17 . Nasib Katherine
Katherine melangkah sambil bersenandung kecil. Hari mulai gelap, dan lampu penerang di jalanan sudah terang benderang. Sebelum pulang, dia ingin ke tempat kerja Risa kemudian pulang bersama. Kebetulan, tempat Kerja Risa lebih dekat dengan rumah.
“Lepaskan, tolong! Tolong!”
Langkah Kathe terhenti, begitu melihat seorang wanita tua sedang tarik menarik tasnya dengan seorang preman jalanan. Sialan! Kathe tidak akan membiarkan rencana jahat pria itu berhasil.
Kathe mengambil sebuah balok kayu yang kebetulan berada di dekatnya. Kemudian dia berlari cepat, dan langsung memukuli punggung preman yang tak kunjung mau melepaskan tas itu.
“Lepaskan, brengsek! Kamu tidak tahu malu ya merampok seorang wanita huh?!” teriak Katherine.
“Ahh—sialan kau!”
Preman itu tiba-tiba menendang perut Kathe sampai-sampai membuat Kathe jatuh mengenaskan di jalan.
Kathe meringis. Perutnya terasa sangat sakit. Untuk sekedar berdiri, rasanya dia belum bisa. Bagaimana dia bisa menolong wanita itu?
“Nak, kau tidak apa-apa?”
“Nyonya, tas mu!” ujar Katherine begitu melihat preman itu berhasil membawa kabur tas wanita itu.
Wanita itu malah tersenyum, sambil membantu Katherine duduk walaupun sedikit raut cemas nampak kentara di wajahnya. “Tidak apa-apa, Nak. Lagi pula, aku yang melepaskannya. Kita ke rumah sakit sekarang.”
Katherine menggeleng kuat. “Tidak perlu, Nyonya. Aku baik-baik saja.”
“Tapi, dia menendang perutmu dan kau kesakitan.”
“Nanti sakitnya akan hilang. Sungguh, aku baik-baik saja. Yang penting, Nyonya juga baik-baik saja.”
“Sungguh?”
“Ya. Tentu saja.”
Katherine mencoba berdiri. Walaupun, perutnya masih terasa nyeri. Dia tidak mau membuat wanita itu khawatir.
“Nyonya, maaf. Saya mendengar kabar, jika Anda di rampok. Anda baik-baik saja?”
Seorang pria berpakaian serba hitam seperti seorang bodyguard datang dengan raut wajah cemas. Hal itu, tentu membuat Katherine bertanya-tanya, kira-kira siapa wanita yang dia tolong tadi sampai-sampai memiliki bodyguard?
“Jangan menatapku seperti itu, Nak. Dia hanya sopir.” Jawaban wanita itu membuat Katherine tersenyum tipis. Kecurigaannya pasti sangat terlihat. Memalukan.
“Aku baik-baik saja Galahad. Untung dia menolongku.”
“Syukurlah. Sekarang mari kita pulang Nyonya. Tuan sudah memerintah saya untuk membawa Anda pulang segera.”
“Anak itu ya ...” dengus wanita itu.
“Nak, maaf aku harus pergi. Sebenarnya, aku masih ingin berbincang sambil mentraktirmu makan. Tapi, anakku sudah menyuruh Galahad membawaku pulang, dan aku tidak bisa menolak. Kepala Galahad taruhannya,” ucap Wanita itu membuat Katherine bergidik ngeri. Se menakutkan itukah putranya?
“Tidak apa-apa Nyonya. Tidak perlu repot-repot. Kasihan kepala Galahad jika harus terlepas dari tubuhnya.”
Wanita itu tertawa pelan. Tawa yang sangat cantik di mata Katherine.
“Oiya, siapa namamu?”
“Katherine.”
“Wah, nama yang cantik seperti orangnya. Semoga kita bertemu lagi Katherine, dan saat itu tiba, aku akan memasak makanan spesial untukmu. Sebagai ucapan terima kasih.”
