♟54♟Kebangkitan.
Beberapa hari kemudian.
Semenjak In Hyun mengetahui bahwa Jeong Soon sang pria bertopeng. Rasa takut akan kehilangannya sedikit berkurang, atau tak terlalu memikirkan bagaimana jika mereka kalah dalam pertarungan nanti melawan musuh. Memang benar apa yang selalu diucapkan Jeong Soon kepadanya.
'Jangan pernah memikirkan apa yang akan terjadi besok. Tapi pikirkan apa yang akan dilakukan hari ini. Lakukan apa yang membuat hati dan pikiran tenang. Melakukan sesuatu untuk membuat setoreh kenangan, seulas senyuman dan secubik cerita untuk masa depan. Bersama seseorang yang berharga dan paling disayang. Bersama orang-orang yang takkan bisa terlupakan'.
Itulah kata-kata yang melekat di hati In Hyun. Buat apa dia memikirkan hal yang tak bisa ditebak keesokan harinya? Jika dia bisa bahagia dan membuat bahagia orang-orang sekitarnya di hari ini, kenapa dia harus membuang-buang waktu dan kesempatan yang tak akan terulang kedua kali dalam seumur hidupnya itu. Yaitu menikmati kehidupannya di Joseon, tanpa selalu memikirkan hal-hal yang mustahil dan sulit untuk dipecahkan.
Siang itu, hujan salju tak turun.
In Hyun duduk di balkon dekat Taman sendirian. Menatap hamparan salju dan juga tanaman yang hampir semua pohon tertutupi oleh es. Dia tersenyum tatkala mengingat musim dingin di zamannya bersama dengan para sahabatnya. Yaitu pergi ke gunung es lalu ber-ski menuruni gunung es tersebut. Atau pergi ke Taman membuat Snowman di sana dan juga perang bola salju dengan teman-temannya. Sungguh tak bisa dilupakan dan tak bisa dipungkiri kalau dia merindukan hari-hari itu.
"Ehmmm," Jeong Soon datang dari arah belakang berdeham kepadanya. In Hyun menoleh ke belakang lalu tersenyum sembari menoleh kembali menatap Taman.
Jeong Soon mendekatinya lalu berdiri di hadapannya, mencondongkan sedikit tubuh sambil mengulurkan tangannya. "Apakah istriku ini hendak ikut berjalan-jalan di tengah tumpukkan salju dan juga melihat bunga es?" tanyanya sembari tersenyum.
"Bunga es?" In Hyun mengernyitkan keningnya.
Jeong Soon mengangguk dengan tangan masih mengulur pada In Hyun.
Karena penasaran, In Hyun menerima uluran tangan Jeong Soon. Keduanya berjalan di jalan setapak di tengah-tengah tumpukkan salju sepanjang jalan dan Taman yang tertutup itu. Warna putih hampir menutupi seluruh tanaman dan juga pohon-pohon. Bahkan pinggiran kolam pun tertutupi oleh salju.
In Hyun tersenyum sambil berkata dalam hati. Sungguh pemandangan di sini dan apa yang terjadi padaku bagaikan sebuah mimpi. Seandainya orang-orang yang aku sayangi kini ada bersamaku, sudah pasti aku takkan meminta yang lainnya dalam kehidupan ini. Dia tersenyum tipis sembari masih mengedarkan pandangannya menatap sekeliling.
Keduanya masih berjalan dengan bergandengan tangan.
Tiba-tiba sebuah bola salju mengenai punggung In Hyun membuatnya kaget lalu menoleh ke belakang.
"SERANG!!" Teriak Hie Jung berlari sembari melemparkan bola salju ke arah Jeong Soon dan juga In Hyun.
Muncul Lii Shishi dan juga Luo Guanjong dari arah lain sambil saling melempar bola salju.
Kedua mata In Hyun menjadi berkaca-kaca, baru saja dia berandai-andai perang salju bersama dengan keluarga dan juga teman-temannya. Kini apa yang dilakukan oleh Hie Jung dan juga yang lainnya bagaikan sebuah mimpi baginya.
Jeong Soon membungkuk mengambil salju lalu dibulatkan dengan kedua tangannya. "Apakah sang Ratu kita mau ikut berperang bersama kami?" tanyanya sembari menyodorkan bola salju itu pada In Hyun.
"Memangnya tidak apa-apa?" tanya In Hyun menunduk melihat perutnya yang sudah kelihatan besar.
Jeong Soon menggelengkan kepalanya. "Kau jangan khawatir, karena aku akan selalu melindungimu."
