♟24♟Kaisar Jeong Shuji.

Jeong Soon menidurkan In Hyun ke atas ranjangnya.

Hie Jung menatap In Hyun cemas. “Kakak, kau jangan khawatir kami di sini akan menjaganya sampai sadar-”

“Tidak usah, biar aku saja yang akan menjaganya. Kalian sebaiknya istirahatlah.” Jeong Soon memotong ucapan Hie Jung.

Hie Jung, Gahee serta Mongyi tak bisa bicara lagi, mereka langsung keluar dari kamar itu dengan perasaan kecewa karena tak bisa menjaga In Hyun hingga sadar. Namun, mereka mengerti kalau Jeong Soon lebih mencemaskan keadaan istrinya itu.

Jeong Soon duduk di pinggir ranjang menatap wajah In Hyun. Maafkan aku, selama ini belum bisa menjagamu dengan baik. Mulai saat ini aku akan lebih waspada dan lebih hati-hati untuk selalu menjagamu, istriku. Agar aku tidak akan kehilanganmu lagi. Batinnya.

Dia masih teringat dengan pria bertopeng itu, siapa dia? Dari mana dia tahu dan bagaimana bisa menyelamatkan In Hyun dari Kerajaan yang terkenal kejam itu? Kerajaan Barje yang dipimpin oleh Kaisar yang sangat kejam serta tak punya perasaan itu. Dia harus lebih waspada karena bisa saja Kerajaan itu tiba-tiba menyerang apalagi mereka tahu kalau putri Hwa Young masih hidup. Dia merebahkan tubuhnya di sebelah tubuh In Hyun sembari melingkarkan tangan kanannya di perut istrinya itu lalu kedua matanya tertutup.

Cahaya matahari mulai menerangi seluruh Istana dan sekitar. Angin kembali bertiup sepoi-sepoi. Langit yang mendung kemarin, pagi ini terlihat tampak biru cerah seperti biasa. Burung-burung berkicau kembali dan seluruh istana tampak sudah hilang ketegangannya

In Hyun perlahan membuka kedua matanya, dia merasa kenapa perutnya terasa berat dan kaku? Dengan perlahan juga dia menengok ke samping, mengerjapkan kedua matanya kala melihat wajah yang tak asing lagi, dia melirik ke arah perutnya di mana tangan Jeong Soon masih melingkar memeluknya. “HUAAA!” teriaknya tak bisa menahan rasa kagetnya sampai dia mendorong tubuh Jeong Soon sehingga menggelinding jatuh dari atas ranjang.

Bruugggghh!!

“Aakkhh?!” Jeong Soon sangat terkejut sampai terbangun sambil merintih kesakitan karena pantatnya mendarat di lantai dengan kerasnya. “A-apa yang kau lakukan, Putri?” tanyanya sembari bangkit dari lantai lalu duduk di pinggir ranjang.

In Hyun pun bangkit lalu duduk berlutut di atas ranjang dengan mulut yang menganga. “Ma-maafkan aku Pangeran, aku kira kau pria yang menculikku itu.” Jawabnya baru sadar kalau dia sudah kembali ke kamarnya dan yang didorongnya barusan adalah Pangeran Jeong Soon, suaminya. Wajar saja dia bersikap seperti itu karena kemarin saat dibawa Jeong Soon kembali ke istana dalam keadaan pingsan.

“Tidak apa-apa, yang penting kau sekarang baik-baik saja dan sudah sadar.” Jeong Soon masih sedikit meringis kesakitan dikarenakan yang mendarat duluan ke lantai adalah bokongnya.

“Pangeran, apa kau beneran tidak apa-apa? Sekali lagi maafkan aku,” ucap In Hyun merasa bersalah.

“Sudahlah, aku akan mandi dulu,” Jeong Soon bangkit berdiri namun menoleh lagi menatap In Hyun. “Apa perlu kita mandi bersama?” candanya sembari tersenyum.

“Ma-mandi bersama? KYAAA! Pangeran sekarang kau mesum sekali!” teriak In Hyun sambil melemparkan sebuah bantal ke arah Jeong Soon. Namun Jeong Soon berhasil menghindarinya.

Masih dengan senyum tipisnya, Jeong Soon membalikkan tubuhnya lalu melangkah menuju ke kamar mandi.

In Hyun menggigit selimutnya gereget, namun tak lama ia mengingat sesuatu. “Tapi, bagaimana aku bisa sampai di sini? Bukankah kemarin aku masih berada di Kerajaan Barje dan saat itu ...?” gumamnya mengingat leher yang putus dan darah yang mengalir di mana-mana. “Dan pria bertopeng itu? Bukankah kemarin dia yang menyelamatkanku, terus apa dia yang mengantarkanku kembali ke istana? Tapi, hal yang mustahil kalau dia menemui seisi istana dengan mengantarkanku begitu saja, sebaiknya aku bertanya pada Pangeran bagaimana aku bisa kembali lagi ke istana ini dengan selamat?”

