♟17♟Forest Fox.

Pagi-pagi Jeong Soon dan In Hyun sudah bangun dan bersiap-siap akan pergi ke hutan seperti yang direncanakan kemarin.

In Hyun menatap Jeong Soon yang mengenakan pakaian untuk pergi ke hutan. “Apa nanti di hutan kau akan berburu, Pangeran?” tanyanya penasaran kenapa dia tak membawa panah seperti yang lain.

“Tidak. Aku maupun yang lain tidak akan berburu di sana,”

“Lalu, kenapa mereka membawa panah?” In Hyun heran melihatnya.

“Kami sengaja membawa panah untuk berjaga-jaga karena terkadang ada binatang buas di sana sangat berbahaya, tetapi hutan itu masih wilayah Kerajaan. Jadi kami tidak pernah memburu binatang-binatang itu,” jelas Jeong Soon tidak menatap In Hyun.

“Syukurlah kalau begitu, karena aku tidak suka seseorang membunuh para binatang yang tak berdosa.” In Hyun tersenyum senang mendengar perkataan Jeong Soon barusan.

“Akan tetapi, kalau kau masih tidak enak badan karena kejadian kemarin jatuh ke kolam, kita bisa membatalkannya dan pergi lain kal-”

“JANGAN!” potong In Hyun mengagetkan Jeong Soon, “jangan dibatalkan, aku ingin sekali pergi ke sana. Aku bosan di dalam istana terus.” Sebenarnya dia teringat ketika Nam Suuk berjanji akan mengajaknya pergi ke puncak gunung untuk merayakan anniversary hubungan mereka. Tepat di hari itu Nam Suuk malah menikah dengan Yurika.

“Baiklah, kalau kamu memang sudah sembuh, kita akan berangkat ke sana sebentar lagi,” Jeong Soon melirik In Hyun, “tapi dengan satu syarat.”

“Apa itu?” tanya In Hyun polos.

“Kau harus tetap berada di sisiku, karena kita tidak tahu binatang apa yang akan muncul dan tiba-tiba saja menyerang. Apa pun yang terjadi kau jangan jauh-jauh dariku.”

In Hyun mengira persyaratan apa. Jadi hanya itu. “Baiklah, aku janji.” Ia terlihat semringah dan semangat sekali.

Seusai sarapan.

Semuanya sudah berkumpul di halaman depan istana.

Lee Hwon, Luo Guanjong, Wang Jhaojun, juga para Putri yaitu Hie Jung, Nouran Chan, Lii Shishi, dan juga Jhao Feiyan.

Jeong Soon menggenggam tangan In Hyun berjalan menghampiri mereka. Semua mata terlihat menatap keduanya senang namun sedikit iri juga. Betapa perhatian dan mesranya mereka berdua selalu bertautan tangan.

Setelah mereka sampai di dekat kereta kuda. Jeong Soon melepaskan tautan tangannya kemudian mendekati para Pangeran lain.

“Aku tidak sabar ingin segera sampai ke sana,” kata Nouran Chan tersenyum senang.

“Aku juga.” Sambung Lii Shishi.

“Kalau kau Putri Hyun?” tanya Hie Jung menatap In Hyun.

“Pastinya, ya kan. Apalagi untuk pertama kalinya pergi bersama suami,” goda Nouran Chan membuat pipi In Hyun merona.

Hyung, apa kita nanti di sana akan berburu?” tanya Lee Hwon menaruh busur serta anak panahnya di dalam kereta.

“Tidak. Kita ke sana sekadar mengajak para Putri jalan-jalan melihat-lihat hutan, juga ada sedikit tumbuhan yang aku butuhkan dan akan mencarinya di sana.” Jeong Soon melirik sekilas pada In Hyun.

“Jadi kita tidak akan berburu? Membosankan.” Dengus Wang Jhaojun.

“Tapi kepergian kali ini tampaknya akan seru sekali.” Luo Guanjong menatap para Putri yang sedang mengobrol bercanda.