Senyum In Hyun semakin lebar. Menoleh menatap Hie Jung yang terpaku menatap keduanya. "Silakan kalian mencari tempat perlindungan!" teriaknya sembari melemparkan bola salju kepada Hie Jung sambil tertawa.
"Kyaaa!!" Hie Jung terkena lemparan bola salju.
"Ahahaha!" Wang Jhaojun tertawa melihat Hie Jung penuh dengan salju. Plukkk!! Tiba-tiba saja Lee Hwon melemparinya juga dengan bola salju.
"SEMUANYA CEPAT SEMBUNYI!!" Teriak Luo sambil melemparkan bola salju kepada Jeong Soon. Namun, Jeong Soon bisa menghindarinya sehingga bola salju itu tak mengenainya.
Semuanya berpencar lalu bersembunyi di tempat masing-masing. Ada yang membuat Benteng dari salju. Ada yang bersembunyi di balik pepohonan. Satu per satu saling melempar kepada lawan mereka.
In Hyun memicingkan matanya melihat Putri Nouran Chan hanya duduk di balkon memerhatikan mereka berperang. Sesekali dia tertawa melihat mereka saling melempar salju.
In Hyun tersenyum penuh misteri. Di saat semuanya sibuk saling melempar. Diam-diam dia menyelinap ke belakang untuk mengejutkan Nouran Chan yang tak mau ikut bermain perang salju dengannya. Dia menepuk pundak kanan Nouran sampai ia menoleh sekaligus ke belakang. Di saat Nouran menoleh, dia sengaja menempelkan salju di telapak tangannya ke pipi Nouran.
"Haaa," Nouran Chan terkejut sambil membulatkan kedua matanya. Perlahan dia mengusap kedua pipinya yang penuh dengan salju.
In Hyun menutup bibirnya merasa bersalah. Bukankah Putri Nouran Chan benci akan salju, kenapa dia bodoh sekali malah menempelkan salju itu ke pipi Nouran? Di dalam hatinya, Nouran Chan pasti akan marah padanya.
Nouran Chan bangkit dari duduknya lalu melangkah ke Taman. "Putri Nouran, maafkan aku. Bukan maksudku untuk-"
Plukkk! Nouran Chan melemparnya dengan bola salju sambil nyengir.
In Hyun tersenyum bahagia melihat Nouran Chan akhirnya tak membenci lagi salju.
"Awaasss!" teriak Lee Hwon hendak melempari Hie Jung, tapi malah terkena Nouran Chan.
Nouran Chan mengerucutkan bibirnya, tak lama kemudian dia berlari menyerang Lee Hwon dengan bola salju-nya. "Awass kau Pangeran Lee. Akan aku balas!" ujarnya sembari tertawa mengejar Lee Hwon.
In Hyun kembali ke Taman mendekati Jeong Soon. Dia selalu bersembunyi di balik punggung suaminya. Setiap bola salju yang melayang pasti terkena tubuh Jeong Soon yang selalu melindunginya. Tetapi, jika bola itu hancur di tubuh Jeong Soon, terkadang salju-salju kecilnya mengenai In Hyun.
Mereka menghabiskan waktu bermain perang bola salju. Dan hal itu pertama kalinya terjadi di istana Goguryeo dan juga pertama kali bagi mereka berperang bersama seperti itu.
Jeong Soon tersenyum tipis melihat senyum dan tawa lepas In Hyun yang terlihat seolah tanpa beban. Hatinya benar-benar bahagia melihatnya sebahagia itu.
In Hyun tidak tahu jika semua itu adalah ide dan rencana Jeong Soon. Ia mengira jika perang salju itu sudah biasa bagi mereka.
Karena hari sudah sore. Mereka mengakhiri permainan dan kembali ke bilik masing-masing untuk mandi dan berganti pakaian.
In Hyun bersandar di dinding dekat pintu kamar. Entah kenapa lambang elang di pergelangan tangannya terasa sangat sakit dan panas? Bahkan jantungnya juga terasa sakit. Apakah karena dia terlalu banyak tertawa tadi? Atau terlalu banyak bergerak? Mungkin memang karena hal itu dia merasakan apa yang dirasakannya saat ini, batinnya. Dia mencoba untuk berjalan ke dekat ranjang, tetapi tiba-tiba saja matanya menggelap lalu tak berapa lama dia pun terkulai pingsan.
Ternyata hal itu sama dengan yang dirasakan Jeong Soon. Dia bersandar di dinding luar kamar. Sakit yang tak tertahankan itu membuatnya berhenti melangkah lalu meremas bagian dadanya tepat di jantung. Apa yang terjadi? Kenapa ini terasa sakit sekali? Hatinya juga bertanya-tanya tak mengerti.
