🌼 Abstrak 🌼
Setetes dua tetes bulir air mata Kinan kembali berderai. Dengan angin pagi menjelang siang yang mulai riuh tertiup membawa panas, terbaring tubuh Kinan lemah seperti tak lagi bertenaga. Ekor matanya lurus dan kosong ke ranting kedaunan yang nyaris luruh di hembus angin ribut. Surai jagungnya kusut. Sesekali jemari kurusnya menyekat air mata yang berlinang mendekati daun telinganya. Bibirnya bergetaran. Jemarinya ngilu dan gemetar. Di atas kasur sprei berwarna biru langit ini dia banyak menghabiskan waktu seorang diri. Setelah empat bulan lamanya, ia di tinggal Arza. Kinan tidak pernah menyangka dan menduga, Arza mampu meninggalkannya begitu saja.
Mata Kinan mulai lebam membengkak merah. Kalau sudah begini, biasanya Kinan enggan keluar kamar. Ia hanya mengurung diri dan sedikit berkomunikasi dengan kedua orang tua atau tetangga-tetangga dan teman-temannya. Ia terus mendekap bayang-bayang Arza saat mereka banyak menghabiskan waktu bersama sejak kelas 2 SMA. Namun, saat mereka sudah sama-sama menyelesaikan sekolah justru Arza pergi begitu saja meninggalkan Kinan.
Apakah kenangan yang menyelubungi jiwa Kinan, tidak berarti untuk Arza? Atau hubungan mereka yang sudah dua tahun terjalin tidak memberikan rasa sayang dan cinta yang teramat di hati Arza? Seperti yang dirasakan Kinan. Pria itu sungguh dengan gampang dan mudahnya menghapus semua tinta yang menggores kental di atas kanvas kehidupan Kinan.
Pria itu sungguh teganya melukai hati Kinan yang tulus mencintainya. Ternyata benar, cinta masa SMA hanya cinta-cinta monyet. Tidak ada cinta yang sebenarnya, hanya Kinan yang sudah bodoh membuang-buang cintanya untuk mencintai lelaki seburuk Arza. Kinan kini tinggal seorang diri. Membunuh, menghujam tajam dan berusaha keras menikam setiap selangkah dua langkah bayangan Arza yang mulai mendekat.
Mama dan ayah Kinan sebenarnya sangat heran dengan kelakuan Kinan yang sekarang banyak diam dan mengurung diri. Murung dan sering melamun. Berbeda dengan Kinan yang dulu. Ayah dan mama Kinan tahu persis perubahan sikap Kinan tepat setelah acara perpisahannya di sekolah. Kedua orang tua Kinan mengenal Arza. Ayah tidak terlalu ambil pusing tentang hubungan Kinan dan Arza. Mungkin karena sibuk bekerja di kota sebagai kontraktor yang mengurus hasil panen di desa untuk di angkut ke pabrik di pinggir kota. Ayah juga menyumbang pendapatan bahwa percintaan di masa SMA hanyalah sebatas cinta-cinta monyet.
Sementara mama Kinan yang super sibuk. Mama dari awal sudah kurang menyukai Arza. Terlihat dari ekspresi wajah mama, saat teman-teman Kinan datang belajar kelompok di rumahnya termasuk Arza. Teman Kinan mengusil dengan mengatakan Arza camen (CAlon MENantu) dan mama Kinan camer (CAlon MERtua) Arza. Benar saja dugaan mama sekarang terbukti. Pria itu justru meninggalkan luka yang teramat dalam di hati anak tunggalnya itu.
Mama dan ayah tidak tinggal diam melihat keadaan anak tunggal mereka yang terpuruk dalam keramba cinta putih abu-abu alias cinta monyet. Diam-diam ternyata ayah Kinan mendaftarkannya menjadi guru honorer di TK kampung sebelah. Saat Kinan ditanyain hendak menyambung kuliah atau tidak, Kinan dengan memelas menggeleng mantap. Sepertinya memang Arza-lah semangat hidupnya. Separuh kehidupannya seolah-olah di bawa bersama dengan kepergian pria itu. Tinggal menunggu hasil promosi pelamaran kerja Kinan disetujui oleh kepala TK. Kemudian Kinan akan mulai mengajar di sana. Semoga saja Kinan mau profesi ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top