🥀🥀🥀🥀

Setelah keduanya mandi dan berpakaian rapi, mereka berdua sarapan di taman seperti biasa.

“Pangeran?”

“Hmm.” Jeong Soon menatap wajah In Hyun.

“Kemarin di mana kau bisa menemukanku? Dan bagaimana aku bisa sampai kembali lagi ke istana ini?” tanya In Hyun tampak ragu-ragu namun penasaran.

“Aku menemukanmu tergeletak di bawah pohon besar di tengah hutan.” Jawab Jeong Soon dengan nada tenangnya seperti biasa. Dia jika sedang berbicara tak pernah menatap balik In Hyun. Meraih cawan lalu meneguk tehnya dengan tenang juga.

Benar dugaanku kalau pria bertopeng itu takkan berani mengantarkanku ke istana, hanya membiarkanku di hutan lalu Pangeran Jeong Soon yang menemukanku kemudian dibawa kembali ke istana ini. Batin In Hyun merasa lega. Di hutan? Dia baru sadar apa kemarin ketika dia pingsan ditinggalkan di bawah pohon di tengah hutan.

In Hyun bergumam kesal. “Bagaimana kalau kemarin ada hewan buas yang memakanku? Dasar pria bertopeng itu seenaknya saja meninggalkanku begitu saja.”

Saat itu Jeong Soon menoleh menatap aneh pada In Hyun yang menggerutu pelan dari tadi.

“Tapi, tak apalah yang pasti dia telah menyelamatkanku.” Gumam In Hyun tersenyum sendiri.

“Putri?”

“Hmm?” Kini giliran In Hyun menoleh menatap wajah Jeong Soon.

“Sebenarnya aku tak mau bertanya tentang kejadian kemarin, tapi jika hatimu sudah tenang dan siap untuk menceritakannya. Bisakah kau menceritakan semuanya padaku?” Jeong Soon menaruh cawannya kembali ke atas meja siap untuk mendengarkan cerita kejadian apa saja yang menimpa istrinya itu kemarin.

In Hyun tampak berpikir sejenak sambil menghirup udara dalam-dalam lalu mengembuskannya keras. “Sebenarnya kemarin ketika aku tidur, aku sadar bahwa ada seorang pria membawa tubuhku, namun entah kenapa kedua mataku tidak bisa dibuka? Dan ketika aku sadar sudah ada di sebuah ruangan serta ada seorang pria lain berdiri di ambang pintu, dia disebut-sebut Kaisar Ching Daiki sampai datang sang pria bertopeng menolongku.” Ia masih mengingat jelas wajah dan seringaian Ching.

Lalu In Hyun menceritakan semua apa yang dilihatnya dan didengarnya serta kala pertarungan sampai dia tak sadarkan diri.

“Jadi yang berkumpul di Kerajaan itu bukanlah orang-orang sembarangan, bahkan wanita yang mempunyai serbuk beracun api juga (Yatsuko) kini tinggal di Kerajaan itu, aku harus segera menyiapkan prajurit pertahanan dari sekarang sebelum semuanya terlambat dan Kerajaan tiba-tiba diserang.” Jeong Soon terpaku tampak berpikir, selama ini dia hanya mendengar tentang adanya iblis yang mempunyai racun yang diceritakan telah meracuni kakeknya (Jeong Shuji) berarti di sana tinggal juga musuh bebuyutan Kerajaan Goguryeo.

“Pangeran?” panggil In Hyun. Namun, Jeong Soon tampak sedang melamun.

“PANGERAN!” teriak In Hyun sontak mengagetkan Jeong Soon.

“Akh maaf, aku sedang memikirkan sesuatu. Ada apa?”

“Kemarin aku sempat mendengar kalau pria bertopeng yang menyelamatkanku bisa mengeluarkan jarum api sebuah jurus legendaris dari Jeong Shuji, kenapa nama depannya sama dengan namamu, Pangeran?” tanya In Hyun baru mengingatnya.

“Jeong Shuji? Jurus legendaris? Benarkah kau melihatnya menggunakan jarum itu?” Jeong Soon tampak terkejut.

In Hyun mengangguk. “Aku tahu dia sering meniupkan sesuatu dan orang yang terkena jarum itu langsung hangus terbakar, serta aku mendengarnya dengan jelas perkataan Ching Daiki kalau kekuatan yang dia gunakan itu disebut jarum api jurus legendaris dari Jeong Shuji.” Jelasnya melanjutkan ceritanya yang baru saja diingatnya itu.