Jeong Soon baru tersadar. Jika dia merasakan sakit, sudah pasti istrinya juga akan mengalami hal yang sama. Dia pun berjalan dengan tertatih-tatih ke dalam kamar. Benar saja, dilihatnya In Hyun sudah tergeletak di atas lantai tak sadarkan diri. Dia pun segera memburunya lalu dengan menahan rasa sakit di jantungnya, ia mengangkat tubuh In Hyun untuk ditidurkan di atas ranjang.
Rasa sakit itu hanya beberapa saat saja. Setelah rasa sakitnya hilang. Jeong Soon segera mengganti pakaian In Hyun agar tidak jatuh sakit karena pakaiannya basah akibat perang salju tadi. Setelah itu ia duduk di lantai menatap wajah In Hyun. Apa lagi yang terjadi pada mereka? Sungguh tidak ada habisnya cobaan dan juga penderitaan yang mereka alami. Selain satu terluka maka yang lain ikut terluka, kini mereka juga merasakan sakit jantung yang sama. Tangannya menggenggam erat tangan In Hyun, dan karena kelelahan dia pun tertidur.
Malamnya Jeong Soon dibangunkan oleh prajurit Qingrou untuk melakukan tugasnya semedi di lembah terkutuk. Dia menyuruh prajurit Qingrou mengeluarkan kabut tidur. Ia tak mau nantinya In Hyun terbangun di malam hari dan menyusulnya lagi ke lembah terkutuk seperti waktu itu.
Di istana lama.
Lee Hwon menceritakan siapa sang pria bertopeng sesungguhnya. Sungguh terkejutnya Luo dan Wang mendengar kalau Pria misterius itu adalah Jeong Soon. Benar-benar sulit dipercaya bahwa pahlawan yang selama ini dipertanyakan dan juga ingin sekali ditemui oleh mereka, berada di hadapan mereka tanpa curiga sedikit pun padanya.
Pagi harinya.
In Hyun tersadar. Teringat waktu kemarin ketika merasakan sakit yang teramat di jantungnya. Dia memegang dadanya dan sedikit meremasnya. Apakah dia kini mempunyai penyakit jantung? Dia menoleh ke samping di mana Jeong Soon tampak lelap tertidur sambil tangan Jeong Soon menggenggam erat tangannya yang bebas.
Apakah dia juga merasakan apa yang aku rasakan kemarin? Jika aku bertanya, maka dia akan semakin mengkhawatirkanku. Jika tidak bertanya, bagaimana aku tahu kalau dia juga merasakan rasa sakit ini? Atau mungkin aku yang terlalu banyak bergerak. Gumamnya dalam hati.
In Hyun memutuskan untuk tidak memberitahukan rasa sakit itu pada Jeong Soon. Tak tahu jika Jeong Soon juga merasakannya, dia hanya tak mau membuat Jeong Soon merasa cemas dan khawatir padanya dan juga mengira kalau hanya dirinya saja yang merasakan sakit itu.
Jeong Soon bergerak, merubah posisinya menjadi miring ke arah In Hyun sambil perlahan membuka kedua matanya. Dilihatnya In Hyun tengah menatapnya sembari tersenyum.
"Selamat pagi." Sapa In Hyun.
Jeong Soon tersenyum sambil masih menggengam tangan In Hyun, dan sebelah tangannya membelai pipi istrinya itu. "Pagi,"
"Apakah semalam kau bersemedi lagi, Paduka?"
Jeong Soon mengangguk. "Itu sudah kewajibanku, dan aku tak bisa melalaikan hal itu."
"Sampai kapan kau akan bersemedi di lembah terkutuk? Malam hari sangatlah dingin dan aku selalu takut kalau-"
"Kau jangan takut, semua ini demi masa depan kita dan seluruh Kerajaan. Lagi pula di sana tak terasa dingin, malah panas udaranya."
"Benarkah?" tanya In Hyun tak percaya.
"Sudah kukatakan bahwa darahku ini panas dan takkan merasakan dingin,"
"Aku tak percaya~~kyaaaa!" In Hyun menjerit ketika Jeong Soon tiba-tiba saja menindih tubuhnya.
"Apakah masih belum percaya?"
In Hyun menggelengkan kepalanya.
"Tidak percaya atau hanya menggodaku?"
In Hyun tetap menggelengkan kepalanya.
Jeong Soon mendekatkan wajahnya ke wajah In Hyun. Semakin dekat sampai satu inci. Debaran jantung keduanya serasa memburu. Tiba-tiba saja In Hyun menjerit. "Akh, perutku!"
