3. Aku Tidak Mau Sendiri
Ansatsu Kyoushitsu
by Yūsei Matsui
Kimi ga Suki da [AsaKaru]
by me
Time : sudah SMA
Waktu SMP tidak ada kegiatan "Assasin"
OOC
❗mengandung unsur YAOI❗
.
.
.
Tak terasa sekarang kalender menunjukkan angka 25 yang berarti sekarang adalah hari natal sekaligus hari ulang tahun Karma.
"Fuhh ... selesai," ucap Karma. Ia baru saja selesai menata meja makan dengan berbagai makanan yang ia masak sendiri. Hari ini orangtuanya akan pulang, karena itu Karma sangat bersemangat memasak ini dan itu.
Ting Nong
Bel pintu rumah Karma berbunyi, ia harap itu adalah orangtuanya. Dan benar, orang itu adalah Tuan dan Nyonya Akabane—orangtua Karma. Akhirnya setelah sekian lama, sang pemilik kembali menginjakan kaki di rumah ini.
"Selamat ulang tahun, sayang," kata Ny. Akabane sebari memeluk dan mencium anak semata wayangnya. "Gomen ne, Karu-chan, Kaa-san dan Tou-san baru bisa pulang sekarang," lanjutnya.
"Kami menyayangimu, Karu-chan." Kali ini kata Tn. Akabane, ia juga memeluk Karma dan mengelus lembut kepala anaknya.
Karma tak bisa menahan air matanya, ia benar-benar rindu dengan kedua orangtuanya. Setahun lebih mereka tak bertemu, akhirnya di ulang tahunnya yang ke-16 ini mereka bisa berkumpul lagi.
"Jangan menangis, Karu-chan. Ini kan hari ulang tahunmu, kau harus bahagia," kata Ny. Akabane mengelap air mata Karma.
"Hmff ... hmff ... Karu-chan, bau apa ini? Ah, Tou-san jadi lapar."
Karma mengelap hidungnya yang basah dan tertawa kecil, kemudian berkata, "Aku sengaja masak banyak karena Kaa-san dan Tou-san mau pulang."
"Karu-chan bisa masak? Wahh, sepertinya Kaa-san kalah nih." Mereka berjalan bersama ke ruang makan, terlihat di meja ada banyak sekali makanan dan itu semua Karma yang memasaknya. Jika mereka—Tn. & Ny. Akabane—memperhatikan, ada beberapa plester di jari Karma.
"Sayang, mana kue dan hadiahnya?" tanya Ny. Akabane pada suaminya.
"Oh iya, di mobil, tunggu sebentar ya, Karu-chan." Tn. Akabane kembali ke luar untuk mengambil kue dan hadiah Karma.
"Karu-chan, kau pasti belum mandi ya?" tebak Ny. Akabane dan Karma hanya membalasnya dengan cengiran.
"Sana mandi, nanti kita tiup lilin sama-sama." Karma mengangguk menuruti ibunya dan langsung ke kamar mandi.
Dalam lima menit, Karma sudah selesai mandi dan berpakaian rapi, tidak sabar merayakan hari ulang tahunnya bersama Kaa-san dan Tou-san kesayangannya.
"Kaa-san, Tou-san, aku sudah man—"
"Sttt, sebentar ya, Tou-san sedang telepon," kata Ny. Akabane dengan jari telunjuk yang ia letakan dibibirnya.
"Apa?! Tapi kami baru sampai, tidak bisakah kalian menyelesaikannya sendiri?!"
"...."
"Aah! Kalian semua payah!"
"..."
"Iya aku mengerti! Atasi dulu selama aku belum kembali." Tn. Akabane mengakhiri telepon, menatap istri dan anaknya dengan perasaan tak enak hati, terutama pada anaknya.
"Ada apa, sayang?" tanya istrinya sambil menghampiri suaminya.
"Soal itu ..." Tn. Akabane melanjutkan pembicaraan melalui bisikan agar Karma tidak mendengarnya. Walau begitu, tentu Karma sudah bisa menebak apa yang sedang orangtuanya bicarakan.
"Tou-san, Kaa-san ... kalian mau pergi lagi ya?" tanya Karma lirih. Ayolah, mereka bahkan belum mencicipi masakan buatan Karma.
