🌼 Evaluasi 🌼

Sejak hari itu akhirnya duka di hati Kinan sudah pulih. Kehadiran Rizky di dalam hidupnya telah membawa Kinan ke arah yang lebih baik. Tidak lagi ia ingat-ingat kenangannya dengan Arza. Kebaikan dan sikap dewasa Rizky lambat laun membuang semua lukisan duka Kinan. Kinan menjadi gadis yang kembali ceria. Hubungannya disambut baik oleh kedua orang tua Kinan. Begitu juga keluarga Rizky, sangat menerima Kinan dengan senang hati.

Kinan menjadi sosok yang dewasa semenjak menjalin hubungan tanpa status namun mantap menuju ke hubungan yang lebih serius dengan Rizky. Rizky yang cerdas dan dewasa selalu memberikan pelajaran pendewasaan diri untuk Kinan.

Mengenai hubungan Kinan dan Arza dulu juga sudah diceritakan Kinan kepada Rizky dan pria itu memakluminya. Rizky berusaha keras menghapus air mata masa lalu Kinan dan berjanji menggantinya dengan seabrek kebahagiaan. Itu semua terbukti dan amat terlihat jelas dengan perlakuan Rizky kepadanya.

Rizky sangat memperlakukan Kinan dengan hormat seperti saat Rizky menyelesaikan kuliahnya. Kinan adalah wanita di luar saudara Rizky yang dia undang khusus untuk menghadiri acara wisudanya. Sejak pertama bertemu dengan Kinan, Rizky mengakui telah jatuh hati pada wanita yang memiliki wajah seperti keturunan Eropa itu.

"Kinan, tunggu!"

Rizky berlari mendekati Kinan di teras kelas. Ia memegang sebuah kartu seperti agenda jadwal sebuah acara. Kinan cukup lama melihat kertas itu. Ia tahu itu agenda acara pelepasan wisuda, hanya saja kenapa Rizky memberikan ini kepadanya. Kinan menatap wajah Rizky dengan penuh tanya dan kebingungan.

"Untuk apa?" tanya Kinan.

"Aku mau kamu datang ke acara ini ya?"

Rizky tersenyum penuh harap. Matanya penuh cinta dan kasih kepada Kinan. Kinan juga teramat sangat bahagia dikenalkan dan didekatkan kepada Rizky. Sungguh cinta Rizky cukup untuk Kinan melupakan Arza selama-lamanya.

"Aku? Tapi kenapa aku?"

"Sudah ngga usah banyak nanya. Kamu 'kan tau bagaimana istimewanya kamu dalam hidupku, jadi jangan tanyakan kenapa tapi kapan dan dimana."

"Aku-aku-aku cuma... Aku cuma bingung mau bicara apa lagi", ujar Kinan ngeyel.

Rizky tersenyum dan menarik lembut ujung rambut Kinan yang bererai. Rizky mengedip-ngedipkan matanya sebelah kemudian berbalik dan kembali ke ruangannya. Kinan lunglai berjalan. Ada rasa bahagia dan merasa tersanjung di dada Kinan.

Tepatnya lusa acara itu. Kinan bersiap-siap cukup lama. Kinan bingung mau pakai baju yang mana dan harus berdandan seperti apa. Dia merasa sangat canggung dan takut malah malu-maluin Rizky nantinya. Akhirnya Kinan memakai kebaya maroon dan rok batik. Kinan ngga tahu lagi harus pakai apa.

"Kinan, kinan?" panggil mama dari arah luar.

Kinan yang baru selesai bersiap-siap segera membuka pintu setelah menyambar sling bag punya Kinan yang terbaring di atas meja belajarnya.

"Iya ma?"

"Itu Rizky sudah datang. Katanya bisa cepat? Soalnya acaranya jam 8. Cepatan gih."

"Iya ma, iya. Ini Kinan sudah siap. Bagus ngga ma?" Kinan berputar dua kali untuk memperlihatkan penampilannya kepada mamanya.