“Akan tetapi kita harus membawa senjata untuk berjaga-jaga, dan harus tetap waspada. Kita tidak tahu binatang apa yang datang dari hutan Rimba ke hutan Kerajaan.” Jeong Soon sedikit khawatir, dia merasa akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan di sana. Karena tadi In Hyun sedikit merengek ingin tetap pergi, akhirnya ditepis perasaan itu dan berharap semua akan baik-baik saja di hutan nanti.

“Kali ini kita juga rasanya akan semakin repot dengan kehadiran wanita-wanita itu,” ucapan Lee Hwon terdengar oleh Hie Jung.

“Kakak Lee, kami tidak pernah merepotkan sama sekali. Karena kami juga sudah bisa menjaga diri sendiri dengan jurus-jurus yang diajarkan kepada kami selama ini.” Sewot Hie Jung tidak terima.

“Dia hanya bercanda Putri Hie Jung, kami tahu hal itu, dan jangan khawatir kami akan selalu melindungi kalian.” Luo Guanjong tersenyum membuat kedua pipi Hie Jung berubah merah merona.

“Senang sekali rasanya, karena ada yang selalu melindungi.” Goda Nouran Chan melihat kedua pipi Hie Jung merah. Hie Jung bergegas naik duluan ke kereta kuda.

In Hyun tampak merenung, kalau nanti di hutan terjadi apa-apa atau ada binatang buas menyerangnya, apa yang harus dia lakukan? Karena dia sama sekali tidak bisa berkelahi atau memainkan pedang. Di situ dia berpikir kenapa waktu di zamannya dia bodoh sekali tak mau diajari karate atau boxing oleh ibu dan kakaknya.

Jeong Soon yang melihat wajah In Hyun sedikit pucat, berjalan mendekatinya lalu memegang tangannya. “Kau jangan khawatir, ada aku di sini. Aku tahu kau belum diajarkan jurus-jurus untuk bertarung. Karena itu, seperti janjimu tadi kau jangan jauh-jauh dariku.” Ia mulai menuntun In Hyun naik ke kereta.

Jhao Feiyan yang melihat hal itu memutar matanya bosan. Hatinya benar-benar panas, jika dia bisa menyingkirkan In Hyun dari sana. Sudah dia lakukan dari awal, namun itu adalah hal mustahil mengingat siapa sekarang suaminya.

Setelah semua Putri naik diikuti Gahee dan Mongyi juga ikut naik. Para Pangeran juga menaiki kuda mereka.

In Hyun, Hie Jung, Gahee dan Mongyi satu kereta. Sementara Jhao Feiyan, Nouran Chan dan Lii Shishi di kereta kedua di belakang mereka.

Perlahan kuda dan kereta mulai berjalan meninggalkan halaman. Raja Goryeo dan Ibu Suri melihat mereka dari teras istana. Mereka tersenyum melihat Jeong Soon mau pergi lagi ke hutan setelah sekian lama dia selalu menolak untuk pergi ke sana.

Hal itu karena kejadian seekor beruang yang tiba-tiba saja menyerang ibunya yaitu Ibu Suri, Jeong Soon tidak mau lagi ikut pergi ke hutan meskipun itu adalah hutan istana.

Sepanjang perjalanan In Hyun dan yang lainnya mengintip di balik kain kereta memandang ke luar.

“Indahnya hutan-hutan ini.” In Hyun terkagum-kagum melihat sepanjang pinggiran hutan terdapat pohon-pohon besar dan kadang ada juga pohon bunga sakura di pinggir jalan yang dilalui mereka.

“Ya, sudah lama aku tidak ikut pergi ke hutan sekitar sini.” Hie Jung mengingat masa kecilnya yang sering dibawa oleh mereka sebelum kejadian beruang itu.

“Tapi Putri Hyun, aku dengar dari kakakku. Bukankah Desa tempat Tuan Putri dulu juga di kelilingi hutan?” tanya Gahee penasaran.