"Gomen ne, Karu-chan, kami—"
"Kita kan belum tiup lilin, kalian juga belum mencoba masakanku ... kalian kan ... baru pulang..."
"Karu-chan, kami—"
"Tidak apa. Kalian kan memang harus pergi ..." Karma tersenyum walau sebenarnya ia tidak mau tersenyum.
Ny. Akabane menatap sedih putranya, sudah berapa kali mereka seperti ini? Sebenarnya ia juga tidak mau meninggalkan Karma, tapi mau bagaimana lagi? Ada pekerjaan yang menanti mereka.
"Gomen ne, Karu-chan ... Kaa-san yakin masakanmu sangat enak," kata Ny. Akabane sambil memeluk Karma.
"Tou-san janji, tahun baru nanti kami pasti pulang, lalu kita main kembang api bersama, ya?" Kali ini kata ayahnya.
Karma tertawa kecil, kemudian berkata, "Aku sudah tidak suka kembang api, Tou-san. Aku lebih suka jika kita menjahili orang seperumahan ini bersama. Ah, kalau mau satu negara juga boleh, pasti lebih asyik."
"Kau ini ada-ada saja, Karu-chan." Ayahnya ikut tertawa, lalu mengambil handuk yang dari tadi dipegang Karma dan menaruhnya di atas kepala Karma. "Jangan lupa keringkan rambutmu ya," lanjutnya.
"Kami pergi dulu ya, jaga dirimu baik-baik, Karu-chan." Sekali lagi Ny. Akabane memeluk dan mencium putranya sebelum kembali ke luar negeri.
"Kaa-san dan Tou-san juga, aku menyayangi kalian."
Lagi-lagi kebohongan, selalu janji palsu yang terucap. Karma menatap kue dan aneka makanan di meja, tapi selera makannya hilang. Ia bahkan tidak menyentuh hadiahnya.
"Kami janji tahun baru nanti pasti pulang, lalu kita main kembang api."
"Kita rayakan ulang tahunmu sama-sama ya, ayo kita undang semua temanmu."
"Gomen ne, kami harus pergi."
"Pembohong." Karma mengepal tangannya erat, menghadap pintu yang tadi digunakan orangtuanya untuk meninggalkannya lagi.
"Pembohong! Pembohong! Kaa-san dan Tou-san pembohong ..."
•
Gakushuu sedang dalam perjalanan ke rumah Karma, ia senang karena sekarang hubungannya dengan Karma sudah lebih baik dari sebelumnya. Ia juga tahu orangtua Karma akan pulang hari ini. Bukan bermaksud merusak reuni keluarga, ia cuma penasaran dengan orangtuanya Karma.
Taxi yang ditumpangi Gakushuu berhenti tepat di rumah Karma.
"Kenapa sepi sekali? Apa orangtuanya belum datang?" pikir Gakushuu. Kemudian ia menekan bel rumah Karma.
Ting Nong
"Karma, ini aku Shuu!" teriaknya agar Karma membukakan pintu.
"Karma!" Gakushuu berteriak lagi, tapi Karma belum juga membukakan pintu. Ia pun coba-coba membuka pintu rumah Karma, dan ternyata tidak terkunci.
"Ceroboh sekali, kalau pencuri masuk bagaimana?" Gakushuu langsung masuk dan mencari Karma. Dilihatnya ada beberapa tumpukan kado di ruang tamu, ia juga melihat kue ulang tahun dan banyak makanan di meja makan.
"Dia benar-benar memasaknya? Semua ini?"
"Aku akan masak semua makanan favorit ibu dan ayahku." Sekilas ia teringat email yang Karma kirimkan kemarin.
Ruang tamu, dapur, toilet, sudah Gakushuu telusuri semuanya, tapi ia masih belum menemukan Karma. Berlanjut ke lantai dua, Gakushuu naik ke lantai atas untuk mencari Karma di kamarnya.
Krekk
Gakushuu membuka pintu kamar Karma dan terlihat sebuah gundukan besar di kasur, surai merah yang dicari pun terlihat di sana.
"L-Lipan?! Kenapa kau ada di sini?" Karma terkejut tiba-tiba ada yang masuk ke kamarnya, ia pun langsung merubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk. Matanya sembab dan hidungnya merah, jelas sekali Karma habis menangis.
