♟49♟Misteri lambang emas.

💞 Aku takut kau akan hilang suatu hari nanti. Tidak meninggalkan jejak seolah tak pernah ada.
💞 Aku kembali ke awal seperti biasa. Itu hampa dan tidak ada orang di sana.
💞 Aku berhenti melangkah dan merasa kehilangan seperti orang bodoh.
💞 Ini seperti baru saja terbangun dari mimpi terbesarku. Atau aku terlalu keras berpikir sehingga hampir menjadi gila?
💞 Tapi, selama jantung ini berdetak dan diri ini masih bernapas. Aku akan selalu mencintaimu.
💞 Aku berharap kau selalu ada disisiku dan menemani hari-hariku untuk selamanya. Apakah itu salah dan terlalu egois?
💞 Maafkan aku jika sudah menjadi egois dan keras kepala. Itu semata-mata karena kutakut kehilanganmu.
💞 Andai saja kau ditakdirkan selalu berada disisiku selamanya. Tetap mengisi ruang hampa di dalam hatiku.
💞 Andai jika semua harapanku terjadi. Aku akan sangat bersyukur kepadamu Tuhan.
💞 Kau memang masih di sampingku. Namun, kenapa aku sudah merasa ada sesuatu yang hilang dari hatiku?
💞 Andai aku tak mengetahui hal itu. Mungkin aku akan bahagia tanpa merasa takut kehilanganmu.
💞 Setelah kepergianmu nanti. Bagaimana bisa aku melewati setiap kenangan buram yang kualami?🌿

*°°☆☆☆☆°°*

Sebuah lambang yang diberikan oleh kakeknya Jeong Shuji ketika di dalam Goa waktu itu kini terlihat oleh istrinya itu. Sebuah lambang gantinya tatoo di dadanya dan juga di dada In Hyun. Sebuah lambang ikatan Cinta mereka berdua dan juga lambang perpisahan.

"Lambang apa?" Jeong Soon pura-pura tidak melihat lambangnya itu yang baru disadarinya bahwa telah berubah warna menjadi perak keemasan.

In Hyun mengernyitkan keningnya. Kenapa Jeong Soon tak melihat lambang yang begitu jelas di pergelangan tangannya itu? Apakah hanya dia yang salah melihat? Dia pun memegang tangan Jeong Soon erat sembari memperhatikan dalam-dalam apa yang dilihatnya barusan. Memang benar dan penglihatannya tidaklah salah.

Lambang itu seperti sebuah tatoo yang dulu menempel di dada mereka yang telah lama lenyap ketika melakukan ritual suami istri. Namun, bentuknya sangat berbeda. Lalu, lambang apa itu? Di dalam pikirannya bertanya-tanya sendiri karena Jeong Soon kini kembali diam terpaku seolah tubuh tanpa nyawa.

Ternyata di dalam hati Jeong Soon berkecamuk pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan In Hyun. Namun, yang tidak diduganya adalah. Secepat itukah istrinya itu melihat lambang elang di pergelangan tangannya itu? Dan dia masih mengingat perkataan kakeknya bahwa jika In Hyun sudah bisa melihat lambang itu, berarti dia akan segera kembali ke zamannya atau sudah dekat waktunya. Jika hal itu benar-benar terjadi. Lalu, bagaimana nasib anak yang kini tengah dikandungnya itu? Bagaimana dia bisa kembali ke zamannya? Apakah dengan cara yang sama yaitu-

"PADUKA!" Suara melengking dari In Hyun sontak mengembalikan kesadaran Jeong Soon bahkan membuatnya tersentak kaget.

"Ehmmm," Jeong Soon berdeham sedikit untuk menghilangkan kegugupannya itu. "Ada apa, istriku?"

In Hyun menghela napasnya panjang. "Kau belum menjawab tanda apa ini? Seperti sebuah tatoo bergambar seekor elang dan sejak kapan tanda ini berada di pergelangan tanganmu? Kenapa aku baru melihatnya sekarang?" pertanyaan yang dilayangkan secara bertubi-tubi itu membuat Jeong Soon diam seperti tadi tak bisa menjawabnya.