Jeong Soon langsung menyingkirkan tubuhnya dari atas tubuh In Hyun. "Maafkan aku istriku, apa anak kita tak kenapa-napa? Apa perutmu masih sakit?" ia memegang dan mengusap perut In Hyun. "Ah bodohnya aku, kenapa aku menekanmu sekeras itu?" ia memaki dirinya sendiri.
In Hyun bangkit, duduk sembari memegang perutnya. "Rasanya... rasanya... hmmm," rintihnya. "Tidak sakit." Lanjutnya sembari menjulurkan lidahnya lalu bergegas turun dari atas ranjang. Ternyata dia hanya mencandai Jeong Soon yang ingin menciumnya saat itu. Ia pun segera melangkah menuju kamar mandi.
Jeong Soon menghela napas lega. Hampir saja dia merasa bersalah kalau benar perut In Hyun kenapa-napa. "Saat ini kau bisa lolos istriku, tapi tidak nanti setelah kau kembali lagi ke sini." Gumamnya pelan sembari merebahkan kembali kepalanya ke atas bantal dengan senyuman yang sulit untuk diartikan.
Setelah makan siang.
Semuanya berkumpul di ruang penghangat. Mereka duduk berpasangan. Sementara Kaisar Goryeo yang telah mengetahui siapa sang pria bertopeng yang tak lain adalah anaknya sendiri merasa tenang dan juga sangat merasa bangga karena mempunyai seorang pemimpin sekaligus pendekar yang tak terkalahkan, sang pendekar elang emas. Beliau hanya duduk sendiri di peraduannya. Membiarkan anak-anaknya bersenang-senang sebelum menghadapi masa sulit nanti. Berperang melawan Kerajaan musuh, Barje.
Di ruang penghangat.
Semua hidangan dan juga minuman hangat tersaji. Bahkan sop buah yang sengaja dibuat In Hyun untuk mereka cicipi sebagai menu hidangan penutup terbaru istana Goguryeo.
In Hyun menatap semuanya. "Bukankah kalian akan datang tiga hari lagi? Kenapa datang secepat ini?"
Hie Jung malah tersenyum mendengar pertanyaan In Hyun. "Kami merindukan istana ini, terutama padamu Ratu."
"Benar, setelah kepergianmu kembali ke istana ini. Kami sangat merasa kosong dan hampa Ratu." Sambung Nouran Chan.
In Hyun menoleh pada sepasang pengantin baru. "Dan kalian berdua, bukankah kalian dalam masa honeymoon~~maksudku masih pengantin baru dan masih dalam hari Bulan madu. Kenapa cepat sekali kalian berkunjung ke sini?" tanyanya heran.
Lii Shishi malah terkekeh geli. "Apakah jika kami masih pengantin baru, terlarang untuk berkunjung ke istana ini, Ratu?" candanya.
"Bu-bukan itu maksudku-"
"Dari pertama kami memang berniat mengunjungi kalian setelah beberapa hari menikah. Apalagi ketika mendengar kalau kalian mempunyai berita penting tentang sang pria bertopeng. Kami langsung saja bergegas dan tak sabar untuk segera datang ke Goguryeo." Jawab Wang Jhaojun menoleh kepada Jeong Soon.
"Wang benar," sahut Luo Guanjong. "Sepanjang perjalanan, kami merasa penasaran. Kami hanya mengira kalau sang pria bertopeng datang atau tertangkap oleh istana. Ternyata, sang pahlawan itu selama ini berkumpul bersama kita."
"Kalian tak seberapa terkejutnya," kata Lee Hwon. "Tidak seperti aku yang melihat dengan mata kepala sendiri wujud asli hyung Jeong Soon waktu itu. Bahkan sempat mengira kalau kakakku telah dibunuh dan digantikan oleh Jeong Soon palsu sang pria bertopeng."
Ckk! Jeong Soon malah berdecak. "Kalian terlalu melebih-lebihkan kenyataannya. Dan kalian juga terlalu menyanjungku tinggi."
"Tapi itu benar," sahut In Hyun. "Bukankah, Paduka sendiri yang telah menyelamatkanku dan juga Pangeran Lee Hwon dari istana Barje."
"Ya, dan mengeluarkan jurus pelenyap bumi." Sambung Hie Jung.
"Bahkan beberapa kali menyelamatkan istana ini dari para pengkhianat." Imbuh Nouran Chan.
"Dan tak lupa adalah, telah menyelamatkan Ratu Hyun dari segala macam bahaya." Ujar Lii Shishi.