"Karma, k—"
"Aku tidak apa-apa, mataku kemasukan debu dan aku sedang pilek." Karma menyela, seolah tahu apa yang akan Gakushuu katakan padanya.
Gakushuu tahu Karma berbohong, ia pun memaklumi karena Karma memang orang yang sulit berterus terang. Kemudian ia duduk di samping Karma dan menenggelamkannya dalam dekapannya.
"O-oi, apa yang—"
"Tidak apa, Karma. Kau boleh menangis, hanya aku yang melihatmu, aku janji tidak akan memberitahu siapa pun tentang ini." Karma memberontak, tapi Gakushuu malah semakin mendekapnya.
Perlahan air mata Karma kembali mengalir, membasahi pipinya yang tadi sudah mulai kering sekarang jadi basah lagi.
"Pembohong ... semuanya pembohong hiks ... aku tahu seharusnya aku tidak usah masak sebanyak itu ..." Karma meluapkan semuanya, bagaimana dirinya bangun lebih awal agar bisa memasak ini dan itu untuk orangtuanya, tapi Tou-san dan Kaa-san nya justru tak mencicipi sedikit pun masakan Karma. Menceritakan berapa kali jarinya tergores pisau karena memasak, tapi orangtuanya tak menyadari luka anaknya.
"Semuanya pembohong ... aku ... tidak mau sendirian ..."
"Aku tidak akan meninggalkanmu, aku janji, aku tidak akan membiarkanmu sendiri, Karma." Gakushuu mengelus lembut rambut Karma, menenangkannya dalam pekukan.
Karma tidak merespons, mengantuk dan lelah membuatnya tertidur dalam pelukan Gakushuu. Gakushuu menidurkan Karma di kasur dan menyelimutinya.
"Berkelahinya jago, tapi mengobatinya tidak bisa," kata Gakushuu sambil memperhatikan plester di jemari Karma. Kemudian ia mencari kotak P3K yang biasa Karma simpan di lemari dapur.
••
Sakakibara Ren, sahabat–ah ralat, mungkin lebih tepatnya 'pembantu' karena dia selalu mematuhi semua yang Asano Gakushuu katakan. Hari ini rumahnya kedatangan tamu, saudaranya yang dari jauh datang berkunjung, tapi sekarang sudah pulang, ia baru mengantarnya ke stasiun dan sekarang waktunya beristirahat dan bermain handphone.
"Asano-kun? Kenapa dia menelepon?" tanyanya pada diri sendiri setelah melihat ada 10 panggilan tak terjawab dari Gakushuu.
Kumenangis~ membayangkan~ betapa kejamnya dirimu atas diriku~
Ponsel Ren berbunyi karena Gakushuu menelponnya lagi dan barusan adalah nada dering teleponnya, ost sinetron 'Bunyi Ati Uke' favoritnya.
"Moshi-moshi."
"..."
"Eh? Bisa sih, memangnya kenapa?"
"..."
"Rumah Akabane? Sekarang?"
"..."
"Iya baiklah, aku ke sana sekarang."
Panggilan diakhiri. Ia heran kenapa Gakushuu menyuruhnya datang ke rumah Karma? Bukannya itu malah akan merusak momen berduaan Gakushuu dengan Karma? Yang lebih mengherankan lagi adalah kenapa Ren harus menuruti Gakushuu? Dia tidak dibayar, lalu apa ini? Semacam kerja paksa seperti di zaman penjajahan?
Kembali ke cerita, Sekarang Ren sudah di depan rumah Karma, tapi bukan hanya Ren, ia mengajak sepasang kakek-nenek ke rumah Karma.
Ting Nong
Ren membunyikan bel, tak lama kemudian Gakushuu membukakan pintu.
"Lho? Cuma segini?" tanya Gakushuu.
"Hei, kebanyakan orang sedang merayakan natal, aku juga tidak tahu mau mengajak siapa lagi," jawab Ren.
"Ya sudah ayo masuk." Gakushuu mempersilakan, kemudian mereka berempat pun masuk ke rumah Karma.
"Kalian temannya Karu-chan, ya?" tanya nenek, atau sebut saja Ito Yuki, Karma biasa memanggilnya Yuki Baa-chan.