In Hyun malah membayangkan taman tempat dia dan Nam Suuk sering ketemuan yang memang mirip sekali dengan hutan.

“Ya, tempat itu memang indah sekali, tapi aku rasa di sini lebih indah lagi.” Jawab In Hyun tersenyum.

“Maafkan hamba Yang Mulia Putri, hamba tidak bermaksud mengingatkan Anda pada kejadian tragis itu.” Gahee menunduk ketika baru menyadarinya.

“Sudahlah, masa lalu jangan dibahas lagi,” kata Hie Jung tersenyum mengusap punggung tangan In Hyun.

In Hyun pun mengangguk sembari tersenyum. “Benar kata Putri Hie Jung, masa lalu biarlah berlalu, kita hidup dan menjalani hari ini, untuk besok dan seterusnya ke masa depan.”

“Bijaksana sekali Yang Mulia Putri, semoga budha selalu melindungi Anda,” ucap Mongyi tersenyum juga begitupun Gahee. Lalu mereka memandang lagi ke luar kereta.

Sementara para Pangeran yang menunggang kuda tengah berbincang juga.

“Tak kusangka hutan ini sudah banyak berubah.” Jeong Soon memperlambat langkah kudanya.

“Itu karena sudah lama kau tidak ikut ke sini, Hyung. Jawab Lee Hwon.

“Benar, lama sekali kita tidak ke sini bersama-sama seperti ini.” Sambung Luo Guanjong.

“Aku tahu ini semua demi menyenangkan hati istrimu kan Jeong Soon,” kata Wang Jhaojun tersenyum tipis.

Jeong Soon juga hanya tersenyum tipis sebagai jawabannya.

Akhirnya mereka sampai di tengah hutan di tempat biasa mereka berhenti. Di sana ada sebuah gazebo besar tempat untuk istirahat atau makan-makan.

Mereka semua turun dari kuda, Jeong Soon turun lalu melangkah ke arah kereta In Hyun.

Tetapi In Hyun bergegas turun. Bukan In Hyun kalau tidak teledor. Ketika menginjak tangga pijakan kereta dia terpeleset dan akan jatuh. Namun, selalu saja dengan secepat kilat Jeong Soon berhasil menahan tubuhnya.

In Hyun berpegangan ke kedua bahu Jeong Soon. Gomasseumnida, ucapnya tersenyum malu menatap wajah Jeong Soon yang mendongak menatapnya sementara kedua tangan Jeong Soon memegang pinggangnya.

Jeong Soon tidak menjawab, kedua lengannya yang semula memegang pinggang istrinya itu kini dilingkarkannya ke pinggul In Hyun, lebih tepatnya memeluknya lalu mengangkatnya untuk turun menapak ke atas tanah.

Semua selalu tersenyum melihat tingkah mereka berdua, seolah di sana hanya mereka berdua tidak ada yang iri melihatnya.

“Hati-hati,” ucap Jeong Soon.

In Hyun merasa malu sendiri melihat tatapan semuanya pada mereka, dia pun melepaskan tangan Jeong Soon lalu mundur dua langkah darinya.

“Sekarang kita tentukan akan pergi ke arah mana, karena akan seru jika kita berpencar dan bertemu di tempat biasa di tengah hutan sana tepat di dekat sungai biasa,” usul Lee Hwon.

Jeong Soon memanggil Panglima Zheng Yan.

“Panglima Zheng Yan,”

“Ya, Yang Mulia?” Sahut Zheng Yan menunduk hormat.

“Kau dan para dayang menunggu saja di sini, kami akan pergi ke dalam hutan. Jika ada apa-apa kepada kami, kau sudah tahu kan tanda ketika kami dalam bahaya?” Jeong Soon mengingatkan Panglimanya apa yang harus dilakukan jika mereka dalam bahaya.

“Ya Yang Mulia, kami mengerti dan siap untuk melaksanakannya.” Zheng Yan tidak pernah lupa.