"Kinan, kamu itu digimanain juga sudah cantik."

Mama menjewer lembut ujung daun telinga anak satu-satunya itu. Kinan cekikikan pelan.

"Ya sudah ya ma, Kinan pergi dulu." Kinan mencium punggung tangan kanan mamanya.

"Hai!", sapa Kinan sambil cengingisan karena salah tingkah.

Rizky yang sedang memperhatikan jam tangannya terpelongo melihat keelokan paras Kinan. Wanita itu terlihat sangat priminim dengan gaun yang ia kenakan itu. Mata Rizky bahkan tak berkedip.

"Kamu jemput aku juga? Harusnya ngga usah. Aku bisa pergi sendirian kok. Kamu 'kan jadi repot jemput-jemput aku," tanya Kinan kepada Rizky yang termenung duduk sambil terus memandangi Kinan.

"Eh, gimana-gimana?"

"Kenapa kamu jemput?" tanya Kinan lagi lebih tegas.

"Ya ngga papa. Takutnya kamu ngga datang lagi," ujar Rizky sambil tertawa ringan.

"Enak saja, pasti datang dong!" jawab Kikan malu-malu.

"Ya sudah yok kita pergi. Keburu mulai acaranya," ujar Rizky sambil menggandeng jemari Kinan.

Rizky meremas lembut jemari kurus nun panjang Kinan. Kinan menurut. Namun saat mereka keluar, ada sosok pria yang berdiri tegap di teras rumah Kinan. Lelaki di masa lalu Kinan. Sontak Kinan kaget. Matanya membulat, nafasnya seperti berhenti, dan jantungnya kehilangan detak. Desas-desus angin pagi menyapu dedaunan kering menyambut pertemuan yang sempat dirindukan Kinan. Namun sekarang, pertemuan yang sangat dihindari Kinan. Ia tak ingin lagi mengingat Arza. Tapi justru Arza datang lagi menghampirinya. Kinan langsung menarik keras tangan Rizky.

"Yok ky kita langsung berangkat saja. Kamu kalau ada urusan sama mama, panggil saja. Mama di dalam kok," ketus Kinan.

"Iya yok," sambut Rizky.

"Tunggu Kinan! Aku ke sini mau ketemu kamu. Aku berurusan sama kamu. Aku mau bicara, bisa?" ujar Arza yang menghadang jalan Kinan dan Rizky. Rizky celingak-celinguk tak mengerti.

"Saya rasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Lagian saya sibuk ada urusan yang lebih penting dari pada ngeledekin kamu. Kita ngga perlu lagi bicara-bicara karena kata-katamu ngga bisa dipercaya. Ngerti?" ujar Kinan langsung menolak pundak Arza dan berlalu pergi bersama Rizky.

_____

Tlililitttt.......

Ponsel Kinan berderit. Nomor tanpa nama. Kinan mulai curiga namun ia tetap mengangkatnya. Harap-harap nomor itu tidak mengganggunya lagi.

"Hallo?"

"Hallo Kin. Ini aku Arza."

Brak!
Hati Kinan mulai merasa teriris lagi. Kinan langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya dan memutuskan telpon itu. Namun...

"Tunggu Kin. Please jangan kamu matiin ya telpon aku? Aku cuma mau ngomong bentar saja sama kamu, boleh ya?"

"Mau bicara apa lagi sih? Belum cukup kamu nyakitin aku, hah?"

"Iya Kin, iya. Aku minta maaf Kinan. Mau ya ngomong sama aku?"

"Ya sudah ngomong saja, cepat!"

"Aku mau kita ketemuan."

"Kenapa sih harus ketemuan? Emang ngga bisa ngomong di sini saja? Sekarang, buru!"

"Ketemu saja."

"Kok ngantur sih?"

"Tolong Kinan, kasih aku satu kesempatan lagi ya? Please!!!"

