.
"Kenapa lo? Wajah lo lecek amat, udah kayak seragam gak di setrika."
"Gue tau nih, pasti karena Arunika, kan?"
"Bingung gue, Arunika minta putus."
"Lah, bagus. Kenapa lo bingung?" tanya Willy sembari mengambil gorengan pisang di atas meja.
"Masalahnya, kalau gue putus, gimana sama Andin? Arunika pasti jauhin Andin, karena dia pikir Andin-lah biang masalah dari hubungan gue sama dia. Ujung-ujungnya, Andin gak akan punya teman lagi, dan kembali bergantung sama gue, gue gak masalah dengan hal itu, tapi masalahnya gue sama dia gak sekelas, jadi gue gak bisa jaga dia sepenuhnya."
"Intinya, lo masih butuh Arunika untuk lindungi Andin? Tapi sampai kapan lo korbanin perasaan lo? Lo udah cukup banyak berkorban, sampe lo milih pacaran sama Arunika demi Andin," ucap Willy.
"Salahnya lo, kenapa juga lo pake nembak Arunika, padahal sebelum lo jadian sama dia pun, Arunika udah dekat sama Andin, kan?" tambah Daru. Willy mengangguk membenarkan.
"Gue mana tau akhirnya bakal kayak gini? Gue cuma merasa di saat Andin dekat sama Arunika, Andin jadi gak terus bergantung sama gue. Dan gue sedikit punya waktu untuk diri gue sendiri. Itu doang, kok."
"Putusin ajalah Arunika. Toh, Arunika juga udah ajakin lo putus."
"Gimana nasib Andin?"
"Jangan khawatir masalah ini, Andin masih ada kita bertiga," sambung Daru menatap Candra tajam, hanya sesaat kemudian kembali memainkan gitarnya.
***
*Bersambung*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top