KA - 15
Sore itu Kevin menjemput Aru dengan sepeda motor Honda C70 kesayangannya. Aru yang sudah bersiap di depan rumah tersenyum seraya melambaikan tangannya.
"Maaf, aku telat," ujar Kevin setelah turun melepas helmnya.
"Gak masalah, mau pergi sekarang?" Kevin mengangguk. "Bentar gue cek pintu dulu." Aru melangkah cepat menarik turunkan knop pintu, memastikan pintu terkunci.
"Yuk!" Kevin memberikan helm pada Aru. Beberapa saat kemudian mereka meninggalkan barisan rumah kontrakan itu.
Dari kejauhan, Daru melihat kedekatan antara Aru dan Kevin, sudut bibirnya terangkat. "Cewek lusuh dan cowok cupu mau kencan," gumamnya lalu melajukan mobilnya.
***
Dalam perjalanan menuju cafe milik sepupu Kevin. Aru dan Kevin banyak bercerita, tentang kejadian hari ini selama di sekolah.
Bagi Aru, hari-harinya tak ada yang berubah, semua seakan berjalan di tempat, tak ada perubahan sikap yang Candra lakukan untuknya, bahkan Aru merasa dia semakin menjauh dari cowok tinggi itu.
"Aru, kamu dan Candra masih pacaran?" tanya Kevin terdengar samar karena bisingnya suara kendaraan yang berlalu-lalang.
Biasanya Aru hanya diam kalau ada yang bertanya tentang hubungannya dengan Candra. Tapi kali ini Kevin yang bertanya. Cowok yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya sendiri. Jadi, untuk apa ia sembunyikan dari Kevin, Aru tau, Kevin adalah cowok yang baik.
"Gak tau deh, Vin, gue bingung. Dibilang pacaran, sikap Candra gak menunjukkan dia cowok gue. Dibilang putus, kita juga enggak."
"Kalau begitu kamu harus minta kepastian sama Candra. Kamu jangan mau di gantung seperti itu, Aru." Kevin berkata dengan sedikit berteriak.
"Iya, Vin," jawab Aru singkat.
Sebenarnya Aru sendiri bingung harus bersikap apa, di saat Aru memberi perhatian pada Candra, pemuda itu tak acuh dan menjauh, tapi di saat Aru bersikap cuek, cowok itu justru semakin cuek dan dingin.
Kalau terpaksa untuk apa di lanjutkan?
Lamunan Aru pecah saat Kevin menghentikan motornya. Matanya mengitari sekitar, tampak bangunan ala Eropa berdiri di hadapannya.
Hampir setiap sisi bangunan terdapat jendela lebar dan tinggi, selain itu banyak tanaman cantik yang ikut menghiasai dinding, menambahkan kesan asri dan segar, memberikan kenyamanan dan ketenangan untuk para pengunjung.
Aru terlihat takjub dengan cafe itu, Kevin tersenyum kecil melihat sikap Aru.
"Mau masuk sekarang?" Aru mengangguk.
Kevin melangkah beriringan dengan Aru. Mereka memasuki cafe tersebut. Seseorang menyambut mereka dengan ramah. Siapa lagi kalau bukan Ridho yang merupakan sepupu Kevin.
"Lama banget lo datang, gue tunggu dari tadi juga."
"Maaf, tadi aku jemput Arunika dulu."
Ridho beralih memandang Aru yang mengangguk sopan dengan senyum yang terukir. Ridho membalas senyuman itu. Lalu mendekatinya Kevin.
"Ini cewek yang lo maksud?" tanyanya dengan berbisik. Kevin mengangguk kecil. "Cantik juga." Lantas Kevin memalingkan wajahnya menatap Ridho penuh perhitungan.
Ridho terkekeh. "Canda, yaelah." Kevin mendelik kemudian membenarkan letak kacamatanya.
"Hallo gue Ridho, jadi ini Arunika?" tanya Ridho.
"Iya, Kak, aku Arunika."
"Kamu maunya kerja paruh waktu, ya?"
"Em ... Kalau libur sekolah aku bisa full time kok, Kak."
Ridho tampak berpikir, pandangan matanya menangkap Kevin yang berdiri di samping Aru. Kevin mengangguk kecil. Ridho tersenyum lebar.
"Oke, jadi kapan kamu bisa mulai kerja?"
"Besok juga boleh, Kak. Aku siap, kok."
"Boleh tuh, ya udah sepulang sekolah kamu langsung ke sini aja ya. Kamu tenang aja kami menjamin makan siang dan malam kamu kok," ujar Ridho terlihat ramah.
"Iya, Kak. Makasih."
"Sama-sama, ya udah mumpung masih di sini, kamu coba menu terlaris di cafe ini ya, kalau ada yang kurang jangan sungkan untuk kasih kritik."
"Boleh memangnya, Kak?"
Ridho mengangguk sembari tersenyum. "Ya sudah, kalian duduk dulu ya, gue siapin dulu."
Seperginya Ridho, Kevin membawa Aru untuk duduk di salah satu meja di sana.
"Sebelumnya lo udah ngomong tentang gue?"