"Kamu kirim aja alamatnya di mana dan kapan kita ketemu. Aku tutup."

Tut tut tut tut......

Kinan memutuskan telpon Arza yang ia anggap sudah ngga penting. Kenapa sih dia datang lagi disaat Kinan sudah berhasil melupakannya dan kembali bahagia dengan pria lain.

______

Kinan sudah duduk manis di satu kursi panjang di depan aula desa. Semilir angin sore menghembas-hembus membawa udara sejuk yang terjebak di rongga hidung. Ia menunggu seseorang yang katanya ingin mengatakan sesuatu. Arza, entah kemana anak itu. Sekitar 15 menit Kinan menunggu, akhirnya Arza datang sambil tersenyum-senyum dengan tangannya di belakang punggungnya seperti menyembunyikan sesuatu.

"Hai!" sapanya.

"To the point saja kamu mau bicara apa. Aku ngga punya banyak waktu apalagi untuk ngeladenin kamu."

"Iya-iya. Tapi aku mau nanya dulu cowok yang kemarin itu siapa?" tanya Arza sambil mulai beringsut dengan tangan tetap di belakang punggungnya.

"Cuma itu yang mau kamu bicara 'kan?" ketus Kinan.

"Ya ngga. Oke deh kalau ngga mau jawab juga ngga papa. Nih!"

Arza menyodorkan sebuah cokelat yang punya kenangan di antara mereka. White chocolate silverqueen, cokelat yang sama saat Arza meminta Kinan untuk menjadi pacarnya. Apa-apaan ini? Apa Arza mau nembak Kinan untuk yang kedua kalinya? Tidak! Jelas Kinan tidak akan mau. Setelah apa yang sudah dilakukan Arza kepadanya, jelas hanya ada rasa benci yang tertinggal untuknya di hati Kinan.

"Apa-apaan ini? Aku ngga mau! Ingat ya, aku mau ke sini karena kamu mau bicara sesuatu sama aku. Kalau begitu caranya kamu buang-buang waktu aku, paham?"

"Kinan, aku cuma mau minta maaf. Dan aku sadar kalau kamulah wanita yang mencintaiku dengan tulus. Maafin aku Kinan. Ternyata Mutiara punya pacar lain selain aku dan parahnya lagi minggu depan mereka tunangan." Arza menggenggam tangan Kinan. "Kinan, kamu masih cinta 'kan sama aku? Kita balikan ya?"

"Apa? Balikan? Gilak kamu! Ngga, aku ngga mau!" Kinan menghempaskan tangan Arza dan beranjak. Arza mengikuti.

"Kamu masih cinta 'kan sama aku Kin? Masih 'kan?"

"Kamu apaan sih? Sok tau! Aku sudah ngga cinta lagi sama kamu. Aku itu benci sama kamu, ngerti ngga? Baiknya sekarang kamu pergi dan jangan ganggu-ganggu hidup aku lagi. Oh ya, kamu di tinggal tunangan sama Mutiara? Bentar lagi kamu juga bakal aku tinggal nikah sama pria yang kemarin kamu lihat itu. Itu calon suami aku, paham?"

Kinan berlalu pergi meninggalkan Arza. Semoga Arza tidak mengejarnya. Arza kemudian mengerti bahwa tidak ada lagi tempatnya di hati Kinan. Kinan yang kemarin mati-matian mematikan rasa cintanya kepada Arza, kini secuil pun tak ada bersisa. Sudah jatuh di timpa tangga.

Begitulah kiranya Arza. Di tinggal Mutiara tunangan, kini Kinan pun sudah punya kehidupan baru. Tentunya lebih dari masa lalunya. Sesal teramat dalam di hati Arza. Mengapa ia terlalu percaya kepada Mutiara bukannya kepada Kinan. Ia amat menyesal. Ia sadar siapa yang sudah Arza sia-siakan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top