FORTY-SIX

Raline duduk di atas ranjang kamar bermain. Dari tubuhnya menguar aroma wangi percampuran bunga. Ia menggigit bibir bawah sambil memegangi ujung handuk yang melilit badan. Berada dalam ruangan itu berarti sebentar lagi dominannya akan menelanjanginya. Menindih dan menggerayangi setiap jengkal raga Raline dalam permainan liar dan nakal.

Selepas kerja, Jeffrey mengajaknya pulang bersama. Bukan mengantar kembali ke rumah, lelaki itu justru membawanya ke sini. Ke kediaman mewah milik sang bos --- tepatnya ruang merah berpadu hitam --- kamar bermain.

Raline menengok ketika Jeffrey muncul dari balik pintu. Lelaki itu membawa sesuatu di tangannya.

"Pakai ini." Jeffrey menyodorkan satu setel pakaian untuk Raline.

Alis Raline saling bertautan. Mengapa Jeffrey memberikannya baju padahal mereka akan segera bercinta?

"Ini bajuku. Pakai saja supaya nyaman," jelas Jeffrey.

Raline menerima dengan gamang. "O-okay ..." gumamnya.

Jeffrey berjalan menuju televisi dan mengatur layar dengan remote. "Aku ingin kita menonton bersama."

"Oh," sahut Raline. Jadi mereka tidak akan bermain. Melainkan menikmati acara berdua. Bukan ide yang buruk. Namun, mengapa harus di kamar bermain?

Setelah rampung mengutak-atik TV, Jeffrey berjalan mendekati kasur. Ia mengulum senyum akibat penampilan submisifnya yang imut. Kaus Jeffrey terlihat kedodoran menutupi tubuh Raline. Wanita itu laksana boneka yang sangat menggemaskan.

"Kita mau nonton apa, Jeff?" tanya Raline pada Jeffrey yang menjatuhkan pantat di sampingnya.

Jeffrey tersenyum penuh arti. "Lihat saja."

Raline pun memalingkan pandangan pada layar kaca. Netranya sedikit terbelalak ketika menangkap gambar bergerak yang disediakan. Vibe-nya tidak asing. Sudah pasti Jeffrey sedang memutar film dewasa. Blue film yang sama sekali tidak biru!

"Jeff?!" Raline melempar tatapan tajam untuk dominannya.

Jeffrey berlagak tak acuh. "Sssh. Tonton saja sampai selesai."

[ CUT. BACA UTUH DI BESTORY ]

Napas Raline terasa berat. Apalagi ketika adegan beralih pada si wanita yang tubuhnya dijamah baik oleh lelaki mau pun wanita.

Raline mencuri pandang ke dominannya. Netranya sayu ketika menemukan bagian tengah celana Jeffrey terlihat menonjol. Batang kejantanan lelaki itu pasti sudah tegak mengacung dari balik sana. Namun, Jeffrey masih santai berbaring menyandarkan tubuh pada tumpukan bantal.

[ CUT. BACA UTUH DI BESTORY ]

Raline mulai gelisah dan merapatkan paha. Pasti liangnya sudah lembap di bawah sana! Jeffrey memang selalu punya cara untuk menggodanya. Kewanitaan Raline kini meronta minta diisi. Birahinya menuntut dipuaskan. Sama seperti yang dialami oleh si pemain asal Jepang.

"Kamu suka nonton porn, Jeff?" tanya Raline mengalihkan fokus.

"Nggak juga," sahut Jeffrey singkat.

"Lalu, kenapa sekarang kamu mengajakku menonton ini?" tanya Raline lagi.

Jeffrey menyeringai jahil. "Tentu saja untuk membuatmu terangsang. Aku penasaran apa yang akan terjadi pada tubuhmu, Raline."

"Harusnya kamu sudah tahu." Raline memalingkan wajahnya yang merona. "Bukankah kamu sudah sering melihatku terangsang."

"Oh ya?" Jeffrey mendekati Raline. "Kalau begitu, coba buka pakaianmu. Aku ingin melihatnya."

Raline malu-malu sembari menghindari tatapan mereka saling beradu.

"Ayolah," bujuk Jeffrey. "Aku juga akan melepas kaus dan celanaku. Kita selesaikan film ini sampai tuntas."

Tanpa menunggu persetujuan Raline, Jeffrey lantas melucuti bajunya. Barisan otot lelaki itu berjajar sempurna menghiasi perut. Lengan kokoh Jeffrey tanpa ragu menurunkan short pants yang dikenakan. Alhasil, adik kecil miliknya melompat teracung.

Jeffrey kembali bersandar --- menggunakan tangan sebagai bantal.

"Ayo. Giliranmu," ucap Jeffrey.

Dengan berdebar, Raline menaikkan shirt putihnya ke atas. Dua gundukan kembar wanita itu terekspos tanpa penutup. Raline kemudian meloroti boxer yang membalut area kemaluannya. Dugaan Raline benar --- miliknya memang sudah basah.

Jeffrey menegakkan punggung lalu melebarkan tangannya. "Kemarilah. Bersandar padaku. Kita menonton lagi."

[ CUT. BACA UTUH DI KARYAKARSA

Bagian utuh; panas dan menggigit bisa kalian full baca di KARYAKARSA AyanaAnn, pilih bab yang mau kalian buka, ya!

