KA - 1
"Lo mau jadi pacar gue?"
Arunika menegakkan kepalanya menatap Candra lekat. Benarkan Candra mengajaknya berpacaran?
"Ta-tapi-"
"Gue suka sama lo," potong Candra cepat.
Arunika mengangguk. "Gue mau," jawab Arunika tanpa berpikir lagi. Wajahnya sudah bersemu merah. Sedangkan Candra menghela nafasnya lega.
"Ya udah, gue ke kelas dulu." Candra berlalu pergi, sedangkan Arunika mencak-mencak di tempat saat itu.
Begitulah cerita singkatnya Candra mengajak Arunika pacaran 8 bulan yang lalu. Masih tersimpan dengan baik di memori otaknya, saat itu Arunika bahagia sekali. Tapi siapa sangka, ternyata Candra menjadikannya pacar hanya demi Andin, sahabat Arunika.
Iya, Andin. Andin itu sahabat Arunika sejak mereka mengikuti MOS. Andin memiliki tubuh yang lemah, mudah lelah dan mudah sakit, sejak dulu tidak ada yang mau berteman dengan Andin, hanya Arunika saja.
Mungkin karena itu Candra menjadikannya kekasih, sebagai bentuk balas budi.
Kalau kalian mengira Candra adalah kakak Andin, jawabannya, bukan.
Candra dan Andin berteman sejak mereka kecil.
Candra sangat menyayangi Andin sebagai sahabat, iya. Walaupun Arunika sendiri tidak yakin akan hal itu.
Tirai pemisah tergeser. Arunika melirik sesaat si pelaku, Candra berdiri di sana dengan wajah datarnya.
"Kata Ando lo pingsan?" Arunika hanya mengangguk.
"Tadi gue antar Andin pulang dulu, dia pucat banget, gue gak tega liat dia kayak gitu." Arunika tidak berniat menanggapi ucapan Candra. Toh dia yakin, Candra tidak peduli dengan itu.
"Ya udah, kalau gitu gue ke kelas dulu." Candra berlalu pergi meninggalkan Arunika.
Arunika kembali sendiri di UKS. Bulir air matanya tiba-tiba jatuh.
Shit!
Arunika tidak mau menangis lagi hanya karena Candra. Sebelumnya dia bukanlah gadis yang mudah menangis. Arunika gadis yang kuat dan tegar. Tapi kenapa karena seorang Candramawa, Arunika selemah ini?
Arunika menghapus air matanya kasar. Kali ini dia harus bisa mengambil keputusan. Arunika sudah tidak tahan lagi. Candra lebih peduli dengan Andin di banding Arunika. Jadi untuk apa Arunika mempertahankan Candra, cowok yang tidak sedikitpun memiliki rasa untuknya.
Arunika tidak mau cinta sendirian. Rasanya tidak enak. Jadi keputusannya sudah bulat, dia akan mengakhiri hubungannya dengan Candra.
***
Bel sekolah sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu. Arunika keluar dari kelasnya. Kakinya melangkah menuju kelas Candra yang berada di lantai 3.
Kepalanya masih berat, tubuhnya masih lemas, tapi Arunika hanya ingin segera menyelesaikan hubungannya dengan Candra. Hanya itu niatnya saat ini.
Arunika memijakkan kakinya pada anak tangga. Tapi sebelum dia sampai ke atas, Arunika sudah bertemu dengan Candra. Cowok itu sepertinya akan pulang. Tapi terlihat terburu-buru.
"Candra, aku mau ngomong sama kamu," kata Arunika sembari mencegah tangan Candra yang hendak melewatinya.
Iya, Candra melewati Arunika, meskipun mata mereka sempat bertemu tatap. Tapi seakan tidak ada, Candra tak acuh padanya.
Candra berhenti. "Kenapa?"
Jujur, Arunika tidak suka melihat ekspresi Candra saat ini. Dahi yang berkerut, tatapan yang tajam. Kalau kata orang ini di sebut ekspresi sewot.
"Gue mau ngomong sama lo." Arunika jadi pakai bahasa gue - lo. Itu ciri khas Arunika kalau dia sedang marah dengan Candra.
Candra menyingkirkan tangan Arunika. "Ngomong sekarang."
"Lo tuh kenapa sih?"
"Kenapa apa?"
"Lo kenapa jutek banget sama gue?"
Eh.. kenapa Arunika malah berkata dengan bertele-tele. Padahal tadi niatnya dia ingin bicara dengan to the point.
"Kalau lo mau ngomongin hal ginian, bisa nanti aja? Gue gak ada waktu, Andin butuh gue sekarang."
Andin lagi!!!
Candra pergi meninggalkan Arunika. Arunika mendaratkan bokongnya di undakan tangga.
Apa yang kalian rasakan bila ada di posisi Arunika? Kalau Arunika jelas sangat sakit. Hatinya yang sakit, sangat sakit.
"Arunika bego!! Kenapa gak ngomong langsung aja!"
Sejujurnya karena Arunika masih berat melepas Candra. Anggap saja Arunika cewek bodoh dan bego. Tapi ini urusan hati. Arunika juga heran kenapa dia begini. Pasalnya dulu setiap Arunika punya pacar tidak seperti ini.
Ah.. Arunika jadi kesal sendiri.
Akhirnya dia memutuskan untuk pulang saja. Mengumpulkan keberaniannya untuk bicara putus pada Candra.
***
Ketukan pintu terdengar dengan Andin, tapi cewek itu memilih untuk mendiamkannya. Toh, tanpa menjawab pun orang itu akan masuk sendiri.
"Din." Benar, kan, kata Andin.
Candra masuk ke kamar Andin dengan membawa tray berisi makanan dan obat. Cowok itu terlihat lebih segar setelah membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya sebelum ke rumah Andin.
Cewek itu suka kebersihan, makanya Candra selalu berusaha bersih setiap dekat dengan Andin.
"Makan dulu, yuk."
Andin menggeleng, lalu mengubah posisi tidurnya menjadi miring yang artinya membelakangi Candra.
"Lo belum minum obat."
"Gue gak mau minum obat," jawab Andin.
Candra menghela nafas. Menyimpan tray di atas nakas. Dia menyentuh pundak Andin yang tidak tertutup selimut.
"Katanya lo mau sembuh, jadi lo harus minum obat."
Andin menyingkirkan tangan Candra. Dia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.
"Gue cape, Dra! Tiap hari gue minum obat, tapi mana? Gue gak juga sembuh! Gue pengen kayak orang lain, yang sehat, bisa melakukan apa pun yang mereka mau. Gak kayak gini, selalu bawa obat ke mana pun. Gue cape, Candra! Gue cape!" teriak Andin.
Candra menarik Andin ke pelukannya. Candra tidak bisa melihat Andin seperti ini. Gadis ini sangat lemah, dan Candra hanya ingin menguatkannya, meskipun itu mengharuskan Candra selalu berada di samping Andin. Candra ikhlas, karena dia sangat menyayangi Andin.
***
*Bersambung*
Part pertama di cerita ini.
Bagaimana pendapat kalian?
Jangan lupa vote dan komen..
☺️🤗🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top