KA - 14
"Iya, Kak. Ya udah Aru tutup dulu teleponnya ya, ada tugas sekolah yang belum Aru kerjakan."
"..."
"Iya, tenang aja. Ya udah Aru tutup ya. Assalamu'alaikum."
Setelah panggilan terputus, Aru memandang ponselnya sembari menghela napas. Perasaan lega sudah Aru rasakan setelah mengadu semua keluh kesahnya tentang Diana. Saat Diana mengusirnya dan berakhir Aru mengontrak rumah. Tentunya Arina dan Arya sangat marah. Bahkan Arya tak segan mengumpat Diana dengan menyebut aemuay hewan kebun binatang dan Arina bersumpah serapah. Bukan hal yang aneh lagi bagi Aru mendengar kedua kakaknya mengumpat ibu tirinya. Aru tau benar betapa bencinya mereka pada wanita penjilat itu. Karena wanita itu juga Arya dan Arina memilih untuk pindah keluar kota dan menyebabkan ayah mereka jatuh sakit.
****
"Aku gak setuju kalau Papah menikah lagi!" seru Arina dengan bersedekap dada.
"Tapi Papah butuh pendamping, kalian butuh kasih sayang seorang ibu, kalian harus ada yang membimbing."
"Kita udah besar, Pah. Kita bisa jaga diri kita sendiri," ujar Arya.
"Oke, kalian sudah besar, tapi bagaimana dengan nasib Arunika? Dia masih kecil, dia butuh kasih sayang seorang ibu." Rudi menoleh pada Aru yang saat itu hanya bisa mengintip dari balik pintu kamar dengan boneka Teddy Bear di pelukannya.
"Ada Arina dan Arya yang bisa menggantikan mamah, Papah gak perlu khawatir."
"Enggak, Papah begini karena peduli dengan kalian. Terutama pada Arunika. Keputusan Papah sudah bulat, Papah akan menikah dengan Tante Diana." Rudi yang hendak berdiri diurungkan saat mendengar perkataan Arya.
"Baik, kalau Papah mau menikah dengan wanita itu. Aku akan keluar dari rumah ini."
"Arina juga. Arina gak mau satu rumah dengan ibu tiri," sambung Arina.
Hening sesaat. Kemudian ... "Terserah kalian saja." Setelahnya Rudi berlalu pergi. Begitupun Arina dan Arya. Tersisa Aru yang hanya diam menyaksikan akhir dari keributan itu.
Setelah pertengkaran itu, beberapa hari kemudian Rudi menikah dengan Diana, di hari yang sama pula, Arina dan Arya keluar dari rumah itu.
"Kakak, jangan pergi, kalau Kakak pergi Aru sama siapa?" tanya Aru dengan terisak.
Arya berlutut di depan Aru, tangannya terulur mengusap pipi gembul Aru. "Kakak gak akan lama, kok. Kakak pasti akan segera kembali. Aru jadi anak yang baik ya, jangan menyusahkan Papah."
Setelah itu Arina ikut berlutut di hadapan Aru. "Aru, kalau nanti Aru udah besar, Kakak janji akan bawa Aru. Sekarang Aru harus belajar yang pintar dulu ya. Satu lagi, Aru jaga Papah ya. Kakak yakin Aru bisa jaga Papah, karena Aru anak hebat."
Aru hanya mengangguk dengan jejak air mata di pipinya.
"Aru, ayo, masuk!" Rudi menarik tangan Aru masuk, meninggalkan Arina dan Arya yang masih menatap kepergian adik bungsu mereka.
Hari demi hari berlalu dengan cepat, setelah beberapa tahun kepergian Arya dan Arina, Rudi jatuh sakit, selain memikirkan pertengkaran dengan kedua anaknya yang tak kunjung membaik, perusahaannya pun sedang diambang kehancuran. Sementara harapannya pada Diana yang dapat menjaga dan membimbing putrinya pun sirna, semakin hari Diana semakin memperlihatkan sikap aslinya.
Beberapa minggu kemudian Rudi menghembuskan napas terakhirnya di sebuah rumah sakit di Jakarta, lagi dan lagi Aru merasakan patah hati untuk kesekian kalinya. Aru yang malang harus menjalani kehidupnya sendiri, tak ada yang satupun yang bisa mendengar setiap keluh kesahnya. Namun, hal itu pula yang membuat Aru memiliki kepribadian yang kuat.
***
Aru menata barang-barangnya yang baru saja datang. Ya, setelah mendapatkan tempat tinggal Aru segera menghubungi Diana untuk mengirim barang-barangnya yang tersisa. Tanpa menunggu lagi, Diana segera mengirimnya, sangat kentara jika dia ingin segera mengakhiri hubungannya dengan Aru. Syukurlah Aru tidak peduli akan hal itu. Kalau tentang rumah, Aru sudah menyerahkan itu pada Arya, akan diapakan nantinya Aru tidak peduli. Dia sudah lelah harus menghadapi Diana. Kini biarkan Arya dan Arina yang mengurusnya.
Aru meletakan bingkai foto keluarganya di meja belajar, senyumnya terukir dengan indah. Setidaknya hanya itu satu-satunya kenangan yang ia miliki. Di mana kedua orangtuanya masih ada di sisinya.
Setelah selesai, Aru segera merebahkan tubuhnya, pandangannya beralih pada bingkai foto. "Selamat malam, Mah, Pah," ucapnya sembari tersenyum, kemudian dengan perlahan Arunika memejamkan matanya.
