KA - 3
Semuanya terlihat biasa saja, semuanya terlihat baik-baik saja, setidaknya itulah yang Arunika lakukan saat ini.
Mencoba menutupi rasa kecewanya, mencoba terlihat tidak terjadi apa-apa, walaupun luka di hatinya terus melebar.
Senyum cerianya tak surut dari wajah cantiknya. Seakan tak ada beban hidup yang dia tanggung.
Arunika memang sepintar itu menutupi kesedihannya. Sejak kecil dia pintar menutupi segala hal yang dia rasakan.
Ya, Arunika, nama yang memiliki arti cahaya matahari pagi, waktu yang memiliki harapan baru untuk setiap makhluk, ternyata memiliki kisah hidup gelap gulita.
Terhitung sudah satu minggu dari Arunika mendengar pembicaraan Candra dan Andin di UKS. Selama itu pula, dia menjauhkan Candra, mencoba menghindar dari cowok itu. Meskipun Arunika yakini, sikapnya tak berpengaruh sedikitpun pada Candra. Dan sebaliknya, Arunika lah yang merasakan efeknya.
Seperti yang Arunika tau, Candra akan baik-baik saja selama Andin berada di sampingnya. Cowok itu masih bisa tersenyum dan tertawa bebas, seakan hidupnya berjalan lancar asalkan ada Andin.
Dan Arunika, Candra seperti menganggapnya sebagai figuran dalam cerita hidupnya. Tak perlu di ingat dan tak perlu di pikirkan.
Sedangkan Arunika di sini, sudah bagaikan tanaman tak disiram. Layu tak mekar. Ya... Walaupun tak begitu mencolok, tapi Arunika bisa merasakan perubahan dalam dirinya, hilang semangat dan hilang selera makan.
Niatnya yang ingin memutuskan Candra hanyalah sebuah niat, nyatanya sampai saat ini Arunika tidak sedikitpun mengeluarkan kata-katanya yang sudah dari lama di rancang dalam otaknya.
Cewek itu terlalu takut untuk mengatakannya. Bukan karena hasilnya, Arunika hanya takut melihat ekspresi Candra nantinya. Cowok itu pasti akan biasa saja dengan ekspresi datarnya, seperti sebelum-sebelumnya.
***
Arunika melangkah di koridor lantai dua sendiri. Tumpukan buku berada di pelukannya, sehingga Arunika cukup kesulitan melihat depan.
Ini semua karena Bu Gina yang menyuruh Arunika mengembalikan buku-buku itu ke perpustakaan, padahal ada Toto yang merupakan ketua kelas.
Arunika berjalan perlahan menuruni anak tangga, ini pertama kalinya bagi Arunika menyesali kelasnya yang berada di lantai dua. Jadinya dia harus kesusahan seperti ini.
Bruk!
Buku-buku di tangan Arunika seketika terjatuh. Sabar.
"Maaf, Ar, gue gak sengaja."
Arunika mendongak menatap orang yang sudah membuat buku-buku itu terjatuh.
Daru Gunawan. The most wanted dan ketua tim basket di sekolah SMA Pertiwi. Daru juga teman baik Candra.
Arunika hanya tersenyum simpul, lalu kembali memunguti buku-bukunya.
Daru berlutut, dia ikut membantu Arunika. "Ohiya, Ar, lo tau kenapa Candra hari ini gak masuk?"
Candra gak masuk?
Arunika berdiri bersamaan dengan Daru yang mengambil buku terakhir.
Arunika menggeleng. "Gak tau," sahutnya.
"Gue kira lo tau, secara lo 'kan ceweknya." Daru mengambil sisa buku di tangan Arunika. "Gue aja yang bawa. Itung-itung tanda minta maaf," sambung Daru.
Arunika sih mau aja, lumayan kan dia gak perlu bawa buku-buku itu. Berat tau bukunya!!
Akhirnya Arunika dan Daru berjalan beriringan. "Lo tau? Gak biasanya Candra alfa kayak gini. Biasanya selalu ada keterangan kalau dia gak sekolah."
"Mungkin temenin Andin," cicit Arunika. Membayangkannya saja sudah membuat hatinya bergemuruh tak tenang.
"Andin tuh emang penting banget buat Candra. Lo gak minder?"
Pertanyaan Daru sontak saja membuat langkah Arunika terhenti. Dia menoleh pada Daru yang ikut berhenti dan sekarang sudah menatapnya, lekat.
"Maksudnya?"
"Iya, lo gak minder sama Andin? Candra itu lebih care sama Andin di banding lo. Pastinya dia lebih sayang sama Andin di banding lo pacarnya sendiri. Terus sampai kapan lo mempertahankan hubungan kalian? Toh, yang gue liat di sini cuma lo yang berjuang sendiri."
Satu lagi spesifikasi Daru yang belum di tuliskan di sini. Daru itu memiliki mulut yang pedas. 11-12 dengan Candra, kalau sudah komentar bisa banget buat orang yang di ajak bicaranya down.
Dan Daru itu salah satu haters Arcand. Jadi tidak aneh sih kalau Daru sangat mendukung Arunika putus dengan Candra, dan mendukung Candra dengan Andin.
Walaupun tidak Arunika pungkiri, ucapan Daru itu ada benarnya, bahkan sangat benar. Memang hanya Arunika yang berjuang sendiri di hubungannya dengan Candra. Tapi di depan Daru bukan berarti dia harus terlihat mengalah dan salah, kan? Ingat, itu tidak ada di kamus Arunika.
Arunika tersenyum sinis pada Daru. "Sebelumnya, thank lo udah segitu perhatiannya sama hubungan gue dan Candra. Tapi maaf, ucapan lo belum mempan menggoyahkan hati gue buat mengakhiri hubungan ini. Lagi juga, gue tau kok, Candra dan Andin itu sahabatan dari kecil. Dan, gue sebagai pacar Candra dan teman Andin sangat paham dan memaklumi hubungan mereka."
Arunika merampas buku-buku di tangan Daru. "Biar gue yang balikin sendiri ke perpus." Setelahnya Arunika pergi meninggalkan Daru.
Daru menatap kepergian Arunika yang menghilang memasuki perpus. Cowok itu tersenyum sinis dan berbalik untuk kembali ke kelasnya.
***
Arunika masuk ke rumahnya. Suasana sepi seperti biasanya. Arunika sudah tidak aneh dengan hal ini. Semenjak ayahnya meninggal, Diana lebih sibuk dengan dunia sosialitanya, sedangkan Arina dan Arya, kedua kakaknya lebih memilih menuntut ilmu dan bekerja di luar kota. Jadi hanya Arunika sendiri di rumahnya.
Para pembantu di pecat dengan Diana - ibu tirinya. Alasannya agar hidup mereka lebih irit. Tapi nyatanya, Diana lah yang lebih sering menghabiskan uang mereka.
Arunika melangkah menuju kamarnya, membuka pintu dan menutupnya kembali, lalu merebahkan tubuhnya di ranjang. Moodnya sedang tidak baik, itu semua karena Daru.
Cowok itu kenapa bisa jadi most wanted di sekolahnya? Padahal mulutnya sudah seperti bom atom.
Deringan singkat membuat Arunika bangun dari rebahannya. Dia mengambil ponselnya di tas sekolah.
Seketika matanya berbinar membaca pesan singkat yang di kirim seseorang. Sontak Arunika mencak-mencak di tempatnya berdiri.
***
*Bersambung*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top