Jeong Soon merasa bingung untuk menjelaskannya meski penjelasannya itu sudah pasti hanya karangannya saja. Dia harus berusaha untuk membuat In Hyun tidak curiga kepadanya. "Ini-" belum sempat dia menjelaskannya.

Tiba-tiba In Hyun terdiam sembari memperhatikan pergelangan tangannya juga. "Pa-Paduka ... kau lihat ini. Se-sejak kapan tanda ini ada di pergelangan tanganku juga?" Ia tampak terbata-bata ketika melihat lambang yang sama dengan yang ada di pergelangan tangan Jeong Soon.

Jeong Soon sontak langsung menarik tangan In Hyun untuk melihat tanda apa yang dimaksud istrinya itu. Kedua matanya membulat sempurna. Belum sempat dia memikirkan atas jawaban tentang lambang dan juga menahan rasa takut akan kehilangan In Hyun. Kini sebuah misteri bertambah lagi dengan adanya sebuah lambang yang sama di pergelangan tangan In Hyun.

"Bagaimana ini bisa terjadi? A-apakah kita terkena kutukan yang lainnya seperti waktu itu? Bukankah kutukan kita juga belum hilang?" Bibir In Hyun tampak gemetaran mengingat kutukan ketika salah satu terluka maka yang lain akan ikut terluka. Jadi, jika lambang itu ada di pergelangan tangannya dan Jeong Soon. Kutukan apalagi nanti yang akan menimpa keduanya?

Jeong Soon semakin tidak mengerti. Jika In Hyun memang akan pulang ke zamannya. Kenapa harus ada tanda yang sama di pergelangan tangan mereka? Apa itu tandanya mereka berdua telah terikat janji suci dan In Hyun takkan kembali ke zamannya lagi?

"Aku juga baru melihatnya, istriku." Jawabnya dengan nada lirih terpaksa berbohong. Sebenarnya dia tidak sepenuhnya berbohong. Lambang di pergelangan tangan In Hyun memang baru melihatnya, tadi tidak ada dan sekarang ada begitu saja terukir di tangan In Hyun. Ia merapatkan tangannya dengan tangan In Hyun bersampingan agar membandingkan kedua lambang itu.

Lambang yang sama yaitu seekor burung elang. Tapi, berbeda warna. Punya Jeong Soon perak keemasan. Sementara punya In Hyun perak ke abu-abuan.

In Hyun malah bengong tak berkutik sedikit pun. Masih menatap lambang aneh itu.

"Apakah kau baru melihatnya? Apa tadi ada sesuatu yang aneh terjadi di sekujur tubuhmu, istriku?" Jeong Soon ingin memastikannya.

In Hyun terdiam berusaha mengingat-ingat setiap kejadian dari bangun tidur tadi sampai saat itu dia duduk di sana. Sepanjang perjalanan memang tidak ada yang aneh. Bagaimana bisa dia memikirkan kejadian tadi tapi melewati kejadian yang baru saja terjadi.

"Ah iya, aku ingat," In Hyun menyatukan kedua telapak tangannya di dada menghasilkan sebuah tepuk tangan yang membuat Jeong Soon kaget kembali.

"Apa itu dan di mana?" Jeong Soon masih menatap penasaran pada In Hyun dan dia sudah bisa menerka bahwa tadi telah terjadi sesuatu kepada istrinya itu sehingga membuatnya mendapatkan lambang yang sama dengannya. Apakah In Hyun diadang oleh kakeknya lalu dia diberi tanda agar dia tak bisa kembali lagi ke zamannya untuk selamanya? Atau tanda apa sebenarnya itu..?

"Ciuman," In Hyun menjawab dengan nada yang sangat ringan seolah ciuman itu sesuatu hal yang sudah biasa baginya sekarang.

"Ciuman?" Jeong Soon menurunkan sebelah alisnya. Apa maksudnya dengan ciuman barusan?

