"Hyung. Mereka sudah menyerang, dan akan segera sampai ke sini!" Ujar Lee Hwon panik dan tampak khawatir.
Jeong Soon sontak beranjak dari duduknya. "Benarkah mereka menyerang hari ini?"
Lee Hwon mengangguk. "Kami semua sudah menyiapkan pertahanan di luar dan di dalam istana,"
"Apa para wanita sudah disuruh pergi dari istana?" tanya Jeong Soon menoleh pada In Hyun yang sedang sakit demam, dan keringat masih bercucuran di keningnya.
"Ya. Mereka sedang dikumpulkan dan akan segera berangkat menuju ke Kerajaan Silla." Jawab Lee Hwon.
"Bagus, kalau begitu kita juga harus bersiap-siap." Ucap Jeong Soon ingin beranjak pergi dari kamar. Baru saja selangkah.
"Tapi Hyung," Lee Hwon menghentikan langkah Jeong Soon. "Bagaimana dengan Ratu In Hyun? Apa dia sedang sakit?" tanyanya melihat In Hyun yang terbaring tak berdaya di atas ranjang.
Jeong Soon mengangguk. "Dia sedang sakit. Dari itu, aku sendiri yang akan mempersiapkan semuanya untuk kepergiannya menuju istana Silla," ia menatap sayu pada In Hyun. "Setelah itu, kita harus mempersiapkan diri untuk melawan dan mempertahankan istana ini. Aku yakin bahwa mereka sudah hampir mendekat ke sini."
Lee Hwon hanya mengangguk. Lalu bergegas pergi meninggalkan Jeong Soon di tempat.
Jeong Soon melangkah mendekati In Hyun lalu duduk di tepi ranjang. Dengan lembut ia membelai pipi istrinya itu. "Tunggulah sebentar di sini, istriku. Aku akan segera kembali." Dia beranjak pergi dari kamar. Memerintahkan kepada empat penjaga untuk tetap berjaga di sana. Dia lalu berjalan menuju ruang perang di mana perlengkapan untuk bertarungnya tersimpan di sana semua dan menyiapkan strategi yang cukup kuat untuk pertahanan istana saat itu.
Di luar hujan sudah berhenti. Hanya menyisakan rumput-rumput dan tanah yang masih basah. Perlahan angin menggerakkan awan yang menghalangi matahari, kini sinar cahayanya menerangi jagat Raya. Namun, angin masih berembus sedikit kencang seolah menandakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Semua wanita sudah bersiap untuk pergi dari istana menuju ke istana Silla. Hie Jung tampak khawatir tak melihat In Hyun di antara para wanita itu. Dia hanya melihat Putri Nuoran Chan dan juga Lii Shishi yang sedang menyiapkan perlengkapan mereka. Ketika dia melihat Lee Hwon berjalan kearahnya. Ia langsung berlari menghampirinya duluan. "Kakak. Di mana Baginda Ratu dan Paduka Jeong Soon?" tanyanya cemas.
"Mereka sedang bersiap-siap juga. Dan pastinya akan menyusul. Pergilah dahulu, dan tunggulah mereka di istana Silla. Hanya di sana kalian akan aman untuk sekarang." Jawab Lee Hwon memegang sebelah pipi Hie Jung.
"Kakak. Kau bagaimana? Apa kalian akan tetap di sini dan bertarung melawan mereka?" tanya Hie Jung benar-benar terlihat cemas dan khawatir.
Lee Hwon mengangguk. "Jagalah diri kalian baik-baik. Ini sudah kewajiban kita untuk memperjuangkan dan mempertahankan Kerajaan ini meski nyawa sebagai taruhannya." Jawabnya dengan tekad bulatnya.
Hie Jung tak kuasa menahan air matanya, ia langsung memeluk kakaknya itu. "Kakak juga harus berusaha menjaga diri baik-baik. Aku tak mau jika harus kehilangan kakak satu-satunya." Ujarnya sambil menangis tersedu-sedu.
Lee Hwon membelai lembut Puncak kepala adiknya itu. "Pergilah. Jangan membuang waktu lagi." Terasa berat sekali melepaskan pelukan adiknya itu.
