↳ ❁ཻུ۪۪⸙͎.S A T U

Happy Reading😘😘

-

Seorang Pria bertubuh tinggi tegap menunduk di depan meja seorang pria dengan berselimut bulu-bulu serigala yang berwarna emas dan nampak begitu berkilau saat terkena cahaya rembulan yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela.

"Salam, Alpha."

Pria yang di panggil Alpha tersebut memberikan anggukan dan memberikan aba-aba melalui tangannya agar sang Beta lekas berdiri.

"Ada hal apa?" Tanya Jeon Jungkook—Alpha dari segala Alpha, ialah King Alpha sekaligus Raja dari Kerajaan Bulan Darah Hitam. Kerajaan terluas dan paling makmur bila dibandingkan Kerajaan kecil lain.

Kerajaan yang garis keturunannya terkenal akan melakukan upaya apapun untuk mendapatkan hal yang di inginkan, memperluas wilayah teritorial demi memuaskan hasrat akan darah dan kekuasaan.

Generasi Jeon Jungkook merupakan puncak kebrutalan garis keturunan Raja Bulan Darah Hitam berlangsung.

Hang Yul—Beta, berdiri dengan tangan kanannya berada menyentuh letak jantung, berkata hormat, "Para Vampir telah mengacau dan membunuh orang-orang yang ada di Perusahaan anda, Alpha."

Jungkook seketika berdecih mendengar ulah para penghisap darah menjijikan itu, "Perusahaanku yang mana?"

Hang Yul kembali menunduk lebih rendah, "China, tepatnya kota Shanghai."

"Tidak terlalu jauh. Baiklah, siapkan segala hal yang diperlukan untuk esok hari. Aku tidak menerima kesalahan sekecil apapun, lakukan semuanya dengan sempurna."

"Laksanakan Alpha."

Jungkook mengibaskan jubah emasnya dan pergi dari ruang pribadinya, meninggalkan Hang Yul yang kini mulai mempersiapkan segala keperluan untuk pergi ke Indonesia.

Sepasang manik mata hitam tajam menatap ke depan dengan datar, para maid menunduk, tidak berani menatap wajah sang Alpha. Sebab menatap wajah para bangsawan sama saja dengan sebuah kesalahan fatal pada dunia Immortal.

Jeon Jungkook berhenti berjalan saat melihat seorang wanita bergaun putih panjang datang menghampiri, rambut perempuan di sana tersanggul dengan elok. Mahkota berwarna putih bertengger cantik di atas kepalanya, di tengah mahkota pula terdapat ukiran serigala mengaung dengan mata yang terbuat dari permata rubi biru kualitas terbaik.

"Ibu," lirih Jungkook dengan ekspresi tetap sama—datar. Seolah dia telah kehilangan emosi seorang makhluk hidup.

Jeon Hae Lin—Ibu Jeon Jungkook berjalan mendekati putranya, wajahnya masih terlihat begitu cantik meski umurnya sudah melintasi 300 tahun lebih. Bibir tipis penuh pesona mengukir sebuah senyuman lembut teruntuk putra sulung, "Hey Son, apa kabarmu baik-baik saja?"

"Ya."

Hae Lin mendengus, sebenarnya Jungkook mendapatkan sifat dingin dari siapa? Dia dan suaminya memiliki sifat yang ramah dan banyak berbicara, tapi putra sulungnya ini, haish.

"Apa kau juga akan bersikap dingin pada ibumu sendiri? Dasar anak nakal." Hae Lin bersilang dada dan menampilkan ekspresi merajuk.

Jungkook melihat itu tersenyum sekilas dan menarik sang ibu kedalam pelukannya. Wanita yang paling dia cintai selama hidupnya, ialah ibunya, di ikuti kedua adik kembarnya.

"Ingat, dia istriku," suara bariton dari belakang Hae Lin membuat ibu dan anak yang sedang berpelukan hangat harus terpaksa melepas pelukan mereka dan menoleh ke sumber suara.

Di sana berdiri dengan gagah, mantan Alpha dari Kerajaan Bulan Darah Hitam—Jeon Lee Gun. Lee Gun mendekati putranya dan menarik istri mungilnya kedalam dekapannya.

"Dia milikku," desis Serigala dari Jeon Lee Gun—Lenore. Mata yang semula berwarna hitam pekat berubah menjadi biru laut.