“Jeong Shuji adalah kakekku, beliau sudah meninggal ketika aku masih kecil.” Jeong Soon mengingat-ingat kejadian di mana ketika dia melihat kakeknya dibakar dan abunya disimpan di Kuil di dekat patung Budha.

“Jadi, apakah yang menggunakan jurus itu adalah turunan atau bisa disebut pewaris jurus kakekmu itu, Pangeran?” In Hyun menebaknya.

“Ya, mungkin saja seperti itu,” jawab Jeong Soon kurang yakin tetapi jurus jarum api memang hanya dimiliki oleh kakeknya saja. Tapi, apa benar pria bertopeng itu mewarisi jurus legend kakek? Tanyanya dalam hati tidak mengerti juga. Siapa sebenarnya pria bertopeng itu.

Tak lama datang Pangeran dan Putri yang lain untuk melihat keadaan In Hyun. Seperti biasa mereka berkumpul di sana bertanya ini dan itu.

In Hyun menceritakan kejadian demi kejadian dan bahwa dia ditolong oleh pria bertopeng misterius.

“Aku sangat berterima kasih pada pria itu karena telah menyelamatkanmu, Kakak ipar,” kata Hie Jung.

Ye, dia adalah penyelamat dan seorang pendekar sejati.” Sambung Nouran Chan.

“Bagaimanapun dia telah mengembalikan Putri Hyun ke istana tanpa kurang apa pun,” Lii shishi juga terlihat senang.

“Bisakah aku bertemu dengannya meski sekali saja?” Lee Hwon sangat penasaran membayangkan sosok gagah yang diceritakan In Hyun.

“Dia mempunyai jurus Legendaris Kakek Jeong Shuji master jarum api, berarti dia bukan orang sembarangan. Ingin rasanya aku berguru padanya benar kan Wang Jhaojun?” tanya Luo Guanjong pada Wang Jhaojun yang dari tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka.

“Ya, aku juga penasaran dengannya, bagaimana bisa jurus itu dikuasainya? Apakah pria bertopeng itu murid dari kakekmu Jeong Soon? Atau dia orang tak dikenal yang mempunyai kekuatan sama seperti kakek master Jeong Shuji untuk melindungi semua Kerajaan?” Wang Jhaojun menoleh pada Jeong Soon. Baru kali ini dia berbicara sebanyak itu.

Semuanya tampak berpikir.

“Aku rasa siapa pun dia, mungkin kakek sengaja mengirimnya untuk melindungi kita.” Hie Jung ikut menerka-nerka.

“Kau benar Putri.” Jawab Luo Guanjong membuat Hie Jung tersipu malu.

In Hyun memperhatikan sikap mereka. “Ehemm, bukankah hari ini akan ada lamaran dan penentuan tanggal pernikahan Pangeran Luo Guanjong dan juga Putri Hie Jung?” godanya membuat kedua pipi Luo dan Hie Jung memerah.

Nouran Chan yang menjawab. “Diundur menjadi minggu depan karena keadaan istana ini kemarin sedang genting atas menghilangnya dirimu Putri Hyun.”

“Be-benarkah? Sayang sekali diundur, ya.” In Hyun terlihat kecewa.

Jeong Soon selalu tersenyum melihat mimik muka In Hyun yang seperti itu.    

🥀🥀🥀🥀

In Hyun, Hie Jung, Nouran Chan dan Lii Shishi sedang duduk di taman. Keempatnya sedang belajar menyulam sapu tangan.

Dipikiran In Hyun apakah Pria bertopeng itu adalah Wang Jhaojun? Tapi dipikir lagi mustahil dia ada di istana Barje jika dia mencarinya dengan Pangeran lain saat itu. Berarti dugaannya salah. Tapi, semua misteri itu benar-benar membuatnya bingung dan makin penasaran. Di lain sisi dia harus mengungkap bagaimana dan kenapa dia sampai terjebak di zaman itu? Belum sempat pertanyaan itu terjawab, kini banyak misteri bermunculan membuatnya frustrasi.

“Wahhh, Putri sulamanmu benar-benar indah.” Puji Nouran Chan melihat sulaman kain di tangan In Hyun.

“Benarkah?” In Hyun merasa sulamannya biasa saja, dia mahir menyulam karena ketika ibunya menjahit dia yang membantu menyulam.

“Ya Putri, sulamanmu benar-benar indah dan beda dari yang lain.” Hie Jung menatap kagum hasil sulaman In Hyun.