“Tidak perlu repot-repot Nyonya. Sudah kewajiban sesama manusia tolong menolong dengan manusia lainnya.”
Wanita itu tersenyum kemudian membawa Katherine dalam pelukannya. “Kau baik sekali, Nak. Semoga Tuhan selalu melindungimu.”
Hati Kathe tersentuh. Baru kali ini, dia merasakan hangatnya pelukan seorang wanita yang menjadi seorang ibu. Rasanya menenangkan.
Pelukan itu terlepas. Wanita itu masuk ke dalam mobil mewah yang sudah menunggunya.
“Sampai berjumpa lagi Katherine! Hati-hati di jalan.”
Katherine mengangguk sambil melambaikan tangannya. “Sampai jumpa Nyonya,” balasnya dan mobil itu mulai melaju dengan pelan.
***
Katherine membuka pintu rumahnya. Niat untuk mengajak Risa pulang bersama, dia batalkan. Perutnya benar-benar terasa nyeri. Dia harus segera mengompresnya agar tidak semakin lebam.
“Ayah?” pekikan kaget terlontar dari mulutnya, begitu dia mendapati ayahnya yang tidak pulang selama 3 hari, duduk dengan penampilan berantakan di sofa.
“Kenapa? Kaget aku pulang? Ini rumahku! Ingat itu!”
Katherine memilih menghindar. Ayahnya masih dalam kondisi mabuk. Berbicara dengannya sekarang, pasti akan memancing emosi ayahnya dan mungkin dia akan mendapat pukulan lagi setelah di pukuli preman tadi.
Katherine menghampiri lemari pendingin dan mengambil es batu dari sana. Meletakkan beberapa butir di sebuah saputangan kemudian meletakkan di perutnya yang mulai membiru.
“Besok, berikan aku uang. Uang yang kau berikan sudah habis!”
“Apa?! Aku sudah tidak punya uang lagi, Yah. Uang itu gaji yang sudah aku ambil di muka.”
Katherine tak habis pikir. Uang yang dia berikan tidak sedikit, dan sudah ayahnya habiskan saja. Padahal, itu gaji selama sebulan yang sudah dia ambil di muka. Beruntung, Edlise mau membantunya. Dan sekarang, dia sudah tidak punya uang simpanan. Uangnya hanya cukup untuk jatah makan selama satu minggu saja.
“Aku tidak peduli! Aku harus ke klub lagi besok!”
Katherine menghela napasnya kasar. Apalagi yang bisa dia lakukan selain mencari uang pinjaman? Jika dia tidak memberikan? Bisa-bisa ayahnya nekat dan menjualnya ke tempat pelacuran itu.
Ya Tuhan—kapan ayahku sadar? Batinnya sambil mengusap air mata yang jatuh di sudut matanya.
***
Ke esokan harinya
Katherine melangkah dengan sedikit kebingungan. Semua orang di kantor, terlihat menatapinya kemudian berbisik-bisik. Tak mengerti juga, apa yang sudah terjadi di sana.
“Ini dia orangnya!”
Katherine tersentak, begitu mendapati Maxime berdiri dengan tampang menakutkan di depannya. Kelihatannya, Maxime sangat marah—marah besar. Sangat terlihat, dari sorot matanya yang tajam dan manik matanya yang sedikit merah.
Entahlah. Katherine tak mengerti apa yang terjadi di sana. Perasaan, dia tidak melakukan kesalahan apa pun yang memancing kemarahan Maxime.
“Aww!” Katherine meringis, begitu Max tiba-tiba menarik tangannya dan mencengkeram lengannya dengan kuat.
“Katakan! Siapa yang menyuruhmu!” tegas Max dengan mata berkilat—marah. “ternyata kamu menyembunyikan kebusukan di balik kepolosanmu itu, jalang!”
****
Ramaikan yuks bintang sama komennya. 🤩🤩🤩
Maafkan ya, kalok moting gak bales komen kalian satu2. 🤧Tapi suer deh, moting baca semua. 😁😁😁🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top