FIFTY

... I wanna f*ck you like an animal
I wanna feel you from the inside ...
- Closer - Nine Inch Nails

"Jadi kamu sekarang berani memerintahku?" Jeffrey menyeringai seraya membelai pipi Raline.

Raline mencondongkan badan --- berharap Jeffrey bakal mencium bibirnya. Kedua mata lentik wanita itu penuh binar dan membulat. Alih-alih menjemput ciuman yang Raline tawarkan, Jeffrey malah berdiri dari duduk. Ia melenggang meninggalkan Raline yang penuh kebingungan. Lelaki itu berjalan dan mengunci pintu ruangan. Ia lantas mematikan lampu dan hanya mengandalkan penerangan dari luar jendela.

"Aku sudah pernah bilang kalau enggan melakukannya di sini." Jeffrey menurunkan celana dan membebaskan miliknya. Kejantanan lelaki itu sudah teracung menantang. "Tapi kamu tidak memberiku pilihan lain." Ia menyandarkan bokong di depan meja kerja sambil menatap Raline tajam.

Bibir Raline seketika tersungging. Ia menegakkan badan dan melangkah menghampiri Jeffrey. Wanita itu tanpa ragu membuka kancing stripe shirt yang ia kenakan hingga menampakkan payudara yang tertutup bra abu.

Mata mereka berdua saling beradu dan berhadapan.

"Isap." Jeffrey menitahkan Raline untuk mengulum kejantannya.

Sang submisif tanpa takut berlutut dengan kedua kaki. Ia mengembuskan napas berat ke arah batang panjang di hadapannya. Sejurus kemudian, Raline menjulurkan lidah untuk membasahi kulit berurat milik Jeffrey.

Jeffrey mendesis pelan ketika lidah Raline menari-nari pada kepala adik-nya. Lelaki itu meremas rambut belakang Raline dengan erat. Ia mendorong kepala submisifnya agar memasukkan kejantanannya lebih dalam. Akibat ulah Jeffrey, Raline hampir tersedak. Batang lelaki itu terlalu panjang hingga menembus tenggorokan. Saliva Raline menetes dan membasahi milik Jeffrey yang sudah berkedut terangsang.

Melalui lidah dan mulutnya --- Raline mampu menyentuh Jeffrey. Sesuatu yang tak bisa jemarinya lakukan. Maka Raline tak peduli jika memang itu adalah satu-satunya cara untuk merasakan Jeffrey.

Permainan bibir Raline makin intens. Kejantanan Jeffrey pun bertambah licin dan sensitif. Kenikmatan yang membuat rahang Jeffrey mengeras. Sementara dari bawah, Raline memandangi barisan otot perut Jeffrey yang kokoh. Jeffrey begitu seksi. Gairah Raline kian membumbung oleh visual sang dominan. Sehingga kocokan dari mulutnya bertambah kuat dan cepat.

Jeffrey menggeram parau dan menarik tubuh Raline untuk berdiri. Tanpa aba-aba, ia pun mengangkat submisifnya ke atas meja.

"Give me your pussy." Jeffrey membuka lebar kedua paha Raline. Mini skirt yang dikenakan oleh sang submisif otomatis terangkat ke atas. Menampakkan celana dalam berenda berwarna senada dengan bra. Secara kasar, Jeffrey menarik dalaman itu.

[ Baca utuh di Karyakarsa

Bagian utuh; panas dan menggigit bisa kalian full baca di KARYAKARSA AyanaAnn, pilih bab yang mau kalian buka, ya!

Langsung ke seri 'Raline&Jeffrey' untuk menemukan hidden part yang tak akan ayana publish di wp. Kalian bisa pilih mau baca bab yang mana. Yang gak punya apk Karyakarsa gak usa pusing, cz KK bisa dibaca melalui web, ya, Darls. Alias tanpa download di playstore.

Kalau kalian mau lebih hemat, cz KK ada PPN 11%, kalian bisa melakukan payment alternatif lain (silakan DM Ayana supaya Ay kasih tahu caranya). Alternatif lain ini bisa lewat tf Mandiri/BCA, ovo, pulsa, atau shopeepay, ya! ]

Napas mereka sama-sama memburu.

Raline kemudian menegakkan badan sambil menyeka wajah yang dipenuhi mani. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Jeffrey bangun dari tidur dan menarik si submisif.

Ia lantas mendaratkan bibirnya pada bibir Raline.

"Kamu tahu untuk apa aku menciummu?" bisik Jeffrey.

Raline menggeleng pelan.

"Sebagai ucapan terima kasih karena sudah hadir untukku." Jeffrey kembali melumat bibir plum di hadapannya.