“Bunga sakura dan seekor kumbang, apa itu lambangmu dan Pangeran Jeong Soon?” tanya Lii shishi.

“Lambangku dan Pangeran Jeong Soon?” In Hyun malah tidak mengerti yang dimaksud Lii shishi.

“Maksudnya adalah bunga sakura itu dirimu dan kumbang itu adalah Pangeran Jeong Soon. Di istana ini jika seseorang menyulam maka sulaman itu mencerminkan hatinya, apa sedalam itukah rasa cintamu pada Kakak Jeong Soon?” goda Hie Jung yang duduk di sebelahnya.

In Hyun hanya nyengir terpaksa, itukan hanya sulaman yang biasa dia lakukan di rumah, apa kalau di sana sulaman itu mencerminkan perasaan seseorang? Dia sungguh tidak mengerti tentang zaman terbalik itu.

“Putri Hyun, apa kau akan memberikan sapu tangan itu untuk Pangeran Jeong Soon besok?” tanya Nouran Chan.

“Besok? Kenapa aku harus memberikan sapu tangan ini besok? Memangnya ada apa besok?” In Hyun tidak mengerti.

“Dia pasti tidak tahu Putri Nouran Chan,” ucap Lii shishi mengerti kebingungan In Hyun.

“Besok adalah hari lahir kakak Jeong Soon,” ujar Hie Jung

“Benarkah besok brithday Pangeran Jeong Soon?” tanya In Hyun mengerjap sambil tersenyum.

“Brithday?” Ketiganya saling pandang tidak mengerti.

“Maksudku, hari lahirnya Pangeran Jeong Soon adalah ulang tahunnya, dia kan sama seperti mengulang hari di mana dia dilahirkan he.. he,” ujar In Hyun nyengir terpaksa. Kenapa dia selalu keceplosan.

“Y-ya maksud kami hari lahirnya Pangeran Jeong Soon.” Nouran Chan kini mengerti maksud In Hyun.

Mati kau In Hyun jika terus mengeluarkan kata-kata yang tak dimengerti mereka. Batin In Hyun dengan jantung deg-degan dan sering mengutuk diri sendiri.

🥀🥀🥀🥀

Setelah selesai berkumpul dengan yang lain dan memberi salam pada Ibu Suri serta Kaisar Goryeo, In Hyun kembali ke kamarnya. Dilihatnya Jeong Soon duduk di dekat jendela di ruang tengah sedang meracik obat-obatan. Dia pun duduk di sebelahnya. “Pangeran?”

Jeong Soon melirik menatapnya lalu tersenyum. “Ada apa, Putri? Apa kau sudah mengantuk?”

“Tidak, aku hanya ingin bertanya apa yang sedang kau lakukan? Maksudku kau sedang meracik apa?”

“Ini hanya sebuah ramuan herbal untuk Ibunda Ratu dan Ayahanda, akhir-akhir ini mereka selalu tegang dan tak menjaga kesehatannya.” Jeong Soon masih fokus mengaduk dan mencampur tumbuhan obat-obatan.

“Selama ini aku tak pernah melihatmu meramu di ruangan ini, apa sekarang kau akan terus meramu di sini?” In Hyun merasa aneh.

“Benar sekali, mulai sekarang aku akan melakukan pekerjaanku di sini. Apa itu mengganggumu, Putri?” Jeong Soon menghentikan kegiatannya sejenak lalu menatap wajah In Hyun.

“Tidak, bukan begitu. Jika kau meramu di sini, aku akan senang sekali jika kau mau mengajariku tentang meramu obat-obatan herbal, maka aku akan senang ikut belajar meramunya,” ujar In Hyun menjelaskan.

“Baiklah, aku akan senang juga untuk menjelaskan dan mengajarimu, istriku.”

“Akh senangnya, karena ketika di zamanku …?” Selalu dan selalu hampir saja dia keceplosan. “Maksudku ketika di Desaku, aku tidak pernah diajari apa pun oleh ibu dan kakak perempuanku.” Ia membayangkan ketika menolak ajaran ibu dan kakaknya In Myun.

Jeong Soon tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya itu. “Maka dari itu tanyakanlah apa yang hendak kau tanyakan dan apa yang mengganjal di hatimu?”

“Sebenarnya ada sesuatu yang menganjal di hatiku,” In Hyun tampak ragu untuk menanyakannya.

“Apa itu? Tanyakanlah tak usah takut dan ragu.” Jeong Soon mengerti perasaan In Hyun yang terlihat ragu dari mimik mukanya itu.