In Hyun mengangguk pasti. "Ne. Ciuman kita barusan itu membuat bulu kudukku meremang. Ada sesuatu yang panas menjalar di sekujur tubuh dan berkumpul di pergelangan tanganku ini," ujarnya merasa yakin apa yang dirasakannya.

"Benarkah hal itu?" Jeong Soon merasa tidak yakin. Tapi dia tahu kalau istrinya itu tidak mungkin berbohong.

In Hyun mengangguk yakin. "Sebenarnya, tanda apakah ini, Paduka?" ia jadi berubah khawatir dan takut.

Jeong Soon memegang kedua pipi In Hyun kemudian mengecup keningnya. "Kau jangan takut, aku akan segera mencaritahunya. Mungkin saja tanda ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk kehidupan kita." Ia mencoba menenangkan In Hyun dengan kecupan lembutnya di kening setelah itu menyandarkan kepala In Hyun di dadanya.

Keduanya pun menghela napas panjang. Memandang sekitar dengan perasaan tenang.

Jeong Soon berpikir kembali dan ketakutannya sedikit berkurang. Yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah, apakah lambang itu tanda bahwa In Hyun tidak akan kembali ke zamannya lagi? Mereka akan hidup bersama untuk membesarkan anak-anak mereka kelak. Jika hal itu benar, maka tak ada lagi yang diinginkannya dari kehidupannya hanyalah ingin selalu bersama dengan In Hyun.

SELAMANYA.

Sementara di dalam hati In Hyun dia merasa risau. Apakah tatoo di pergelangan tangannya itu menandakan bahwa dia akan terkena kutukan lagi seperti yang pertama? Kutukan apalagi yang akan menimpa mereka? Apa untuk kali ini kutukan mereka akan semakin parah? Kini dia membayangkan sebuah kutukan yang membuat mereka menjadi seorang yang buruk rupa seperti di dongeng-dongeng zaman dulu.

"TIDAKKK!" tiba-tiba In Hyun berteriak membayangkan kalau wajahnya menjadi buruk rupa.

Hal itu membuat Jeong Soon terkejut bukan main. "Ada apa Adinda? Apa ada sesuatu yang terasa sakit?" jantungnya sudah hampir loncat dari tempatnya karena teriakan In Hyun barusan.

In Hyun meremas erat baju Jeong soon di bagian dadanya. Dengan tatapan ketakutan, dia berujar. "Paduka, apakah tanda ini akan mengubah kita menjadi seekor monster, atau manusia yang buruk rupa atau mungkin menjadi seekor katak?"

Monster? Buruk rupa? Katak? Jeong Soon tampak berpikir apa yang dimaksud oleh In Hyun? Tiba-tiba bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman. "Ppppttthhh," tak lama senyum itu menjadi tawa yang ditahannya membuat In Hyun mengernyitkan keningnya aneh.

Jeong Soon malah memeluk In Hyun yang masih terheran-heran menatapnya. "Tidak ada kutukan seperti itu, istriku. Dan kau jangan khawatir, tidak akan terjadi apa-apa pada kita," (tidak ada kutukan seorang manusia berubah menjadi katak karena dongeng itu adanya di zaman In Hyun bukan di zaman Jeong Soon).

"Benarkah?" In Hyun masih belum percaya atas ucapan Jeong Soon.

Jeong Soon hanya mengangguk, berharap dugaannya itu benar. Tidak bisa dipungkiri kalau hatinya merasa sedikit tenang karena In Hyun juga mempunyai lambang yang sama, meski lambang itu masih misteri baginya. "Sebaiknya kita sarapan dahulu, dari tadi kita belum memakan apa-apa. Kasihan anak kita pasti sudah kelaparan."

Merasa In Hyun sudah kembali tenang. Jeong Soon memberikan makanan kepadanya.

"Tapi-"

"Sstthhh." Jeong Soon segera menghentikan ucapan In Hyun dengan jari telunjuknya. Mereka pun melupakan sejenak masalah lambang di tangan masing-masing.

Seusai makan-makan.