Nouran Chan menghampiri mereka. "Putri Hie Jung. Sebaiknya kita segera berangkat." Ia memegang tangan Hie Jung mencoba menenangkan tangisannya.
"Pergilah. Segera sebelum mereka sampai di sini," Lee Hwon menoleh pada Nouran Chan. "Jaga diri kalian baik-baik dan hati-hati di jalan."
"Anda juga jaga diri baik-baik, Pangeran." Kata Nouran Chan lalu menggenggam tangan Hie Jung, membawanya mendekati kereta kuda.
Akhirnya mereka berpisah. Para Putri dan dayang serta pelayan wanita lainnya naik kereta kuda, lalu perlahan kereta meninggalkan halaman istana lewat jalan lain menuju Kerajaan Silla.
Lee Hwon, Luo Guanjong dan juga Wang Jhaojun menuju ke ruang perang di mana Jeong soon Sudah ada di sana.
Di paviliun Jeong Soon di depan pintu kamar In Hyun, seorang wanita muda bertudung berdiri diadang oleh keempat pengawal yang berjaga di sana.
"Hey. Siapa Anda nona?" tanya pengawal satu.
"Anda dilarang masuk." Kata pengawal satunya lagi masih menyilangkan tombaknya.
Wanita bertudung itu membuka tudungnya membuat keempatnya menunduk hormat. "Maafkan kami Putri Jhao Feiyan."
Jhao Feiyan mengibaskan tangannya agar menyingkir dan membukakannya pintu.
"Tapi Anda dilarang masuk Putri." Cegah pengawal yang pertama.
"Kalian berdua. Diperintahkan untuk ke ruang perang menghadap Paduka Jeong Soon. Aku ke sini disuruh mempersiapkan keperluan Baginda Ratu." Ujar Jhao Feiyan menatap keempat pengawal itu secara bergiliran.
Dua pengawal itu percaya saja pada Putri Jhao Feiyan, dan langsung bergegas menuju ke ruang perang.
"Dan kalian. Tetap berjaga di sini." Ucap Jhao Feiyan lagi pada kedua pengawal sisanya.
Mereka hanya mengangguk karena yang mereka tahu bahwa Putri Jhao Feiyan adalah Putri Kerajaan Gojoseon. Sang adik dari Pangeran Wang Jhaojun dari selir Raja Soji (gojoseon).
Jhao Feiyan tersenyum samar, ia berhasil membodohi para pengawal itu lalu bergegas masuk tanpa kesulitan. Jhao Feiyan sebenarnya tak diperintahkan untuk datang ke Kerajaan Goguryeo oleh Ching Daiki. Bahkan dia tak diberitahu bahwa mereka akan menyerang Kerajaan Goguryeo hari ini. Namun, kemarin ketika ia melewati kamar Kaisar Dhaici. Tak sengaja dia mendengar rencana tentang penyerangan itu dan dia merencanakan penyerangannya sendiri.
Pagi buta ketika pasukan Ching Daiki sedang bersiap-siap. Jhao Feiyan secara diam-diam pergi sendirian ke Kerajaan Goguryeo. Dia kini berdiri di pinggir ranjang In Hyun sembari menyeringai. "Sungguh sangat disayangkan. Ternyata kau sakit hari ini, dan aku tak bisa bersenang-senang denganmu. Namun, aku takkan menyia-nyiakan kesempatan ini yang sudah aku tunggu sejak lama." Ucapnya penuh dendam menatap In Hyun yang tampak menggigil kedinginan. "Ternyata Budha hari ini berpihak padaku." Ia langsung membangunkan In Hyun yang tak berdaya dan antara sadar tak sadar. Melingkarkan sebelah lengan In Hyun dilehernya lalu berjalan bersama membawanya keluar melewati pintu belakang.
Meski di belakang penjagaan ketat, Jhao Feiyan dengan berbagai alasan berhasil mengelabui para penjaga dan tak ada yang curiga satupun padanya membawa In Hyun ke Taman belakang di dekat jalan menuju jalan hutan.