"Jadi kami takkan merasa takut lagi ketika diserang dadakkan oleh musuh, kan kita mempunyai seorang pendekar sakti, sang pria bertopeng pelindung tiga istana." Luo tak henti-hentinya memuji Jeong Soon, dan sebenarnya Jeong Soon malah tak suka dipuji sama sekali. Dia adalah seorang Kaisar baru yang merasa belum pantas untuk mendapat pujian seperti itu.
Jeong Soon hanya tersenyum tipis. Baru kali ini mereka memuji sampai sejauh itu. Tapi pada kenyataannya, mereka tak tahu rasa cemas dan khawatirnya hati Jeong Soon karena belum bisa membangkitkan para iblis Takeda Riku.
Mereka bercanda bersama di sana. Menghabiskan waktu sampai malam tiba.
Malamnya di Kerajaan Barje.
Di dalam kolam darah.
Ching Daiki telah berubah drastis. Tubuhnya yang dulunya agak kurus menjadi berotot besar. Otot-otot perutnya mulai mengencang dan menonjol keluar. Matanya berubah merah. Dan yang paling menakutkan adalah kuku-kuku jarinya memanjang.
Daichi dan Yatsuko yang melihat perubahan itu tertawa puas. Hari yang dinantikan akan segera tiba.
Perubahan Ching Daiki tersebut ternyata membangkitkan para siluman gunung Huaguo. Mereka bangkit dari dalam tanah dengan tubuh mengerikan dan menakutkan lebih tepatnya mereka adalah mayat hidup. Para siluman itu bangkit bersama dengan Raja siluman mereka Kaisar Huangli.
Di gunung Huaguo. Para siluman membungkuk hormat kepada Raja mereka. Datang Panglima Wujhi untuk menjemput para siluman tersebut. Huangli memicingkan matanya menatap Wujhi. "Bukankah kau adalah salah satu Oanglima istana Goguryeo?"
"Itu benar, Yang Mulia." Jawab Wujhi membungkuk.
"Bagaimana kau bisa bangkit kembali dan bergabung dengan kami musuh bebuyutanmu?" tanya Huangli aneh.
Wujhi masih menunduk. "Sekarang hamba adalah salah satu dari kalian. Karena pemimpin kita satu yaitu Kaisar Daichi."
"Jadi maksudmu, yang membangkitkan kami adalah Kaisar Daichi?"
Wujhi mengangguk. "Benar Yang Mulia. Beliau berserta istrinya Ratu Yatsuko yang datang kemari. Tetapi, yang membangkitkan kalian adalah Yang Mulia Kaisar Ching Daiki. Cucu dari Kaisar Daichi."
Huangli menyeringai mengerikan. "Ternyata mereka telah berhasil membangkitkan kami. Meski penampilan kami sangat mengerikan seperti ini, tapi kita punya dendam yang belum terbalaskan yaitu membunuh seluruh penghuni Kerajaan Goguryeo beserta dua Kerajaan lainnya, Gojoseon dan Silla."
"Itu sangat tepat sekali, Yang Mulia. Terakhir kali kami menyerang ke sana, kami tidak menang dan juga tidak kalah karena jurus pelenyap bumi. Tapi kali ini tak ada yang bisa menghentikan kita semua untuk menguasai ketiga Kerajaan itu.
"Hahahaha!" Kaisar Huangli tertawa puas karena telah bangkit kembali. Para siluman lainnya pun ikut tertawa puas. Semuanya meninggalkan gunung Huaguo, ada yang melayang dan ada juga yang berjalan layaknya zombie menuju ke Kerajaan Barje.
Kembali ke Kerajaan Barje.
Kaisar Daichi memejamkan kedua matanya sembari menyeringai. "Mereka tengah menuju ke sini. Kita akan segera mengalahkan dan merebut ketiga Kerajaan itu. Hahahaha!" ia pun tertawa lepas tak sabar akan hari penyerangan nanti.
Yatsuko juga ikut menyeringai. "Bukan hanya tiga Kerajaan yang akan kita kuasai, tapi seluruh dunia ini."
Ching Daiki menatap kepalan tangannya. "Aku sudah tak sabar ingin segera memilikimu calon istriku, Ratuku, Hwa Young."
Malam itu.
Seperti biasa Jeong Soon pergi ke lembah terkutuk untuk bersemedi, dan kali ini yang menemani In Hyun di istana baru adalah para Putri. Mereka sengaja menemani In Hyun untuk melepas rasa rindu. Semenjak perasaan ketiganya tidak enak dan selalu merasa khawatir tanpa sebab, mereka memutuskan malam itu untuk tidur berempat di paviliun In Hyun.