“Semenjak kejadian kemarin, di dalam hatiku selalu bertanya-tanya apa benar kalau di zaman ini masih ada sejenis siluman dan lainnya seperti legenda Naga air yang hidup serta para pendekar? Apa Ratu Yastuko itu termasuk siluman juga?”

Jeong Soon mengerti ketakutan istrinya itu karena bertemu langsung dengan siluman kalajengking yaitu Ratu Yatsuko, dia juga berpikir selama ini di Desa tempat tinggalnya mustahil ada siluman yang menganggunya. “Itu benar istriku, sebenarnya itu semua masih ada di zaman kita sekarang, makhluk-makhluk yang dulu dikatakan telah menjadi cerita rakyat dan dongeng belaka kini mereka memang masih ada di sekitaran kita …,” ada jeda sejenak saat dia menjelaskannya dengan sangat hati-hati. “Tapi kau jangan khawatir, apa pun yang terjadi aku akan selalu melindungimu.”

In Hyun tampak berpikir, jadi selain dia terjebak di zaman kuno, dia juga kini dikelilingi makhluk-makhluk supranatural seperti di dongeng-dongeng dan cerita di buku-buku persilatan.

In Hyun tersentak kaget kala Jeong Soon yang entah kapan sudah berada di sebelahnya memeluknya lalu menyandarkan kepala In Hyun di bahunya. “Putri, apa pun yang terjadi kau harus berjanji bahwa tidak akan meninggalkanku sendirian. Dan aku mohon kemanapun kau pergi bawalah aku,” ucapan Jeong Soon terdengar getir seolah In Hyun suatu saat nanti akan pergi begitu saja meninggalkannya.

In Hyun mengangkat kepalanya dari bahu Jeong Soon lalu menatap kedua matanya. “Pangeran, kau juga tahu bahwa aku tak akan bisa jauh darimu, dan kutukan itu telah mengikat jiwa kita. Aku akan pergi ke mana jika tidak bersamamu? Kita ini sudah ditakdirkan untuk sehidup semati.” Dia merasa ucapan itu bukan dirinya yang mengatakan tapi hati yang dirasanya ada orang lain yang mendorongnya untuk mengucapkan hal itu, perlahan dia memejamkan kedua matanya lalu mengecup lembut bibir Jeong Soon.

Sejenak Jeong Soon membiarkan bibirnya terpaut dengan bibir manis In Hyun dan tanpa sadar memejamkan kedua matanya juga.

Ketika tersadar In Hyun buru-buru mengakhiri kecupannya itu. “Maafkan kelancanganku, Pangeran. Aku-”

Cupp...

Kalimat In Hyun terhenti ketika Jeong Soon kini yang balik menciumnya.

In Hyun sedikit berontak, namun dekapan dan kecupan Jeong Soon juga beda dari biasanya. Apakah dia mulai merasakan jatuh Cinta? Tapi kutukan itu masih ada di diri mereka jadi In Hyun merasa kalau Jeong Soon terpaksa mengecupnya agar menghargai perasaannya itu.

In Hyun segera melepaskan dekapan Jeong Soon. “Maaf Pangeran, aku ingin ke kamar mandi dulu.” Dia bangkit berdiri lalu melangkah pergi ke kamar mandi. Sebenarnya dia mencoba menghindarinya.

Jeong Soon terpaku menatap punggung In Hyun sampai hilang di balik tikungan kamar. Mengusap bibir bawahnya dengan lembut lalu tersenyum penuh misteri.

Ketika di kamar mandi. Tubuh In Hyun tiba-tiba roboh dan kini berlutut di pinggiran kolam. Ia segera mencuci wajahnya dengan air hangat itu. Apa yang dia takutkan terjadi. Debaran jantungnya berdetak tak normal, sangat kencang dari biasanya. “Jangan sampai aku jatuh Cinta padanya, tapi rasa aman, nyaman dan sebuah perasaan yang baru aku rasakan ini kini hadir menyiksaku. Apa yang harus aku lakukan Ya Tuhan? Tidak mungkin aku jatuh Cinta padanya. Kalau itu sampai terjadi maka aku akan selamanya terjebak di dunia ini.” Gumamnya lirih sembari memukul-mukul air kolam. Dia tidak mau kalau sampai terjebak selamanya di zaman Joseon itu, sementara hatinya setiap hari selalu merindukan ibu dan kakaknya. “Tuhan beri aku petunjukmu.” Doa'nya sembari meneteskan air mata.

Jhehe.. Takut nanti subuh gak bisa Up dikarenakan tugas numpuk.. Jdi up'y skrnk.. Enjoy.. 😁

Revisi ulang*
21 Februari 2020

By~ Rhanesya_grapes 🍇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top