Dua pengawal penjaga di depan kamar In Hyun tadi yang dikelabui Jhao Feiyan, kini masuk ke ruang perang. Keduanya melihat Jeong Soon sedang sibuk memberitahukan strateginya pada Ketiga Pangeran.
Jeong Soon menatap sekilas kedua pengawalnya itu. Lalu melanjutkan menjelaskan, namun satu menit kemudian dia langsung tersadar, kenapa dua pengawal itu masuk ke sana? Apa terjadi sesuatu pada In Hyun? "Kalian. Kenapa datang ke sini?" tanyanya curiga.
"Maafkan kami Yang Mulia. Bukankah Paduka yang memerintahkan kami untuk datang ke sini?" jawab satu pengawal itu menunduk tak berani menatap Jeong Soon.
"Kapan? Bukankah aku memerintahkan kalian untuk tetap berjaga di depan kamarku, apa pun yang terjadi." Jawab Jeong Soon terkejut mendengarnya dan kapan dia memerintahkan mereka datang ke ruang perang? Sementara dia tadi memerintahkan lain.
"Tapi Paduka, tadi datang Putri Jhao Feiyan ke depan kamar Anda dan berkata Anda memerintahkan kami datang ke sini." Jawab satu pengawal lainnya dengan menunduk ketakutan juga.
"Jhao Feiyan?" Wang Jhaojun terkejut mendengar nama adiknya itu.
"Apa dia datang kemari denganmu Pangeran Jhaojun?" tanya Luo Guanjong menatapnya aneh melihat keterkejutan Wang Jhaojun.
Wang Jhaojun menggelengkan kepalanya. "Semenjak kejadian jatuhnya Permaisuri Hyun dan ditemukan di lembah terkutuk. Semenjak itu dia pulang dari sini namun tak pulang ke Kerajaan Gojoseon. Sampai hari ini kami masih mencari pergi kemana dia selama ini?"
Semuanya terkejut mendengarnya.
"Kenapa kau baru menceritakan semuanya sekarang?" tanya Lee Hwon mulai menerka-nerka.
"Karena ketika aku ingin memberitahukan hal itu, banyak kejadian di Kerajaan ini dan juga meninggalnya Ibu Suri." Jawab Wang Jhaojun tampak menyesal karena mengundur-ngundurkan menceritakan tentang menghilangnya Jhao Feiyan kepada mereka. Dia berpikir mungkin Jhao Feiyan pergi ke gunung ke para guru mereka untuk menenangkan diri.
Jeong Soon mulai khawatir. Dia teringat waktu ketika di hutan saat In Hyun jatuh ke jurang. Pasti sekarang juga Jhao Feiyan punya rencana buruk pada istrinya itu. Ia langsung bergegas meninggalkan ruangan itu menuju ke kamarnya. Ketika sampai dia melihat kedua pengawalnya masih berdiri di depan kamarnya. Ia langsung membuka pintu lalu setengah berlari masuk ke kamar. Kedua matanya terbelalak melihat tempat tidur kosong dan pintu belakang terbuka.
Dia menanyakan pada semua penjaga dan pengawal di taman belakang, dan mereka ada yang menjawab bahwa Putri Jhao Feiyan membawa ke depan untuk naik kereta kuda, ada yang menjawab membawanya ke Taman dan ada yang melihat mereka menuju ke jalan belakang istana menuju hutan.
Tangan Jeong Soon mengepal erat. "Sial. Ternyata dia sudah menjadi pengkhianat, pasti dia suruhan keparat Ching untuk membawa istriku kabur dari sini." Gumamnya sudah curiga dari dulu ketika dia memeluknya di hutan, dan ketika melihat tatapan matanya yang penuh dendam pada In Hyun. Dia hendak mencari dan menyusul ke arah hutan, tapi mendadak terdengar suara ledakan keras di luar istana.
Bleedaarrr...!!
Semua penghuni kaget dan langsung siap siaga.
Jeong Soon terpaksa mengurungkan niatnya untuk menyusul Jhao Feiyan dan In Hyun. Tapi dia memerintahkan puluhan pengawal untuk mencari Jhao Feiyan dan In Hyun di hutan. Dia berharap Jhao Feiyan tidak melakukan sesuatu pada In Hyun.