Dan sudah pasti sebelum tidur mereka mengobrol bersama-sama serta bercanda.
Hie Jung memeluk In Hyun. "Ratu, apakah kau selalu menunggu Kak Jeong Soon selama bersemedi?"
In Hyun menggelengkan kepalanya. "Semenjak aku mengetahui bahwa dia sang pria bertopeng dan juga sering bersemedi. Entah kenapa terkadang aku sering tertidur dengan lelapnya sebelum dia pergi dan terbangun di pagi harinya?"
Lii Shishi mendekatinya juga. "Apakah ketika kau terbangun dari tidurmu, Paduka belum pulang dari lembah terkutuk?"
In Hyun tersenyum. "Setiap membuka mataku, dia selalu ada di sampingku, meski terkadang aku tak tahu kapan dia pergi dan kapan dia pulang."
"Hmm?" Nouran tampak berpikir. "Berarti, Paduka Jeong Soon memang suami yang benar-benar bertanggung jawab dan juga-"
"Bukan hanya dia," potong In Hyun. "Semua Pangeran juga sangat bertanggung jawab, termasuk Pangeran Lee Hwon." Godanya membuat Nouran Chan menunduk malu.
"Ratu Hyun benar Putri Nouran," Hie Jung menatap keduanya, "semuanya sangat bertanggung jawab atas istana dan juga kepada seluruh penduduknya juga." Ia membayangkan bagaimana baik serta perhatiannya Luo Guanjong, hormat kepada orang tua dan sangat sayang kepada yang lebih muda, termasuk Pangeran yang dermawan juga.
Lii Shishi mengernyitkan keningnya. "Tapi kenapa Pangeran Ching Daiki tidak seperti para Pangeran lain pada umumnya. Kenapa dia kejam sekali?" tanyanya merasa aneh.
"Kau benar Shishi, sebenarnya apa yang terjadi padanya. Waktu kecil, bukankah Kerajaan Okjeo adalah sahabat Kerajaan kita semua. Kenapa dia merebut serta membunuh seluruh keluarga Ratu Hyun dan juga merebut istananya?" Hie Jung juga merasa aneh. "Seingatku, Ching Daiki adalah teman dekat Kak Jeong Soon, dia bahkan sangat baik sekali." Ia menatap kepada In Hyun.
"Lalu, kenapa dia menjadi jahat seperti itu?" tanya In Hyun merasa penasaran mendengar cerita mereka. Selama ini tak ada yang mau menceritakan hal itu bahkan dia tak tahu jika Ching Daiki pernah menjadi sahabat Jeong Soon dan juga Pangeran lainnya.
"Aku tahu apa penyebabnya." Jawab Lii Shishi.
In Hyun, Hie Jung dan Nouran kini menatap penasaran pada Lii Shishi. Karena selama ini, tak ada yang tahu penyebab Kerajaan Okjeo ingin memiliki semua Kerajaan. Lii Shishi menghela napasnya terdahulu. Kemudian mulai bercerita.
♠♠Flashback♠♠
Beberapa tahun silam ketika Jeong Soon dan Ching Daiki berteman sangat dekat. Keduanya baru menginjak usia 9 thn dan Hwa Young berumur 5 thn. Keduanya sangat menyayangi Putri Hwa Young tapi diam-diam keduanya merasa sayang bukan sebagai adik, melainkan sebagai calon istri untuk masa depan.
Waktu itu. Ching tengah berburu dengan Jeong di lembah terkutuk dan seperti biasa mereka berburu kelinci atau burung di sana.
Ching tampak termenung tak banyak bicara.
Jeong Soon merasa heran melihatnya tidak seperti biasanya. Dia membiarkan Ching termenung sejenak tak jauh darinya.
Letak Kerajaan Okjeo dengan Goguryeo sangat lah jauh. Akan tetapi Kaisar Daichi dan juga Kaisar Ching Wu Ayahnya Ching Daiki sangat dekat dengan keluarga besar Kerajaan Goguryeo sehingga dalam satu tahun mereka kerap kali mengunjungi Goguryeo bahkan sangat sering jika mereka ada urusan ke setiap tempat dan pasti akan berkunjung ke Goguryeo terdahulu.
Hari itu Ching datang dengan kedua orang tuanya tetapi kakeknya Daichi tengah ada urusan lain di Kerajaan Gojoseon.
"Yah. Ching, kenapa kau melamun terus dari tadi?" tanya Jeong Soon heran sembari menarik busur panahnya untuk membidik buruan.