"Suamiku, tenanglah. Dia putraku, mana mungkin kau bisa cemburu dengan putramu sendiri?" Hae Lin mengelus dada bidang Lee Gun yang tertutup jubah berwarna abu-abu. Berusaha menenangkan jiwa serigala merepotkan milik suaminya.

Lenore yang saat ini menguasai tubuh Lee Gun, memandang horor pada sang istri, "Tetap saja! Kau hanya milikku," dia menoleh pada Jungkook yang menatap datar pada dirinya, "Carilah takdirmu sendiri, jangan ganggu takdirku."

Hae Lin menepuk jidatnya, dia merutuk sifat Lenore yang sangat possessive pada dirinya dan selalu mudah emosi. Berbeda dengan Lee Gun yang begitu sabar dan lembut.

"Sudah! Ayo pergi atau aku tidak akan mau tidur bersamamu lagi!"

Lenore menggeleng seperti anjing yang takut pada majikannya, "Baiklah ayo! Kau selalu pintar dalam mengancam aku, gadis!"

Jungkook memandang geli pada kedua orang tuanya, takdir, ya? Bisa dibilang dia tidak perduli tentang takdirnya sendiri dan bahkan acuh tak acuh ketika sebagian besar manusia serigala yang sepantaran dengannya, sudah ada takdir masing-masing.

Dari awal, Jeon Jungkook kerap kali fokus dan seolah obsesi pada kekuasaan serta perang. Dia punya banyak musuh yang tersebar dimana-mana, bila takdirnya sama kuat dan sebanding dengan dirinya, maka Jeon Jungkook secara suka rela akan memberikan posisi seorang Luna—Ibu dari para Serigala.

Namun bila tidak bisa sebanding dengan dirinya, maka Jeon Jungkook lebih memilih untuk hidup sendirian. Ini lebih baik mengingat dia benci sentuhan perempuan kecuali anggota keluarga. Pun, tubuh pasangan yang ditakdirkan itu saling berhubungan.

Bila satu terluka, maka yang lain bisa merasakan sakitnya walau dalam kondisi tubuh baik-baik saja. Inilah alasan kuat mengapa Jeon Jungkook benci jika harus menerima takdir yang lemah. Tetapi Dewi Bulan seharusnya lebih cerdas, menyandingkan kuat dengan yang kuat.

Mate hanyalah sumber masalah, dan dia tidak membutuhkan mate. Lihatlah Ayahnya yang begitu lemah dan tunduk pada wanita, jangan harap Jungkook akan melakukan hal bodoh yang sama dengan Ayahnya.

Berkat pemikiran percaya diri dan sifat keras kepala Jeon Jungkook, sebagai Raja termuda, dia berhasil membawa Kerajaan Bulan Darah Hitam menduduki puncak tertinggi dan menjadikan dirinya sendiri sebagai King Alpha kurun waktu 10 tahun.

Orang sering menyebutnya sebagai jenius langka ribuan tahun.

Sebenarnya Kerajaan Bulan Darah Hitam sudah terkenal kuat dan termasuk dalam jajaran lima besar, tapi setelah dipimpin oleh Jeon Lee Gun, peringkat seketika turun. Yah, tidak heran, Ayahnya adalah pria baik hati yang cinta damai. Karena itu para Raja dari Kerajaan tinggi lain menganggap Jeon Lee Gun sebagai ayam empuk.

Bagi Jeon Jungkook, Jeon Lee Gun adalah Ayah terbodoh. Dari generasi ke generasi, Pemimpin Kerajaan Bulan Darah Hitam memiliki garis keturunan dari empar ras, pertama manusia, kedua serigala, ketiga Peri, terakhir adalah Iblis.

Darah Iblis bisa mengalir ke keturunan Kerajaan Bulan Darah Hitam disebabkan Raja kedua telah menikahi salah satu Putri dari Raja Neraka—takdirnya. Sifat Iblis yang diturunkan sejak lahir ke generasi baru sering kali menciptakan emosi tak terkendali dan sifat haus darah, empat generasi selanjutnya mengalami kendala karena hal ini. Sebab banyak kerusakan terjadi di mana-mana.