Langsung ke seri 'Raline&Jeffrey' untuk menemukan hidden part yang tak akan ayana publish di wp. Kalian bisa pilih mau baca bab yang mana. Yang gak punya apk Karyakarsa gak usa pusing, cz KK bisa dibaca melalui web, ya, Darls. Alias tanpa download di playstore.

Kalau kalian mau lebih hemat, cz KK ada PPN 11%, kalian bisa melakukan payment alternatif lain (silakan DM Ayana supaya Ay kasih tahu caranya). Alternatif lain ini bisa lewat tf Mandiri/BCA, ovo, pulsa, atau shopeepay, ya! /]

"Aku tak tahu bagaimana cara menghadapi Bu Lena besok."

Raline dan Jeffrey duduk berdua di depan balkon. Menikmati udara sejuk dari malam lingsir kota Surabaya. Jeffrey meminta Marni meletakkan makan malam di sana. Menu hari ini adalah lobster panggang dengan bumbu garlic.

"Memang apa yang tadi dia katakan padamu?" tanya Jeffrey.

"Dia bahkan tidak mau berbicara padaku!" ungkap Raline. "Aku merasa canggung dan bingung."

Jeffrey meringis.

"Bu Lena memang dingin dan ketus. Itu karena dia merupakan designer senior yang memiliki pengalaman tak terhitung dalam industri fesyen," kata Jeffrey.

Raline mendengarkan dengan saksama. Tangannya menyuap potongan lobster bercampur mentega masuk ke dalam mulut.

"Demi ambisinya menjadi designer, Bu Lena memutuskan untuk memiliki satu anak saja. Kesibukannya berkarir akhirnya membuat pernikahannya kandas. Namun, semua terbalas ketika Yvas Saint Laurent memintanya sebagai salah satu dari tim perancang mereka."

Mata Raline membelalak. "YSL yang itu?" tanyanya.

"Hmm." Jeffrey mengangguk. "Bu Lena pun melenggang ke Paris dan menjemput mimpinya. Namun, enam tahun lalu ia terpaksa kembali ke Indonesia."

"Kenapa?" Raline memandang Jeffrey lekat.

"Putra satu-satunya terkena leukimia. Mantan suami Bu Lena tak sanggup merawatnya sendirian."

Mata Raline berkaca-kaca. "Lalu? Dia bergabung denganmu di the MAXIMAL?" selidiknya.

"Ya."

Raline tertunduk. Ia memang tidak tahu diri. Masuk seenaknya dan mengambil proyek besar karena mengenal baik sang CEO. Kini ia justru mengeluh karena diperlakukan dingin. Seharusnya ia tak semudah ini putus asa.

"Bu Lena mendapatkan gelar designernya dengan perjuangan berat. Ia mengorbankan semua. Cinta, keluarga, anak. Dan ketika ia mendapatkan mimpinya, takdir memaksa Bu Lena untuk melepaskannya," lanjut Jeffrey.

"Bagaimana dengan kondisi putranya sekarang?"

Ekspresi Jeffrey pahit. Lelaki itu mengembuskan napas sebelum menjawab. "Dia meninggal tahun lalu."

Raline tak mampu lagi menelan makanan di tenggorokannya. Menyadari telah mengakibatkan sang submisif bersedih, Jeffrey bergegas mengelus puncak kepala berambut ash blonde itu.

"Jadi, tolong maklumi semua perlakuan tak menyenangkan dari para staf. Mereka iri padamu, Raline. Mereka berpikir kamu mendapatkan posisi ini dengan mudah. Mereka tak tahu neraka apa yang sudah kamu lalui ..." kata Jeffrey. Ia menatap Raline dengan sorot teduh.

Mata Raline semakin buram karena air yang memenuhi pelupuk.

"Aku mau kamu kuat, Raline. Biarkan orang-orang melihat apa yang kulihat ada pada dirimu." Jeffrey melempar senyum.

Raline kemudian membisik lirih.

"Terima kasih untuk semuanya, Jeff."

***

Raline menghempas badan ke atas dipan kamar. Langit masih biru tua. Beruntung ia mendapatkan taksi yang mau dipanggil pagi-pagi buta. Semalam Raline terlalu lelah untuk pulang.

Ia bermalam di kediaman Jeffrey hingga subuh. Tapi wanita itu harus pulang untuk berganti pakaian dan menyiapkan sarapan untuk Sintia. Mata Raline masih berat. Ia belum menanak nasi dan menggoreng ikan. Belum lagi menyiapkan pakaian untuk berangkat ke kantor. Suara lenguhan keluar dari bibirnya.

Ah sudahlah. Tak ada salahnya terpejam beberapa menit lagi.

Raline meraih guling dalam dekapan. Kemudian menggeliat ke tengah dipan. Meski jauh dari mewah, rumah sendiri memang paling nyaman. Telapak Raline mengusap-usap ujung selimut. Ia terpejam sambil mengatur napas. Namun ... seketika matanya terbelalak terkejut. Jantung Raline berdegup tak karuan. Seluruh persendiannya melemas.

Mana Sintia?!

Silakan gabung grup telegram Ayana di AyanaAnn2727 buat dapetin info seputar works aku dan vocer baca gratis yang suka ayana bagiin random di sana 🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top