Ching tidak menjawab hanya diam saja.
"Ayolah Ching, cepat katakan ada apa?" selidik Jeong bertambah penasaran karena selama ini tak ada yang disembunyikan oleh Ching kepadanya.
"Aku akan mengatakannya sekali, jadi jawab dengan jujur. Apakah kau mencintai Putri Hwa Young?"
"Mueoseulyo (Apa)?! Apa kau sudah gila? Aku memang sayang sama dia," jawab Jeong. "Tapi hanya sebagai adik saja." Jawabannya itu jauh berbeda dari apa yang ada di dalam hatinya. Dia sengaja mengatakannya karena waktu itu dia tak ingin kehilangan satu-satunya teman baiknya.
"Benarkah?" tanya Ching tak percaya, namun wajah murungnya seketika berubah cerah.
Jeong Soon tersenyum sembari menepuk sebelah pundaknya. "Bukankah kita tak sengaja mendengar kalau kau akan dijodohkan dengan Putri Hwa Young. Kenapa kau malah bertanya padaku kalau aku mencintainya atau tidak?"
"Aku hanya bertanya tentang perasaanmu saja. Kalau begitu kau harus berjanji bahwa kau takkan menikahi Putri Hwa Young." Ucap Ching masih tak percaya.
"Aku berjanji ti-" belum selesai Jeong Soon mengucapkan janjinya. Keduanya dipanggil oleh dua pengawal agar segera kembali ke istana untuk makan siang.
Adat Kerajaan tentang janji adalah. Jika janji itu diucapkan secara komplit apa yang mereka perjanjikan maka janji akan disebut sah dan yang mengingkarinya akan terkena hukuman. Tetapi waktu itu Jeong Soon belum sempat mengucapkan keseluruhan janjinya, jadi janjinya belum sah atau tidak benar.
Tetapi bagi Ching, ia telah menganggap janji itu sudah sah.
Sesampainya di istana Goguryeo. Keduanya melihat Kaisar Ching Wu tengah berselilih dengan Kaisar Jumong Ayah Hwa Young. Entah mereka menyelisihkan hal apa sehingga keduanya tampak marah besar serta saling mengancam. Bahkan rencana untuk menjodohkan Ching dan Hwa Young dibatalkan. Akhirnya Ching dibawa pulang paksa oleh Ayahnya.
Sebelum naik kereta, Ching menatap Jeong dan sempat berteriak. "Jeong Soon, aku akan memegang janjimu untuk selamanya!"
Jeong Soon hanya mengangguk.
Ternyata di dalam perjalanan pulang. Kereta yang Ching bersama dengan kedua orang tuanya meledak. Untungnya Ching terlempar dari kereta kuda. Sampai beberapa kereta pengawal pun ikut meledak. Ching pingsan dengan penuh luka di seluruh tubuhnya dan dibawa oleh pengawal yang masih hidup ke Kerajaan Okjeo.
Daichi yang mendengar perselisihan anaknya dan Kaisar Jumong tampak marah besar.
Ketika Ching sadar dari pingsannya. Dia melihat kedua orang tuanya dalam keadaan sudah tak bernyawa dan dia juga mendengar makian kakeknya kepada seluruh Kerajaan.
Daichi mengira kalau anak dan menantunya itu mati karena diserang oleh keempat Kerajaan hanya untuk menyingkirkan Kerajaannya dari Negeri mereka. Padahal ranjau bom di jalan yang meledakkan kereta anaknya sengaja dipasang para perompak Kerajaan yang mengambil kepingan emas serta harta berharga lainnya dari orang-orang kaya yang lewat ke sana.
Ching Daiki awalnya tak mempercayainya bahwa Kerajaan Putri Hwa Young dan Kerajaan Jeong Soon telah membunuh Ayah serta Ibunya. Tetapi beberapa Bulan kemudian, dia mendengar kalau Jeong Soon dijodohkan dengan Hwa Young. Dari saat itu, Ching berjanji akan merebut kembali Hwa Young dan kebenciannya kepada keempat Kerajaan semakin besar. Terutama mereka telah membunuh kedua orang tuanya. Sesungguhnya ia tak tahu rencana siapa di balik semua itu?
Jeong Soon awalnya tak mau menerima perjodohan itu. Dia mengatakan kepada kakeknya bahwa dia telah berjanji kepada Ching Daiki tidak akan pernah menikahi Hwa Young. Tapi mendengar penuturan bahwa janjinya belum sah, maka Jeong Soon sedikit merasa tenang dan akan menjelaskan kepada Ching semuanya. Niatnya, dia akan menyerahkan Hwa Young untuk menikah dengan Ching.