Lagi-lagi In Hyun menatap lambang aneh di pergelangan tangannya. Dia masih belum bisa berpikir dengan akal sehatnya tentang dari mana datangnya tatoo itu dan bagaimana bisa ada di tangannya?

Jeong Soon menutupi pergelangan tangan In Hyun dengan telapak tangannya sembari tersenyum. "Anggap saja tanda ini tak ada." Dia sengaja menutupinya agar In Hyun tidak menatapnya terus.

In Hyun tersenyum sembari menyandarkan kembali kepalanya di bahu Jeong Soon. Sekali-kali ia bergerak sedikit untuk menyamankan dirinya sandaran di bahu suaminya itu. Perlahan dipejamkan matanya merasakan embusan angin yang menerpa wajah keduanya.

Keadaan kini menjadi hening, hanya suara gemuruh air dan juga embusan angin yang bertiup di sekitar lembah terkutuk.

Jika lambang itu adalah tanda dia tidak akan kembali ke zamannya. Maka aku hanya bisa berjanji untuk menjaganya dan juga menjaga anak kami beserta seluruh Kerajaan. Ucap janji Jeong Soon sembari memiringkan kepalanya sedikit ditopangkan ke atas kepala In Hyun.

Jeong Soon dan In Hyun memejamkan kedua mata merasakan ketenangan dan kedamaian hati berada di tempat itu. Tak terasa mereka berdua tertidur di sana.

Hari sudah siang menjelang sore.

Jeong Soon menghela perlahan napasnya dengan kedua matanya yang masih terpejam sembari masih bersandar di batang pohon. Entah ketenangan apa yang dia rasakan saat itu begitu mendamaikan hatinya sehingga membuatnya enggan untuk membuka mata?

Namun, ketika menyadari kalau In Hyun tak lagi dipelukannya. Dia sontak membuka kedua matanya. Hatinya menjadi berdetak kencang mendapati kalau istrinya tak lagi ada di sampingnya. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling namun tak menemukan keberadaan In Hyun.

Dia bangkit dari duduknya berputar-putar mencari In Hyun. Jantungnya semakin berdetak kencang memburu, berpikir apakah istrinya benar-benar sudah menghilang dan kembali ke zamannya? Di dalam kebingungan, keraguan dan juga kekhawatirannya. Tiba-tiba pandangannya tertuju kepada seorang wanita yang berada di tengah-tengah sungai tepat di bawah air terjun. Seketika hatinya menjadi tenang kembali mendapati In Hyun masih di sana dan kini tengah bermain air dengan wajah berseri-seri.

Senyum Jeong Soon kembali terukir di wajahnya. Dia bergegas berjalan menuju pinggir sungai. Setelah melepas kedua sepatu dan juga pakaian luarnya. Dia ikut masuk ke dalam sungai, berenang mendekati In Hyun.

In Hyun yang sangat senang bermain air, tak menyadari kalau Jeong Soon berenang ke arahnya. Ketika tangan Jeong Soon memegang pinggir pundaknya dari belakang.

Seketika itu In Hyun menjerit. "HUUAAA! Hmmmm?" bibirnya keburu dibekap oleh tangan Jeong Soon dari belakang. Ia segera memutar tubuhnya melihat siapa itu. Melihat itu adalah Jeong Soon, hatinya menjadi tenang kembali.

Merasa In Hyun sudah tenang, Jeong Soon baru melepaskan telapak tangannya yang menutupi bibir In Hyun.

"Paduka, kenapa kau mengagetkanku!"

Jeong Soon malah tersenyum. "Aku kira kau sudah menghilang-"

"Menghilang?" In Hyun menurunkan sebelah alisnya. "Memangnya aku akan menghilang ke mana, Paduka?" ia merasa aneh atas ucapan Jeong Soon.

"Maksudku pulang ke istana. Aku kira kau sudah pulang ke istana sendirian. Maaf karena aku terlalu lelap dalam tidurku,"

In Hyun tersenyum. "Aku juga tidur sangat lelap sekali, ternyata begitu nyamannya tidur di tempat terbuka seperti ini. Aku terbangun karena mimpi aneh," dia mencoba mengingat-ingat kembali tentang mimpinya tadi.