Lalu, Raja ke delapan akhirnya ingin berubah dan berguru kepada Ratu Peri untuk menguasai ilmu ketuhanan. Di sela-sela pembelajaran tersebut, Raja ke delapan sadar bahwa Ratu Peri adalah takdirnya. Mereka berdua akhirnya jatuh cinta, dan menikah. Generasi selanjutnya pun mewarisi darah suci yang bisa menetralisir gejolak kejahatan darah Iblis.

Jeon Lee Gun pasti terlalu banyak mendapatkan gen darah suci dari pada darah Iblis. Begitu pemikiran Jeon Jungkook pada sang Ayah sejak kecil. Namun meskipun demikian, kekuatan Jeon Lee Gun tidak bisa dianggap remeh. Selama ini Jeon Lee Gun hanya tidak suka berkelahi dan cinta damai, sehingga menyembunyikan kekuatan asli dari dunia luar.

Jeon Jungkook melanjutkan perjalanannya menyusuri lorong yang diterangi dengan api obor. Telinganya berkedut saat mendengar suara langkah kaki yang seperti mengikuti dirinya dari belakang, dia melirik lantai bawah bagian samping.

Tidak ada bayangan siapapun, angin berhembus menggoyangkan rambut belakangnya. Dia membalikan badan dengan gesit dan menahan tangan mungil seorang gadis kecil.

"Huh! Kenapa Kakak bisa tahu?" Jeon Hae Na memasang wajah kesal karena serangannya dapat di tangkis oleh sang kakak.

"Kau bergerak tanpa menyamarkan tapakan dan meringankan badanmu, udara yang bergesekan dengan tubuhmu terlalu kencang hingga dapat memberikan sinyal jika akan ada serangan. Kau terlalu ceroboh," perlahan Jungkook melepas tangan mungil Hae Na yang semula ada di cekalannya.

"Wle! Kalau begitu aku akan meminta Pangeran Namjoo supaya melatihku!" Teriak Hae Na dan berbalik meninggalkan Jungkook. Kaki mungilnya menghentak lantai mansion yang terbuat dari batu bata dengan tingkat kadar air spiritual tinggi.

"Bilang saja kau ingin mendekati Pangeran Namjoo, dasar jalang kecil," gumam Jungkook.

Hae Na jengkel mendengar gumaman Kakaknya itu, dia melepas sepatu cantiknya kemudian melemparkan ke arah Jungkook. Tapi pria itu memiringkan kepala lebih cepat, tidak jadi terkena timpukan sepatu.

"Kak Jungkook! Aku ingin mencabik mulutmu!"

Jungkook hanya mengibas-ngibaskan tangannya tanpa berhenti berjalan ke depan, "Anak kecil harus sopan dengan yang lebih tua. Apalagi dengan diriku yang seorang Alpha," sombong pria itu.

Hae Na meninju dinding lorong hingga retak, "Dasar serigala tua tengik!"

Jeon Hae La—sang kakak kembar, hanya menatap Jungkook dan Hae Na dengan pandangan bosan. "Hah, lebih baik aku belajar lagi di perpustakaan khusus."

Kakinya yang mungil berjalan melewati Hae Na yang masih emosi degan sikap arogan dan sombong yang di miliki Jungkook. Wajah gadis kecil itu memerah, sepatunya juga hilang satu.

Seperti gembel, batin Hae La dalam hati. Mengidam apa Ibunya dulu hingga dia bisa mendapatkan kembaran seperti Hae Na. Dia setuju dengan kakaknya, Hae Na itu jalang kecil.

Ketika ada Pangeran yang tampan sedikit, dia langsung mendekatinya.

Hae La bersyukur karena dirinya memiliki sifat yang menyukai ketenangan dan benci dengan kegaduhan. Malas berbicara hal yang tidak penting dan suka membaca. Hal itu membuat dirinya sedikit tertutup, dan dia selalu mendapatkan ketenangan yang menyenangkan dari sikapnya. Keuntungan lain yaitu, dia sering jauh dari konflik apapun.

─────•~❉✿❉~•─────

"Chou Tzuyu! Cepat belikan Ibu makanan!"

Teriakan itu begitu menggema di rumah bertingkat dua dekat dengan gaya minimalis. Merasa dipanggil, pemilik nama sontak keluar dari kamar yang berada di lantai dua dan bergegas menuruni anak tangga menuju lantai bawah.