Kevin mengangguk. "Aku harus cepat, sebelum lowongan kerja di isi orang lain."
"Makasih ya, Vin, gue jadi repotin lo banget nih."
"Jangan sungkan sama aku, Aru. Bukannya kita itu teman." Aru tersenyum lembut. Kevin memandangi senyum itu. Senyum yang selalu berhasil membuat jantungnya berdetak sangat cepat.
***
Sementara itu di lain tempat. Candra memandang Andin yang sedang menikmati' ice crem kesukaannya.
"Makannya pelan-pelan," kata Candra sembari membersihkan sisa ice crem di sudut bibir Andin. Andin terkekeh.
"Gue terlalu bersemangat." Candra tersenyum lembut tangannya terulur mengusap puncak kepala Andin.
Brak!
"Woi ... Pacaran mulu." Candra mendelik pada Willy selaku biang onar. Tidak pandang dirinya sedang ada di tempat umum, sikap bobroknya selalu saja di bawa kemana-mana.
Sementara Daru memilih duduk di hadapan Candra dengan tampang cool-nya.
"Willy rusuh banget, tau! Buat Andin kaget aja," gerutu Andin dengan memanyunkan bibirnya. Willy hanya tertawa tanpa dosa.
"Janjian jam 3, jam 4 baru datang, kebiasaan banget ngaret."
"Sorry, kali ini bukan salah gue," ujar Willy. "Noh, si Daru lama bener. Maskeran dulu kali."
Candra menatap Daru, menunggu penjelasan cowok yang terlihat sedang dalam mode bad mood on.
"Seharusnya kalau mau ngaret bilang, kasian Andin tunggu lo, pada lama," kata Candra.
"Gue gak apa-apa lagi, Dra. Justru bagus, gue bisa tambah ice crem lagi." Andin tergelak.
"Sorry, Din, gue telat," ucap Daru. Andin mengangguk dengan tersenyum.
Candra menghela napas. "Ikut gue dulu, ada yang mau gue omongin." Candra berdiri, begitupun Daru.
"Eh, mau ke mana lo? Gue gak di ajak? Sesama lelaki nih. Woi ... Ah elah, di tinggal mulu gue."
"Sabar, sabar, makanya jangan bar-bar, gak di aku, kan, lo di geng lo." Willy memasang wajah memelas. Sedangkan Andin tergelak melihatnya.
***
Candra membawa Daru ke parkiran cafe. Daru menunggu Candra bicara lebih dulu.
"Lo kenapa?"
"Gak apa-apa."
"Lo ada masalah apaan lagi?"
"Gak ada?"
"Lo udah kayak cewek lagi datang bulan, tau gak?" Daru hanya tersenyum miring. Kemudian mengambil sebungkus rokok dan korek dari saku jaketnya.
"Rokok?" Tawar Daru. Candra menggeleng.
"Ada Andin." Daru mengedikan bahunya, kemudian mengambil satu batang dan mulai menyesap setelah berhasil di nyalakan.
"Tadi gue liat Aru jalan sama Kevin."
Candra hanya diam, matanya memandang Andin dan Willy yang sedang berbincang, sesekali Andin tertawa. Posisi mereka duduk di dekat kaca, sehingga Candra dapat memperhatikan setiap gerak gerik yang Andin lalukan
Willy selalu bisa membuatnya tertawa, tapi tidak dengan Candra. Mungkin Candra tidak sehumoris Willy, sehingga Andin tak begitu banyak tertawa saat berada bersamanya.
"Semakin hari mereka semakin dekat aja. Lo gak niat buat putusin Aru?"
"Kenapa?" tanya Candra menoleh singkat pada Daru.
"Ya, karena satu sekolah udah tau lo pacar Aru, tapi dia justru dekat sama cowok lain, bukannya itu kayak menjatuhkan harga diri lo?"
"Terus gimana sama gue? Gue lebih dekat sama Andin di banding dia. Udahlah, itu bukan hal yang harus lo pikirkan, cuma buat beban pikiran lo aja."
"Gue yakin, Kevin suka sama Aru."
"Kevin atau lo yang suka?"
Pertanyaan Candra seketika membuat Daru diam tak berkutik. Detik berikutnya Daru justru tertawa terbahak-bahak, seakan ucapan Candra adalah lelucon.
"Lo kira gue buta?" Candra mengerutkan dahinya. "Ya kali gue suka sama cewek modelan Aru, jangan mentang-mentang gue jomblo, gue gak punya tipe cewek ideal."
"Ya siapa yang tau, nyatanya lo suka sama cewek gue."
"Cewek lo?"
"Ya, hanya status doang." Daru tersenyum tipis. Lalu membuang dan menginjak rokoknya.
***
Bersambung
Up lagi....
Moodnya lagi bagus berkat baca komentar dari kalian semua nih...
Thanks ya ❤️🤗🤗
Ayo, biar aku semangat lagi up nya, kalian harus tinggalkan jejak ya. Mode maksa nih 🤭🤭🤭
Oh iya, jangan lupa follow ig aku @sahara_0906, bagi yang mau aja 😁😁
Love you all ❤️🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top