Jeong Soon menangkup kedua pipi In Hyun. "Memangnya mimpi apa itu sehingga membuat istriku ini terbangun begitu saja dan menjadi gelisah?"

"Aku bermimpi kalau anak kita sudah lahir dan sudah besar. Lalu kau bermain bersamanya di balkon istana-"

"Benarkah?" potong Jeong Soon tersenyum bahagia, "kenapa mimpi seperti itu disebut aneh?"

In Hyun mengerucutkan bibirnya. "Kau kan belum mendengar semua cerita tentang mimpiku itu," jawabnya sebal.

Cuppp! Jeong Soon malah mengecup kening In Hyun. "Lanjutkanlah ceritanya." Dia dengan setia mendengarkan cerita istrinya itu.

"Lanjutkan?" In Hyun menatapnya ragu.

Jeong Soon mengangguk.

"Baiklah," In Hyun berpikir sejenak. "Tadi di dalam mimpiku, aku melahirkan dan anak kita sudah besar-"

"Laki-laki atau perempuan?" tanya Jeong Soon lagi-lagi memotong cerita In Hyun.

"Laki-laki," jawab In Hyun menghela napasnya panjang.

"Lalu?" Jeong Soon tampak tak sabar mendengar cerita In Hyun dan dia sudah membayangkan bagaimana wajah anaknya kelak.

"Lalu, ketika kita sedang bermain di balkon istana. Anak kita akan terjatuh ke dalam lembah terkutuk ini dan aku keburu menangkapnya. Aku pun ikut terjatuh, namun kau yang cepat memegang tanganku untuk menyelamatkan kami. Setelah itu ...-"

"Setelah itu?" Jeong Soon mengikuti ucapan In Hyun dan menjadi terlihat serius mendengarkan semua ceritanya.

"Setelah itu aku terbangun karena merasa haus," In Hyun melanjutkan ceritanya sembari nyengir karena sebatas itu dia bermimpi.

Jeong Soon terkekeh kecil. Dilingkarkan kedua tangannya ke pinggang In Hyun dan menariknya agar tubuh mereka merapat menghilangkan jarak di antara keduanya.

"Paduka, seandainya itu semua bukan mimpi. Apakah kau akan membiarkan kami jatuh?" In Hyun menatap nanar pada Jeong Soon.

Jeong Soon malah menatap rambut In Hyun yang basah. Tangan kanannya mulai membelai rambut In Hyun kemudian membelai lembut pipinya. "Kau tahu. Di dalam mimpi aku memegang tanganmu dan kau memegang tangan anak kita. Jika aku melepaskan tanganmu, maka anak kita juga akan jatuh. Demi anak kita aku akan mengorbankan segalanya dan akan membalikan dunia jika perlu untuk menyelamatkan kalian. Jadi, mustahil jika aku akan melepaskan tangan-"

Cupppp... In Hyun tiba-tiba saja mengecup bibir Jeong Soon yang basah oleh air. Keduanya masih berada di tengah-tengah sungai. Percikan-percikan air dari air terjun masih menciprati keduanya. Mereka hanyut dalam ciuman.

In Hyun tak tahu jika dari kejauhan ribuan mata memandang iri kepada mereka. Sementara Jeong Soon yang tahu kalau kemesraan mereka disaksikan oleh para penghuni lembah kegelapan seakan tak memedulikannya.

In Hyun melepaskan ciumannya lalu tersenyum malu pada Jeong Soon. Bibirnya sudah gemetaran karena mulai merasakan kedinginan di dalam air terus.

"Sebaiknya kita segera pulang dan berganti pakaian. Sepertinya udara semakin bertambah dingin di sini." Jeong Soon mempersilakan In Hyun untuk berenang duluan lalu diikuti olehnya dari belakang menuju ke tepian sungai.

Sesampainya di tepian.

In Hyun berdiri di tepian sungai sembari menelusupkan jari-jari tangannya untuk menyisir rambutnya serta menurunkan sedikit air dari rambutnya itu.