Tetapi dari saat Jeong Soon dan Hwa Young terkena kutukan. Di saat itu baru lah Jeong Soon berjanji akan menjaga Hwa Young melebihi nyawanya sendiri, selamanya.
Tak lama setelah perjodohan dan kutukan. Ia mendengar bahwa Kerajaan Barje telah direbut dan seluruh penghuninya mati dibunuh, serta jatuhnya Hwa Young ke jurang dan menghilang. Dari saat itu kebencian Jeong Soon pada Ching mulai tumbuh, ditambah kematian kakeknya di tangan Kaisar Daichi. Kebenciannya semakin bertambah besar terutama ketika kematian Ibunya karena racun Yatsuko.
♠♠Flashback off♠♠
"Selama ini kami mencarimu ke mana-mana, Ratu. Dan setelah kau ketemu, kini kau diperebutkan oleh Ching Daiki." Lii Shishi mengakhiri ceritanya.
In Hyun yang mendengarkan cerita itu kini mengerti, kenapa Ching Daiki begitu berusaha merebutnya dari tangan Jeong Soon. Dan pantas saja dia selalu mengatakan bahwa dirinya calon istri pria kejam itu. Ternyata dia telah dijodohkan terdahulu dengan Ching Daiki sebelum dengan Jeong Soon.
Hie Jung dan Nouran Chan selalu menggenggam kedua tangan In Hyun untuk menenangkannya.
"Kau jangan khawatir Ratu. Selama Paduka Jeong Soon dan kami masih hidup. Kami takkan membiarkanmu direbut oleh pria kejam itu." Kata Hie Jung menempelkan pinggir kepalanya ke kepala In Hyun.
In Hyun mengangguk. "Gomasseumnida. Kalian selalu ada di sampingku."
"Itu sudah pasti, kami akan selalu berada di sampingmu." Ucap Nouran Chan.
Lii Shishi juga tersenyum. "Kita akan selalu bersama seperti ini. Selamanya."
"Sudahlah, jangan membuat Ratu kita bertambah khawatir. Sebaiknya kita istirahat, karena besok kita akan melakukan banyak hal." Kata Nouran Chan sangat bersemangat.
Sementara Wang, Luo dan Lee berada di paviliun Lee. Mereka tampak merencanakan sesuatu untuk perang nanti melawan Kerajaan Barje.
Jeong Soon sengaja memberitahu mereka agar selalu siap siaga karena Kerajaan Barje bisa menyerang mereka kapan saja seperti waktu itu.
Di lembah terkutuk.
Sebelum bersemedi, Kaisar Qingrou memberitahu Jeong Soon bahwa pertarungan waktunya sudah dekat. Hal itu membuat Jeong Soon semakin gelisah, tapi dia masih berharap akan bisa membangkitkan Takeda Riku. Secepatnya dan sesegera mungkin, meski dia tahu kalau kemungkinan itu kini hanyalah 20% dari 100%. Dia semakin berkonsentrasi untuk bersemedi. Selama harapan masih ada, dia takkan menyerah demi Kerajaan terutama demi semua orang-orang yang disayanginya.
Di paviliun.
In Hyun masih terjaga. Dia melirik pada ketiga Putri yang tampak sudah tertidur dengan lelapnya. Entah kenapa dia tak bisa tidur saat ini. Pikirannya masih mengembara ke mana-mana, hatinya juga selalu gelisah dan merasa cemas. Ia merasa akan terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan atau sesuatu yang besar akan segera terjadi, dalam hatinya terus berdo'a. Semoga semua cepat berlalu dan juga apa yang ditakutkannya tak pernah terjadi. Sambil mengusap-usap pelan perutnya. "Nak, semoga nanti Ayahmu, kita, semuanya selamat dan baik-baik saja. Atau kita berdo'a semoga peperangan itu tak pernah terjadi."
☆☆☆☆
Di Kerajaan Barje.
Ching Daiki menatap bintang-bintang. "Sebentar lagi. Tunggu sebentar lagi, aku akan menjemputmu sebagai pengantin wanitaku, akan aku jadikan kau Ratu pemilik keempat Kerajaan serta Ratu di hatiku. Kita pasti akan bahagia dan akan menguasai apa yang kita inginkan. Tunggulah sebentar lagi. Ratu Hwa Young." Gumamnya sembari menyeringai mengerikan.
Ӝ----TBC----Ӝ
Revisi ulang*
15 April 2020 🌺
By~ Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top