Lee Hwon mendekati Jeong Soon. “Kalau begitu, aku, Luo Guanjong, Putri Nouran Chan dan Hie Jung akan ke arah Utara.”

“Dan kami ke arah Selatan,” kata Wang Jhaojun melirik Putri Lii Shishi dan Jhao Feiyan.

Jeong Soon tidak berkata apa-apa lagi, dia memegang erat tangan In Hyun kemudian melangkah duluan menuntunnya ke arah Barat.

“Selamat bersenang-senang,” ucap Hie Jung pada mereka berdua.

“Kita akan bertemu lagi di tempat biasa.” Imbuh Lee Hwon.

Semua mulai berjalan masing-masing sesuai rencana. Panglima Zheng Yan, Gahee dan Mongyi menunggu kuda dan kereta.

In Hyun masih menatap tangannya yang bertautan dengan tangan Jeong Soon. Dengan sekali-kali menengadah ke atas melihat burung-burung yang indah bertengger di dahan dan terbang lagi. “Indahnya,” gumamnya pelan namun bisa didengar Jeong Soon.

Tiba-tiba Jeong Soon berhenti membuat In Hyun tak sengaja menabraknya.

Joesonghabnida. In Hyun menunduk malu.

“Kamu tunggu dulu di sini, aku akan mengambil sesuatu yang penting di atas sana.” Jeong Soon menyuruh In Hyun agar tidak pergi ke mana-mana sementara dia akan mengambil tanaman seperti lumut di atas dahan pohon.

“Kau akan naik ke atas sana?” In Hyun mendongak melihat sebuah pohon bunga sakura yang sangat besar sekali, “bagaimana caranya?” Ia heran bagaimana suaminya itu naik sementara di sana tidak ada tangga atau Jeong Soon akan naik seperti seekor kera.

Jeong Soon tersenyum tipis, dengan sekali hentakan dia menapakan sebelah kakinya ke pohon kemudian melompat tinggi meraih dahan lalu memutar dan akhirnya sudah duduk di atas dahan itu.

In Hyun terpaku takjub melihatnya. Apa itu sebuah jurus terbang atau meringankan tubuh seperti para pendekar di TV-TV itu? Ia malah bertanya-tanya sendiri dalam hatinya.

Jeong Soon menatapnya dari atas. “Apa kau ingin naik juga ke sini?”

“Tidak terima kasih. Sejujurnya aku takut sekali ketinggian,” tolak In Hyun sembari menatap sekeliling.

Jeong Soon mulai mencabuti lumut-lumut yang menepel di kulit pohon di atas dahan itu untuk obat herbalnya.

In Hyun mengedarkan pandangannya menatap sekitar. Dia merasa pernah datang ke hutan itu, dan perasaannya menjadi horror serta tidak enak hati seolah ada yang selalu memperhatikannya. Namun, di rasa-rasanya tak ada tanda-tanda ada orang di sana.

Tiba-tiba Jeong Soon sudah ada di hadapannya lagi. “Apa yang membuatmu risau dan seolah merasa takut seperti itu, istriku?” selidiknya menatapnya aneh.

“Akh, tidak ada Pangeran, aku hanya merasa hutan ini begitu indah.” Bagaimana caranya dia turun? Tanyanya dalam hati heran dan aneh.

Jeong Soon mengusap lembut sebelah pipinya.

“Di sana ada bunga yang indah, aku ingin melihatnya.” In Hyun mencoba mengelak dari tatapan dan sentuhan Jeong Soon. Bergegas berjalan menuju tanaman bunga tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Jeong Soon menghela napasnya pelan. Sentuhan serta tatapannya tak memunculkan sedikitpun perasaannya, ia hanya ingin menunjukkan rasa kenyamanan bagi In Hyun. Apa In Hyun menyadarinya? Apa karena itu juga dia selalu mencoba menghindarinya.