Ching Daiki, Yatsuko dan Kaisar Dhaici berdiri di depan gerbang istana Goguryeo. Mereka tersenyum lebar karena sudah sampai di sana sesuai rencana.
Lee Hwon memimpin prajurit di istana sebelah Timur. Luo Guanjong memimpin prajurit di sebelah Selatan, dan Wang Jhaojun memimpin prajurit di bagian Utara istana, karena bagian Barat istana adalah lembah terkutuk. Mereka bersiap siaga memimpin ribuan prajurit dan bala tentara dari tiga Kerajaan.
Kaisar Goryeo sudah memakai pakaian perangnya. Ia juga bersiap untuk melawan musuh bebuyutannya yaitu Kaisar Dhaici.
Luo Guanjong yang melihat Kaisar Goryeo ingin ikut berperang segera mencegahnya. "Yang Mulia. Sebaiknya Anda ikut pergi ke Kerajaan Silla. Tubuh Anda tidak akan kuat untuk melawan musuh yang bukan manusia itu, Yang Mulia."
Kaisar Goryeo menyeringai. "Apa kau ingin aku menjadi pengecut dengan berlari ke Kerajaan Ayahmu seperti para wanita." Ucapnya sudah bertekad ingin ikut bertarung. "Kamu tenang saja Pangeran Luo. Aku sudah menunggu hari ini, hari di mana aku akan membalas dendam Ayah (Kaisar Jeong Shuji) dan juga istriku." Ia tampak sudah tak sabar ingin bertarung melawan mereka.
Mendengar hal itu Luo Guanjong jadi tak bisa melarang atau mencegahnya. Memang benar, itu adalah pertarungan lama yang tertunda antara Kaisar Goryeo dan Kaisar Dhaici.
Jeong Soon memerintahkan Panglima Zheng Yan untuk mencari In Hyun dan Jhao Feiyan bersama prajurit susulan. Dan mengerahkan pengawal untuk mencari mereka ke semua tempat. Bahkan perbatasan lain menuju Kerajaan Barje diperketat. Dia yakin jika Jhao Feiyan telah menjadi pengkhianat untuk Kerajaan Barje, pasti ia akan membawa In Hyun lewat sana.
Bledaarrr... bledaarrr...!!
Pasukan Ching Daiki mulai menyerang dan melancarkan panah-panah beracun mereka membunuh semua prajurit Goguryeo serta mulai maju menyerang.
"SERAAANNGGG!!" Teriak Lee Hwon menyerang prajurit pedang Ching.
Tranggg... tranggg... jleebbb...
Pertarungan pedang, tombak dan panah antar prajurit mulai dilancarkan. Dari bagian Timur, Utara dan Selatan.
Ching Daiki mulai naik ke dinding tinggi gerbang pertahanan. Dia mulai membantai semua prajurit yang menghalanginya. Rencana dia hanya satu yaitu merebut Kerajaan Goguryeo atau merebut dahulu In Hyun dari tangan Jeong Soon.
Yatsuko juga mulai naik ke sana membantu Ching.
Kaisar Dhaici menyeruduk ratusan prajurit untuk ikut menghancurkan dan membunuh semua prajurit dan bala tentara Kerajaan Goguryeo. Langkah Kaisar Dhaici terhenti ketika melihat di hadapannya Kaisar Goryeo tersenyum sinis menatapnya.
"Lama tidak bertemu Goryeo." Ucap Kaisar Dhaici tersenyum sinis juga.
"Belum cukupkah kau membunuh Ayah dan istriku? Kini kau ingin merebut Kerajaanku juga." Kata Kaisar Goryeo mengeratkan tangannya di pegangan pedang.
"Itu memang belum cukup. Selain merebut Kerajaan ini, aku akan membunuhmu juga." Ucap Kaisar Dhaici mulai menyerang duluan.
"Hiaatttt... Trangggg!" keduanya saling adu pedang dan juga tenaga dalam.