Jantung Raline berdegup kencang. Debaran tiada henti yang membuat perutnya serasa dipenuhi kupu-kupu beterbangan. Mata wanita itu pun memejam. Meski semua gelap dan hitam, namun ciuman Jeffrey nyata merasuk dalam dirinya.

***

Raline melambaikan tangan ke arah Jeffrey yang tersenyum dari balik kaca mobil. Lelaki itu akhirnya menaikkan jendela dan melajukan Range Rovernya pergi.

Raline pun berbelok masuk ke dalam gang --- menembus malam untuk pulang ke rumah.

Persetubuhan dengan Jeffrey mengaktifkan endorfin dalam tubuhnya. Ia merasa dicintai. Hampir seminggu ini tertekan karena ulah Marlena. Raline sempat berpikir dia adalah sampah masyarakat. Tetapi kini semua berubah. Pikirannya lebih terbuka dan segar. Mirip jargon salah satu air minum kemasan.

Setelah membersihkan diri, Raline masuk ke dalam kamar dan kembali menyalakan tablet. Di sampingnya Sintia sudah lelap tertidur.

Raline menyisihkan sedikit uang untuk diberikan kepada Evi. Ia meminta bantuan tetangganya itu untuk mengawasi Sintia setiap kali ia pulang larut. Raline masih terbayang betapa paniknya ketika Bayu membawa adiknya pergi diam-diam ke Batu. Wanita itu tak mau kejadian itu kembali terulang.

Ketika hendak menggores, Raline kembali mengulum senyum. Masih teringat sentuhan Jeffrey pada kulitnya. Cara lelaki itu meremas dua gundukan Raline dengan buas dan liar. Atau ketika bibir Jeffrey menyapu setiap jengkal tubuhnya.

Darah Raline seketika berdesir.

Ia tiba-tiba rindu terikat tak berdaya di kamar bermain. Membiarkan dominannya memasung tangan dan kakinya dengan tali temali berbahan rami. Shibari --- teknik kuno dari Jepang yang menginspirasi bondage.

Sebersit ide muncul dari otak Raline. Jemarinya sigap menggores ke atas layar. Sesekali bola matanya bergerak ke atas untuk menangkap inspirasi. Ia membuang semua sketsa lama dan menggantinya dengan yang baru. Sesuatu yang mengingatkannya pada Jeffrey.

Sesuatu yang berani sekaligus seksi. Elegan namun juga liar. Jeffrey adalah pusat dunianya. Lelaki itu merupakan inti poros kehidupan Raline.

Setelah apa yang Jeffrey lakukan dan beri, ia ingin membalasnya.

Jemari Raline tanpa jeda menciptakan pola rancangan baru. Pakaian yang memiliki unsur Jeffrey di dalamnya. Dominan. Permainan kekuasaan. Misterius.

Malam semakin larut dan kelam. Raline masih berada di dunianya sendiri. Ia melupakan segala kantuk dan lelah. Kali ini wanita itu kembali menemukan semangatnya. Ia tak lagi ragu atau merasa gamang. Dengan penuh percaya diri --- Raline menciptakan karya seninya.

***

Tidak ada kalimat meluncur untuk memecah hening. Tim perancang busana mengitari tablet yang dipegang oleh Marlena. Pada layar sudah tampak sketsa kasar buatan Raline. Kira-kira ada 15 pola rancangan yang wanita itu ciptakan dalam waktu satu malam.

Blazer hitam polos yang salah satu sisinya terekpos dan dikelilingi barisan sabuk vertikal. Kemudian, ada lagi atasan mini berwarna gelap yang bagian depan dan belakang dihubungkan oleh tali rantai berwarna gold. Design lainnya adalah dress ketat yang area dada dan pinggangnya dikelilingi oleh risleting perak.

"Kapan kamu membuat ini semua?" tanya Marlena memecah kebisuan.

"Semalam," sahut Raline.

Mereka semua berdecak kagum. Termasuk Marlena yang raut mukanya tak sekaku biasanya.

"Apa nama rancanganmu, Raline?" tanya Marlena lagi.

Raline menelan saliva. Mengumpulkan kepercayaan diri untuk menyampaikan aspirasi.

"The Sinner."

Marlena memandang Raline cukup lama. Wanita itu lalu mengembalikan tablet yang ia pegang. "Presentasikan rancanganmu di rapat divisi sore ini."

"Ma-maksud Bu Lena?" Raline mengekori Marlena yang melenggang santai.

Marlena melirik tipis. "Well done, Raline Lara," ucapnya.

Cari Kinky pada seri Raline & Jeffrey

Yuks, gabung grup telegram Ayana, di sana aku suka bagi vocer secara random, lo. Sekalian sharing informasi seputar karya²ku yang lainnya 🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top