***
Hari itu seperti biasa Candra, Daru dan Willy akan berkumpul di kantin. Hanya saja personil mereka kurang satu karena Andin tidak bisa sekolah karena harus cek up rutin.
"Wajah lo kusut amat, Ru. Udah kayak cucian gak di setrika," cetus Willy.
Daru hanya mendelik sinis. Matanya beralih pada salah satu meja, di mana di sana ada Arunika dan Kevin.
Willy yang menyadari itu mengikuti arah tatapan Daru. "Lihat siapa sih lo-, oh ... Cewek Lusuh dan Si Cupu. Kenapa lo lihat mereka? Cemburu lo?" Goda Willy.
Mendengar itu, Candra yang semulanya sedang menyantap mie ayamnya sontak mengangkat pandangannya, menatap Daru lalu bergantian menatap meja Aru dan Kevin.
"Kenapa?" tanya Candra menatap Daru penuh tanya.
"Lo udah tau?"
"Apa?" tanya Candra dan Willy bersamaan.
"Cewek lo sekarang tinggal di kontrakan omah gue."
Candra terlihat terkejut, kerutan kecil tercetak di dahinya. "Kenapa? Dia gak punya rumah?" tanya Willy dengan tawa yang tertahan.
"Yang gue dengar dari Omah gue, dia di usir sama ibu tirinya."
"Alasannya?" tanya Candra. Daru mengedikan bahunya.
"Gue gak tau, gak banyak tanya juga. Yang jelas Omah gue udah masuk ke perangkap wajah sok polosnya."
"Dia gak ada cerita sama lo?" tanya Willy. Candra hanya menggeleng.
Sebenarnya Candra tidak tau kehidupan dan keluarga Arunika seperti apa. Hampir 10 bulan mereka menjalin hubungan, tapi Candra tak pernah banyak tau tentang gadis itu, pacar hanya sebatas status, karena Candra tak peduli.
"Yang pasti, ada kesalahan yang dia buat, sampai ibu tirinya mengusir tuh si cewek lusuh," ujar Willy.
"Bodo amatlah, gue gak peduli, mau dia diusir kek, mau dia menghilang kek, mau dia pergi kek, gue gak peduli. Gak ada hubungannya sama gue," ujar Candra dengan tersenyum miring.
Sontak Willy tergelak. "Anjir ... Gue suka gaya lo, Candra!" serunya, membuat sebagian orang menoleh ke arah mereka termasuk Aru dan Kevin.
Sedangkan Daru hanya diam, memperhatikan setiap ekspresi Aru.
****
Kevin dan Aru berjalan bersama menuju kelas, selama di kantin Aru tak banyak bicara, membuat Kevin merasakan perubahan itu.
Kevin menghentikan langkahnya, Aru yang tiga langkah berdiri di depan Kevin sontak berhenti setelah sadar Kevin tidak ada di sampingnya. Sontak saja dia menoleh ke kiri dan kanan kemudian menoleh ke belakang.
"Kok berhenti? Ada apa?" tanya Aru.
"Kita duduk dulu di sini ya, Aru." Ajak Kevin lalu menarik tangan Aru dan duduk di kursi yang tersedia di setiap sisi koridor.
"Ada apaan sih? Lo sakit?" tanya Aru setelah mereka duduk.
Kevin menggeleng. "Kamu yang ada apa, aku perhatikan kamu aneh, Aru. Ada masalah ya?"
Aru menggeleng dengan tersenyum kecil. "Enggak, kok, gue baik-baik aja."
"Lalu kenapa dari tadi kamu melamun terus?"
Aru terdiam sesaat. "Sebenarnya, gue lagi butuh kerjaan paruh waktu."
Kevin mengernyit. "Untuk apa? Kamu lagi butuh uang?"
Aru menggeleng cepat. "Enggak, bukan begitu, gue itu mau belajar mandiri, gue gak mau mengandalkan uang dari kedua kakak gue terus. Makanya gue mau cari kerjaan. Lo punya teman atau kenalan yang-"
"Aku ada," jawab Kevin cepat.
"Hah? Serius?" Kevin mengangguk.
"Iya, serius. Jadi kebetulan sepupu aku baru buka cafe tiga bulan yang lalu dan sepertinya mereka masih butuh pekerja, kamu mau?"
Mendengar itu Aru mengangguk antusias. "Mau, gue mau, Kevin."
"Ya udah, nanti sore kita ke sana ya. Aku akan jemput kamu."
"Em ... Tapi gue baru pindah rumah, nanti gue kirim alamat baru gue ke lo ya."
"Oke." Arunika tersenyum lebar.
Kini biarkan dia menanggung kehidupannya sendiri. Aru yakin jika semuanya akan dapat ia lalui.
***
*Bersambung*
Selamat malam semua ...
Akhirnya setelah sekian purnama aku bisa sapa kalian lagi🤗🤗🌻
Aku baru bisa berhalu nih, kemarin-kemarin susah banget mau berhalu, kesibukan di dunia nyata benar-benar menyita waktuku 🤧🤧
Siapa nih yang udah tunggu lanjutan partnya Arunika? Semoga ada 🥺🥺
Jangan pernah bosan tunggu cerita ini ya, karena walaupun up-nya laamaaaaaaaaaaaaaaaa banget, tapi cerita ini akan terus berlanjut sampai tamat.
Ya udah sekian dulu cuap-cuap aku, aku gak mau buat kalian bosan baca cuap-cuapnya aku 😂😂😂
Jangan lupa tinggalkan jejak ya kesayangan aku,
Love you ❤️❤️🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top