Yatsuko berdiri di belakang Ching Daiki dengan masih melawan prajurit Goguryeo. "Yang Mulia. Pergilah untuk menjemput calon istrimu. Biar di sini aku yang akan membereskannya." Ucap Yatsuko menyuruh Ching pergi mencari dan membawa In Hyun.
Ching Daiki tersenyum sambil mengangguk. Ia kemudian melompat, berlari setengah terbang mencari kamar In Hyun. Ia tiba di Taman blossom mencium wangi khas In Hyun. Ching menyeringai melihat pintu kamar yang terbuka. "Aku yakin ini adalah kamarnya." Belum sampai dia melangkah, dia sudah diadang oleh Jeong Soon yang tadi melihatnya berlari ke arah kamarnya itu.
"Mau pergi ke mana kau?" tanya Jeong Soon menatapnya tajam. Itu adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Ching Daiki setelah sekian lama tak bertemu.
"Apa kau sudah lupa padaku?" Ching malah balik bertanya.
Jeong Soon sejenak memicingkan matanya lalu tersenyum sinis. "Bagaimana aku bisa lupa padamu, Ching Daiki. Aku tak menyangka ternyata kau yang telah merebut Kerajaan Barje dan telah berani menculik istriku?" ia mengingat kembali masa kecilnya yang pernah berteman dengan Ching dan melihatnya selalu mendekati Putri Hwa Young.
Ching memang selalu mempunyai sifat syirik padanya, dan ternyata benar. Semenjak kecil dia juga tahu kalau Ching mencintai Hwa Young tetapi tak menyangka dia akan seambisius itu ingin merebutnya.
"Ya. Namun sangat disayangkan Putri Kerajaan Barje berada di sini. Seharusnya dia sudah menjadi istriku." Jawab Ching tersenyum mengerikan.
Jeong Soon merasa geli mendengarnya. "Kerajaan bisa saja kau rebut. Tapi takdir untuk memilikinya tak bisa kau rebut begitu saja dariku."
"Dan kau berengsek itu yang telah merebut takdirku." Jawab Ching langsung menyerang Jeong Soon.
Dan Jeong Soon langsung mencabut samurai dari sarungnya lalu menahan pedang Ching.
Traanggg...!
"Kembalikan Putri Hwa Young padaku!" kata Ching kasar sembari menekan terus pedangnya pada samurai Jeong Soon.
"Mustahil dan takkan pernah. Kecuali kalau aku sudah mati." Jawab Jeong Soon mendorong pedang Ching dari samurainya sehingga membuat Ching mundur beberapa langkah.
Ching melompat sembari memainkan terus pedangnya, aura membunuh yang sangat besar terpancar kini dari tubuh Ching.
Jeong Soon terus melawan dan menahan serangan Ching yang bertubi-tubi.
"Kalau begitu aku harus bisa membunuhmu dahulu, baru aku bisa membawa Putri Hwa Young dari sini bersamaku." Ucap Ching tak menghentikan serangannya sedikitpun pada Jeong Soon, bahkan tak ada satu detikpun kelonggaran untuk bernapas.
Dalam hati Jeong Soon merasa aneh. Dengan masih memainkan samurai dan menangkis serangan Ching, ia berpikir. Bukankah istriku dibawa oleh Jhao Feiyan dan itu suruhannya. Tapi kenapa dia masih bersikeras dan berusaha untuk merebutnya dan menyangka bahwa istriku masih denganku? Aku harap Jhao Feiyan tidak melakukan hal bodoh terhadapku. Jeong Soon terus berdoa semoga Panglima Zheng Yan berhasil menemukannya.
Wu Jhi melompat ke tengah-tengah prajurit, ia ikut menyerang dan memotong para prajurit Goguryeo dengan pedang panjangnya. Semua yang mengenalnya kaget dan benar-benar terkejut, bagaimana bisa orang yang sudah menjadi mayat ikut bertarung? Dan malah melawan bukan membantu Kerajaan Goguryeo.