Jeong Soon sudah berdiri di hadapannya dengan menyodorkan setangkai bunga lavender biru kesukaan In Hyun.

In Hyun terpaku sembari menurunkan sebelah alisnya. Dari mana bunga lavender itu? Bukankah di istananya itu tak ada tanaman lavender? "Paduka, dari mana bunga ini?"

Jeong Soon tersenyum. "Aku menemukannya di sekitar sini," jawabnya sembari semakin mendekat. "Apa kau menyukainya?" tanyanya berpura-pura tidak mengetahuinya. Padahal dia sudah tahu bunga kesukaan In Hyun. Selain bunga sakura dan tulip, ia juga sangat menyukai bunga lavender.

In Hyun mengangguk sembari tersenyum. Dengan senang hati dia menerima bunga itu dari tangan suaminya lalu menyandarkan kepalanya di dada Jeong Soon sambil menghirup harumnya bunga lavender.

Sebelah tangan Jeong Soon melingkar memeluk In Hyun, sebelah lagi mengusap-usap pinggir pundak In Hyun.

"Apa kita akan di sini terus?" In Hyun baru tersadar bahwa tubuh mereka dalam keadaan basah dan hari juga sebentar lagi petang, ia menghela napasnya pelan. "Sebaiknya kita pulang, dari tadi pagi kita belum memberi salam kepada Ayahanda."

"Kau benar, istriku. Sebaiknya kita segera pulang dan menemui Ayahanda serta melihat keadaan Lee Hwon."

Keduanya pun memutuskan untuk pulang. Tangan mereka saling bertautan, bahkan di jalan setapak yang kecil pun, Jeong Soon tak melepaskan tangan In Hyun begitu saja. Dia malah semakin erat menggenggamnya seolah takut kalau In Hyun tiba-tiba saja menghilang begitu saja.

Sesampainya di istana baru.

Jeong Soon menyuruh penjaga istana lama yang tengah berjaga di dekat jembatan untuk membereskan serta membawa barang-barang yang ada di lembah terkutuk. Kedua pengawal itu merasa sedikit takut ke sana, namun karena itu titah sang Kaisar mereka. Akhirnya mereka berdua menurut pergi mengambil barang-barang yang ada di bawah pohon.

In Hyun langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi. Baru saja dia masuk dan hendak menutup pintu. Seseorang menahan pintu itu. Dia langsung menoleh ke belakang. Dilihatnya yang berdiri di depan pintu adalah Jeong Soon.

"Pa.. Paduka, ke-kenapa kau ke sini? Apa ada yang ingin kau sampaikan dulu kepadaku?" In Hyun tampak gugup melihat tatapan Jeong Soon yang sangat berbeda.

Jeong Soon hanya menggelengkan kepalanya pelan membuat In Hyun menelan salivanya berat dan masih berdiri di tempatnya seolah kedua kakinya terpaku.

Ketika Jeong Soon semakin mendekat. Jantung In Hyun juga semakin bertambah kencang debarannya, dia berharap kalau suaminya itu tak mendengar detakan jantung yang semakin bertalu-talu itu. In Hyun menundukkan kepalanya di saat Jeong Soon berdiri tepat di hadapannya.

Jeong Soon membungkuk sedikit untuk berbisik. "Apakah kita bisa melanjutkan kebahagiaan kita yang sempat tertunda tadi di sungai?"

"......?" In Hyun tidak langsung mengerti apa yang dibisikkan oleh Jeong Soon. Namun, ketika Jeong Soon mengecup sekilas pipinya. Ia baru mengerti apa yang dimaksud olehnya itu. "Aku-"

"Sstthhh, cepatlah berendam di air hangat. Tak baik berlama-lama memakai pakaian basah. Nanti kita akan cepat sakit jika begini terus." Tangan Jeong Soon perlahan menurunkan hanbok luar yang dipakai oleh In Hyun. Mengecup lembut bahu kanan istrinya itu membuatnya lupa sejenak akan tugas berat yang harus dijalaninya. Yaitu membangkitkan Takeda Riku.

Malamnya.