Padahal In Hyun menghindar hanya untuk menyembunyikan pipinya yang sudah merona dan jantungnya yang berdetak kencang tak keruan.

Jeong Soon berjalan mendekati In Hyun, melihat di bawah akar-akar pohon yang menonjol besar ada jamur merah kecil yang dia butuhkan. Dia berjongkok mencabut beberapa jamur kecil itu lalu dimasukkan ke kantong kain kecil khusus untuk tanaman obat-obatannya.

In Hyun melihat kupu-kupu yang sangat indah, dia mengikuti kupu-kupu itu sampai tak sadar kalau dia sudah berjalan agak jauh dari Jeong Soon.

Jeong Soon bangkit dari jongkoknya, ketika sudah berdiri sempurna, seseorang memeluknya dari belakang. Ia melihat kedua tangan melingkar erat di depan perutnya.

“Apa yang kau lakukan Putri Hyun, apa kau melihat sesuatu yang menakutkan sampai kau terasa gemetaran begini? Apa kau melihat seekor binatang yang berbahaya?” tanya Jeong Soon memegang erat tangan yang ada di perutnya.

Ia menajamkan penciumannya, itu bukan harum tubuh In Hyun. Ketika menatap ke depan, terkejut melihat tidak jauh darinya In Hyun sedang terpaku menatapnya dengan raut wajah yang pucat dan kedua mata yang berkaca-kaca.

“Siapa kau?” Jeong Soon langsung berontak melepaskan pelukan itu sambil menoleh. Tak sengaja sedikit mendorong orang itu sehingga jatuh ke atas tanah dengan sedikit keras.

“Akkhh!” rintih Jhao Feiyan kesakitan.

“KAU!?” tunjuk Jeong Soon terkejut, “apa yang kau lakukan barusan?” tanyanya lagi menjadi sedikit panik.

“Aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan dari dulu, kau seharusnya menjadi milikku bukan menjadi miliknya, kau tidak tahu. Kemungkinan dia itu bukan calon istrimu, mungkin Putri mahkota Kaisar Jumong sudah mati-”

“HENTIKAN!” bentak Jeong Soon, “kau tahu dia adalah istriku dan akan tetap menjadi istriku hingga seribu kelahiran lagi nanti, kami akan terus reinkarnasi dan akan terus ditakdirkan bersama.” Nada bicaranya biasa lagi sambil tersenyum sinis.

“Dan untuk bereinkarnasi. Bukankah harus mati terdahulu?” ucapan Jhao Feiyan menyadarkan Jeong Soon bahwa In Hyun sudah berlari jauh dan menghilang.

“Sial!” umpat Jeong Soon. “Urusan kita belum selesai, jika terjadi apa-apa padanya. Maka kau lah yang akan menerima hukuman, tidak peduli kau Putri Kerajaan manapun.” Tegasnya langsung berlari menyusul In Hyun.

Ternyata In Hyun terus berlari jauh ke dalam hutan, dia berlari sambil menangis. Entah kenapa hatinya merasa sakit sekali? Lebih sakit dari ketika melihat Nam Suuk dan Yurika menikah, apa karena Jeong Soon adalah suaminya sehingga luka yang belum kering terasa berdarah lagi dan malah semakin dalam.

Terdengar sebuah bisikan di telinganya, saat itu ia baru tersadar dan berhenti berlari. Kini dia berdiri di tengah hutan yang sudah mati. Pemandangan di sana sungguh membuatnya membulatkan kedua mata, digosok-gosok matanya dengan punggung tangannya kemudian berputar menatap sekeliling.

“Dimana aku sekarang?” In Hyun menjadi gemetaran, mengutuk diri sendiri bodohnya ia kenapa harus berlari sejauh itu.

Kini di hadapannya sebuah hutan yang di kelilingi pohon-pohon lapuk dan tanah yang gersang, tidak ada tumbuhan atau selembar daun pun menempel di pohon-pohon kering itu. Sungguh pemandangan yang mengerikan seolah tempat itu berada di dunia lain.