Datang Panglima Jhang Min mengadangnya. "Kalian harus hati-hati, dia bukan Panglima Wu Jhi kita. Tapi dia musuh sekaligus siluman!" teriaknya memberitahu pada semua agar waspada dan juga terus menyerangnya tanpa rasa takut.
Wu Jhi menggeram keras dan terus memotong prajurit yang mencoba menyerangnya, pedangnya terus mengayun membunuh banyaknya prajurit.
Tak lama datang Wang Jhaojun membantu Panglima Jhang Min untuk melawan Wu Jhi yang sangat kuat.
Luo Guanjong dan Lee Hwon bergabung untuk melawan Yatsuko. Mereka sebisa mungkin menghindari serbuk apinya.
Sementara jauh di tengah hutan.
Jhao Feiyan terus membawa In Hyun semakin jauh dari istana Goguryeo. Ia tak berniat untuk membawanya menuju Kerajaan Barje. Yang dia rencanakan saat itu adalah menghabisi In Hyun selamanya dan merebut hati Jeong Soon, serta terbebas dari Ching Daiki.
Pertarungan di istana semakin kuat. Banyak mayat dari prajurit bergelimpangan. Jeong Soon dengan lihai masih memainkan samurainya. Begitu juga dengan Ching yang hanya terluka sedikit terkena ujung samurai Jeong Soon.
Kaisar Goryeo terluka dibagian lengannya karena terkena pedang Kaisar Dhaici. Lee Hwon terkena racun Yatsuko. Tubuhnya terkulai lemah, dan untungnya ada Luo Guanjong yang di sana langsung menolongnya.
Pangeran Luo Guanjong kemudian membawanya menjauh ke belakang istana lama yang dirasanya aman dari para musuhnya. Lee Hwon disandarkan di tembok istana.
Blurrr... Mendadak Lee Hwon menyemburkan darah karena racun terus menyebar di nadinya dan urat syarafnya membuat Luo Guanjong bertambah khawatir. "Kamu tenang saja. Aku akan membawa penawar untuk menghentikan penyebaran racun itu sementara." Ujar Luo tak membuang waktu lagi. Dia bergegas menuju kamar Jeong Soon, karena dia tahu kalau Jeong Soon telah membuat ramuan untuk setiap racun.
Wang Jhaojun dan Panglima Jhang Min masih terus melawan Panglima Wu Jhi dengan gigihnya. Wang Jhaojun berhasil memotong salah satu lengan Wu Jhi.
Tetapi, Wu Jhi yang sudah kehilangan satu lengannya masih terus bertarung. Karena dia setengah siluman jadi dia tak bisa mati semudah itu.
Tranggg... tranggg... sreetttt...
Ayunan pedang Wu Jhi berhasil melukai dada Wang Jhaojun dan lengan kanan Panglima Jhang Min. Keduanya merintih menahan sakit luka itu. Namun, dengan sekuat kemampuan mereka. Harus terus mempertahankan istana Goguryeo.
Di dahan pohon di luar istana, pria bertopeng berjongkok memperhatikan semuanya. Ia ingin sekali menyelamatkan Kerajaan namun secercah cahaya di dekatnya entah kenapa mencegahnya dari tadi.
"Ingatlah, jika kau keluar sekarang. Kau akan lenyap selamanya. Jadi, tunggulah beberapa saat lagi. Saat ini waktumu sudah dekat dan takdirmu akan menyatu kembali denganmu." Kata cahaya itu membuat pria bertopeng terus menghela napasnya mencoba menahan kesabarannya.
Pria bertopeng mengepalkan kedua tangannya. Ia menatap kedua Pangeran yang sekuat tenaga bertarung melawan musuh. Dan dia juga tahu satu Pangeran yaitu Lee Hwon sedang berusaha melawan racun dan menotok urat-urat sarafnya agar racun tak melumpuhkan semua anggota tubuhnya. Sementara Jeong Soon juga masih bertarung melawan Ching Daiki di depan kamarnya.
Ӝ----TBC----Ӝ
M
aaf ya.. Kemarin sibuk dan ini jg bru plnk OT.. Jdi baru bisa lanjut lg revisi'y.. Enjoy..
Revisi ulang*
11 Maret 2020
By~ Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top