"Iya, kami temannya. Ano ...?"
"Namaku Ito Yuki, ini suamiku Ito Haruki, biasanya Karu-chan memanggil kami Obaa-chan dan Ojii-chan," kata nenek Yuki menjelaskan.
"Begitu ya? Mm ... Ito Baa-san dan Ito Jii-san tinggal di mana?" tanya Gakushuu.
"Tepat di sebrang rumah ini." Gakushuu hanya ber-oh ria. Tak lama kemudian datang lagi sepasang suami-istri namun lebih muda dari keluarga Ito.
Sementara di lantai dua, Karma terbangun karena mendengar suara berisik yang berasal dari lantai satu.
"Di bawah ada siapa?" kata Karma bingung. Karma baru mau turun dari kasurnya, tapi ia merasa ada yang berbeda. Tadinya tangannya terasa perih, tapi sekarang tidak.
Luka yang tadinya terasa perih karena pemasangan plester yang acak-acakan dan tanpa betadine, sekarang sudah dibalut rapi dan Karma tentu bisa menebak siapa yang melakukan ini padanya. Karma keluar dari kamarnya, menuruni tangga hendak melihat apa yang terjadi di lantai satu.
"Lalu, di mana Karu-chan?"
"Dia di–ah, itu dia sudah bangun," kata Gakushuu yang melihat Karma menuruni tangga.
"Baa-chan, Jii-chan, Aika-san, Minato-san, kenapa kalian ada di sini?" tanya Karma bingung, ia menatap Gakushuu penuh pertanyaan, ia juga menatap Ren, kenapa Ren ada di sini juga? Menunggu jawaban dari semuanya.
"Soal itu, mm ... aku yang mengundang mereka ke sini—"
"Dan lebih tepatnya aku yang memanggil mereka." Ren memotong ucapan Gakushuu.
"Kenapa? Untuk apa?" tanya Karma lagi.
"Apanya yang 'untuk apa'? Tentu saja untuk merayakan ulang tahunmu, Karma. Kau tidak mungkin menghabiskan semua makanan itu sendiri kan?" Terlihat sebagian makanan yang Karma masak sudah Gakushuu sajikan sebagai hidangan tamu. Sopan sekali ya, bertindak semaunya di rumah orang.
Gakushuu menghampiri Karma, kemudian berkata, "Sekarang kau tidak sendirian. Gomen, aku tidak bisa mengundang lebih—"
"Arigatou." Karma memotong ucapan Gakushuu. Ia mengepal erat tangan kirinya dan menutup matanya dengan tangan yang satunya, tidak mau Gakushuu melihat ekspresinya yang terlihat seperti anak kecil yang baru diberi permen.
"Jangan menutup wajahmu begitu, aku ingin melihatnya, Karma." Gakushuu menurunkan tangan Karma sehingga wajahnya terlihat sepenuhnya sekarang. Walaupun tidak seramai dulu —bersama 3-E—dan tanpa kehadiran orangtua, ini sudah lebih baik daripada merayakannya sendirian kan?
Karma merayakan ulang tahunnya dengan cukup meriah dengan sahabat barunya dan tetangga yang seperti keluarganya sendiri. Gakushuu dan Ren menginap di rumah Karma, mereka menghabiskan waktu dengan bermain game, permainan kartu, tebak-tebakan, dan menonton TV bersama. Ah, intinya malam itu sangat menyenangkan.
.
.
.
つづく
Update lebih awal beberapa jam, tapi tetap aja telat:-/
Pibidey Karma muach❤ [25 Des]
Pibidey Shuu ga muach 💔 ehh [1 Jan]
:)
Tadinya Kira mau tambahin link atau apa gitu ah biar kalian bisa denger nada dering hpnya Ren
Kudapet itu dari temen onlen, tapi lupa siapa
Cari di youtube ga ketemu:v
Padahal kalo denger ke bergelombang gitu gimana si jelasinnya:v
"Hekumenangiiii~~s hemembahyangkan bEEtaphA Kee~jam~nya dirimu atas dirikuh~"
Gitu la:v
Gantinya ini deh:)
Oke sekian
Gomen kalo ada typo 🙏🏻
Ja nee~
#03-01-2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top