Setelah In Hyun tertidur lelap dan dijaga oleh prajurit lembah kegelapan yang melayang berjaga di luar istana.

Jeong Soon turun kembali ke lembah terkutuk untuk melakukan semedi pertamanya. Sebelum melakukan semedinya. Dia bertanya masalah lambang yang ada di pergelangan tangan istrinya kepada Kaisar Qingrou.

Namun, ternyata Qingrou pun tak mengetahui hal itu karena lambang itu muncul dari kakeknya, Jeong Shuji, bukan darinya.

Jeong Soon berencana akan menanyakan hal itu kepada kakeknya, besok atau nanti ketika bertemu kembali dengan beliau. Tanpa membuang waktu lagi. Dia duduk di sebuah Batu besar tepat di pinggir air terjun. Lambang elang di pergelangan tangannya mulai bercahaya seiring dengan rambutnya yang terurai berubah menjadi berwarna perak keemasan.

Dipejamkan matanya dan mulai membaca mantra untuk memanggil atau membangkitkan Takeda Riku. Selama dia melakukan semedi. Air terjun tampak mengalir pelan seolah bukan air yang mengalir jatuh dengan derasnya, bahkan gemuruhnya pun hilang seketika.

Angin yang tadinya bertiup kencang berubah menjadi sepoi-sepoi. Suara hewan-hewan malam pun tak terdengar sedikitpun. Lembah yang tadinya terang tersinari cahaya Bulan kini seketika menjadi gelap gulita. Hanya pancaran cahaya dari tubuh Jeong Soon menyinari sekitaran di mana dia duduk.

Hening...

Sepi...

Sunyi...

Tetesan keringat mulai membasahi seluruh tubuhnya. Ia terkadang merasa panas yang membakar seperti dirinya sedang berada di atas Batu bara yang menyala membakarnya. Terkadang pula merasakan dingin melebihi tertimbun butiran salju yang menyelimuti tubuhnya.

Hanya embusan napasnya yang didengar Jeong Soon saat ini begitu juga dengan detak jantungnya yang terkadang berdetak kencang, terkadang pula kembali normal. Di dalam hatinya dia tahu kalau dia takkan semudah itu dalam semedi pertamanya bisa membangkitkan prajurit atau mungkin dengan sang Raja-nya iblis Takeda Riku.

Tapi, selama dia masih mempunyai harapan dan juga Kerajaan Barje belum menyerang kembali. Selama itu harapannya untuk bisa membangkitkan iblis tersebut masih besar dan takkan menyerah begitu saja. Dia bersemedi di sana sampai malam menjelang pagi.

Ketika cahaya mulai remang-remang menandakan hari sebentar lagi pagi. Qingrou menyuruh Jeong Soon untuk menghentikannya dan segera kembali ke istana sebelum In Hyun terbangun.

Jeong Soon menurut. Ia bangkit dari atas Batu dan berubah kembali menjadi dirinya sendiri. Sebenarnya wujud aslinya adalah sang Pria bertopeng. Akan tetapi jika dia berubah begitu saja dan mengaku sebagai Kaisar istana Goguryeo. Orang tidak akan langsung mempercayainya begitu saja dan dia pun belum siap untuk mengatakannya kepada semuanya.

Maka dari itu dia akan menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Dia melompati dinding lembah terkutuk dari bawah naik ke atas dengan secepat kilat. Sesudah itu dia bergegas pergi mandi untuk menghilangkan keringat yang tadi mengucur ketika bersemedi.

Selesai mandi. Dia pun buru-buru naik ke atas ranjang lalu baringan di samping In Hyun. Menyelimuti setengah tubuhnya kemudian memeluk istrinya yang tertidur miring membelakanginya. Tak lupa, sebelum tidur dia mengecup kening dan juga mengecup sekilas pipi In Hyun. Merasa kedua matanya benar-benar berat, akhirnya dia tertidur dengan lelapnya.

Ӝ----TBC----Ӝ

Revisi ulang*
11 April 2020 🌺

By~ Rhanesya_grapes 🍇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top