"Makanan apa, Ma?" Tanya Tzuyu dengan ramah.

Chou Nilee berdecak kesal melihat Tzuyu yang memasang wajah tidak bersalah sama sekali. Dia sudah menahan lapar dari tadi sore!

"Belikan Mama makanan apapun itu! Asalkan lezat! Belikan juga Jennie makanan, dia sebentar lagi akan pulang bekerja."

Tzuyu mengangguk patuh, "Ada lagi, Ma?"

"Tidak, cepat belikan!"

"Tzuyu pamit, Ma." Dengan sedikit lesu, Tzuyu kembali menarik tangannya dan keluar dari rumah untuk mencari restoran yang masih buka pada jam sembilan malam seperti ini.

Dia memeluk tubuhnya sendiri saat merasakan hawa malam yang tiba-tiba berubah dingin. Bulu kuduknya merinding, Tzuyu menatap sekitar dan berhenti. Betapa terkejutnya dirinya saat dia sadar bahwa jalanan sangat sepi, kemana orang-orang pergi?

Tumben sekali jalanan bisa cukup lengang? Mendadak dia teringat berita jika akhir-akhir ini ada banyak mayat ditemukan tak jauh dari tempatnya tinggal, terbukti dengan ditemukan beberapa mayat yang ditemukan oleh warga dalam kondisi tubuh kering dan hanya tinggal tengkorak serta kulit saja.

Kini dia benar-benar takut, sebuah bayangan hitam bermata merah melesat tepat di depannya. Dengan tubuh bergetar, Tzuyu berjalan mundur, "Si-siapa itu?"

Hanya suasana malam hening yang menjawab. Beberapa detik kemudian, bayangan itu kembali melesat. Tubuh Tzuyu menegang saat merasakan hembusan nafas dingin pada leher belakang.

"Hm, harum yang berbeda."

Suara bariton dan serak terdengar mengalun lambat. Tzuyu berbalik badan, tubuh rampingnya hampir terjungkal andai pria di depannya saat ini tidak menahan pinggangnya.

Pria tersebut memiliki mata merah, bibirnya yang berwarna pink tersenyum menampakan gigi-gigi taringnya yang sangat tajam.

Tzuyu membekap mulutnya, matanya melotot melihat taring itu. Vampir?! Benarkah dia bertemu Vampir saat ini?!

Pria Vampir itu menarik Tzuyu yang ketakutan, tangannya menyelinap ke rambut leher perempuan tersebut dan memukul titik saraf lehernya hingga gadis itu terpaksa tidak bisa bergerak.

Kini dia sudah menangis terisak, Vampir berdecak kesal, "Manusia memang selemah ini, selalu menangis dan menangis."

Tangannya yang dingin menyingkirkan rambut panjang hitam milik Tzuyu, tubuh gadis itu masih kaku dengan posisi berdiri. Dia bisa merasakan nafas beku yang menyentuh kulit leher tipisnya.

Tzuyu memejamkan matanya, mungkin memang ini akhir hidupnya yang telah di takdirkan. Pasrah dan memilih mencoba rileks meski begitu sulit. Sudah cukup lama dia memejamkan matanya, namun dia tidak merasakan apapun di lehernya.

Matanya perlahan mengerjap, Vampir itu justru memandangi dirinya. Mata Tzuyu yang berwarna hitam karamel dengan bentuk besar menatapi kulit wajah vampir yang begitu putih, disaat yang sama, dia terkejut karena vampir ini termasuk sangat tampan.

Andai saja orang ini manusia, apabila menempuh karier sebagai seorang artis, masa depannya haruslah cemerlang.

"Aku pergi dulu, babi gemuk." Ujar Vampir tersebut sambil tersenyum licik kemudian pergi melesat begitu cepat bagaikan hembusan angin.

Chou Tzuyu bernafas lega setelah dadanya terasa sesak seolah terhimpit beban berat pada kedua sisi. Titik saraf yang semula entah diapakan sampai dia tidak bisa bergerak, saat ini tubuhnya sudah bisa bergerak. "Dia .... pergi?" Haruskah dia bersyukur atau tertawa?

Bukannya ini sedikit lucu? Siapa yang pria itu sebut sebagai babi gemuk?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top