Tiba-tiba sebuah bisikan itu terdengar lagi dan kali ini begitu jelas. “Akhirnya kau datang juga, Putriku,

Putriku? In Hyun menoleh ke samping tidak ada siapa-siapa di sana membuatnya semakin merinding. Pandangannya kini jauh menatap ke depan, tidak jauh darinya tampak seorang nenek melambai-lambaikan tangan ke arahnya.

“Si-si siapa Anda?” tanya In Hyun terbata-bata. Terdengar sebuah jentikan jari di telinganya membuatnya jadi berdiri kaku lalu melangkah setengah tidak sadar mendekati nenek itu seolah sudah terhipnotis olehnya.

In Hyun berdiri tepat di hadapan Nenek itu tanpa berkedip sedikitpun. “Aku tahu kau bukan Putriku, tapi kau adalah pengganti Putriku, sudah saatnya aku akan membawamu,” ucap Nenek itu.

In Hyun mengangguk, Nenek itu melangkah menaiki sebuah Batu besar dan datar diikuti In Hyun.

“KAKAK!” panggil Hie Jung kebetulan lewat tempat itu dan melihat In Hyun berdiri di sana.

“PUTRI IN HYUN!” teriak Nouran Chan terlihat panik juga.

“MUNDUR JANGAN BERADA DI SANA!” Begitu juga Lee Hwon dan Luo Guanjong berlari ke arahnya.

Mendengar suara-suara itu In Hyun tersentak sadar. Dilihatnya ke bawah kini berdiri tepat di pinggir jurang yang sangat dalam. Ia membalikkan tubuhnya sekaligus membuat tubuhnya tidak seimbang dan akhirnya terpeleset jatuh ke dalam jurang.

“AAKKKHHHHH!” In Hyun tidak bisa berpegangan pada apa pun karena dia jatuh dalam keadaan melihat ke langit.

“TIDAAKKK!” teriak mereka berempat terkejut tidak sempat menyelamatkan In Hyun.

Kini mereka berdiri di pinggir jurang itu. Mereka yakin kalau In Hyun sudah jatuh ke dasar jurang dan entah bagaimana keadaannya sekarang.

“Putri Hyun?” Hie Jung menangis memeluk Nouran Chan.

“Kita harus cepat mencari bantuan dan turun ke bawah mencari Putri In Hyun,” kata Luo Guanjong. Ketika ia berbalik badan, melihat Jeong Soon berlari ke arah mereka dengan napas tersengal-sengal.

Jeong Soon yang dari tadi mengelilingi hutan mencari istrinya segera berlari ke sana karena mendengar teriakan-teriakan mereka itu.

“Kakak Jeong, Pu-Putri Hyun ....” tunjuk Hie Jung ke arah jurang sambil masih menangis menghampirinya.

“Tidak, itu mustahil. Istriku ...?” Wajah Jeong Soon berubah menjadi pucat pasi.

Hie Jung mengernyitkan keningnya aneh sambil mengusap air matanya. “Coba jelaskan kenapa Putri Hyun bisa ada di tempat ini sendirian dan kenapa kalian sampai terpisah?” selidiknya tidak mengerti dan masih terisak menangis.

“Aku ... aakkhhh?!” Kalimat Jeong Soon terputus lalu tiba-tiba dia mengerang kesakitan sambil memegang dada tepat di jantungnya. Ia seketika langsung terkulai ambruk duduk di tanah.

Omo, Kakak. Apa kau tidak apa-apa?” Hie Jung bertambah panik.

Luo Guanjong dan Lee Hwon berburu ke arahnya.

“Apa kau tidak apa-apa?” tanya Luo Guanjong khawatir.

“Jangan-jangan?!” Lee Hwon jadi berpikir yang tidak-tidak.

Ӝ----TBC----Ӝ

Revisi ulang*
13 Februari 2020

By~ Rhanesya_grapes 🍇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top