73. Diwariskan
"Eh!? Ibumu seorang Iblis?" Saat ini kau dan Aoi sedang pergi ke kota untuk berbelanja keperluan logistik.
Baik bahan pakan, serta suplai obat-obatan dan masih banyak lagi, Aoi sendiri memang bertanggung jawab atas logistik kediaman kupu-kupu, dirinya mengaku ingin berguna meskipun sudah mengundurkan diri sebagai pemburu Iblis dan lebih banyak aktif sebagai backup support.
Dirinya yang terbiasa akan logistik kediaman Pillar Serangga, merasa kewalahan dengan bertambahnya empat mulut yang harus di beri makan.
Kau pergi bersama nya ke kota untuk membantu sekaligus memiliki urusan yang tak bisa kau jelaskan secara gamblang.
Berhubung rencananya kau takkan ikut kembali bersama Aoi, dirimu mengajak Tanjiro agar gadis itu tak harus membawa barang belanjaan sendirian.
Beruntung Tanjiro adalah pria yang baik, selagi dirinya senggang, permintaanmu langsung di terimanya tanpa berpikir dua kali.
Saat ini Aoi masih sibuk mencari obat-obatan yang benar-benar spesifik, sementara kalian berdua sudah menunggu di sebuah warung manisan setelah menyelesaikan masalah persediaan pangan.
Bercerita dengan Tanjiro membuatmu merasa tak memiliki pembatas lagi, hingga tanpa kau sadari, dirimu sudah mengatakan rahasia yang harusnya hanya Tuhan, dirimu, Uzui, dan ketiga istrinya yang tahu.
Kalau dipikir-pikir banyak juga yah? Apakah hal seperti ini masih termasuk rahasia? Oh dan Kagaya juga nampaknya sudah tahu tentang hal itu.
Pasalnya tempo lalu, dia sempat menanyakan kabar Ibumu.
"Eh tapi! B-bagaimana bisa, kau- Ibumu-" Tanjiro nampak kelimpungan.
Ia menatap sinar mentari yang saat itu benar-benar sedang berada di puncak kepala kalian, begitu terik menyengat siang hari ini, lalu melihatmu bergantian.
"Apa mereka bisa berkembang biak? M-maksudku Oyakata-sama bilang hanya Kibutsuji Muzan yang bisa menciptakan Iblis lain, aku juga belum pernah mendengar seorang Iblis dapat berkembang biak" tuturnya.
"Sepertinya ada beberapa hal yang harus kuluruskan tentang ini" kau mengambil napas begitu dalam.
Irismu menatap dalam-dalam wajah Tanjiro.
"Pertama, beliau adalah Ibuku, jujur saja aku tidak yakin tanpa tes DNA, tapi kau harus benar-benar melihat bagaimana miripnya kami Tanjiro, benar-benar seperti pinang di belah dua"
"Tes? DNA?"
"Ugh!" Gelengmu.
"Benar juga, saat ini hal semacam itu tidak ada kan? Itu seperti tes akurat menggunakan darah dan bagian tubuh manusia, memastikan apakah kita keturunan dari seseorang"
"Yang begituan betulan ada!?"
"Ada"
Lugu pria itu menatap mu dan segala yang ada di eramu begitu kagum.
"Kalau begitu kenapa hal seperti tes DNA itu diciptakan?" Tanyanya.
"Itu karna ada banyak orang yang-" kau berhenti, kalimatmu serasa tak mau keluar tatkala dia menatap begitu berbinar padamu.
"Ehem! Kembali lagi ke Ibuku" ucapmu mengurungkan niat.
Bagaimana bisa kau menjelaskan bahwa tes DNA di lakukan untuk membuktikan bahwa seseorang betul-betul darah daging mereka, dan hal itu terjadi karna perselingkuhan pada wajah yang betul-betul lugu itu?
"Intinya aku dari masa depan dan beliau entah sejak kapan sudah berada di masa ini, dia tidak menua, hal itu membuat ku yakin kalau dia memiliki hubungan darah denganku"
"Yah bisa jadi dia itu reinkarnasi ku dimasa lalu? Mungkin sebelum lahir di masa depan aku pernah hidup di sini?, mungkin saja dia nenek buyut ku? Siapa yang tahu" engkau tertawa, lagipula masih begitu sulit untuk percaya.
Bak seorang anak yang plin-plan, masih teringat begitu jelas betapa memaksanya kau saat itu agar dia mengakuimu sebagai seorang anak. Anak yang dirinya telantarkan di panti asuhan tanpa sejejak pun petunjuk akan kedua orang tuanya.
"Apa beliau..."
"Dia tidak memangsa manusia" tukasmu cepat, mendengar kalimat yang ragu datang dari pertanyaan Tanjiro.
"Ibu sepertinya membeli pasokan darah, pekerjaannya sebagai Oiran menghasilkan banyak uang kau tau? Dia tak pernah ingin dibeli oleh pejabat atau orang ecek-ecek, dan lebih memilih menjadi Oiran agar terus menghasilkan uang untuk mencukupi hidupnya, serta menyembunyikan identitasnya" bahumu turun, nampaknya bernafas tak kuasa lagi.
"Ibu bilang sebelumnya dia juga mengkonsumsi darah dari beberapa hewan, rasanya tidak enak tapi cukup mengenyangkan, meskipun beliau masih bisa mengkonsumsi makanan manusia juga sih meski itu tidak mengenyangkan" tambahmu.
"Oni bisa mengkonsumsi makanan manusia!?" Seru Tanjiro begitu terkejut.
"Yah, bisa-bisa saja, tapi aku tidak bertanya pada Ibu, apakah dia juga diubah menjadi Iblis oleh Muzan, Ibuku bilang sih garis keturunan keluarga kami khususnya anak perempuan mereka punya potensi memiliki darah Oni jadi-"
"Jadi Ibumu itu berbeda dengan Oni yang diciptakan Muzan yah? Syukurlah"
"Setelah ini aku akan bertemu dengan Ibuku, untuk menggali lebih banyak informasi! Tentang bagaimana dia bisa menjadi Oni! Jika-jika nanti di pertarungan ini kita tidak berhasil menemukan obatnya untuk Nezuko, setidak nya ia bisa hidup berbaur dengan manusia tanpa memangsa mereka"
"(Name)-san!" Tanjiro tiba-tiba menggenggam tanganmu, yang sedari tadi diam damai terlipat di atas pangkuanmu.
"Hm?" Balasmu.
"Terimakasih banyak!" Ucapnya bersungguh-sungguh.
"Sama-sama" balasmu tulus.
"Ngomong-ngomong dimana Ibumu saat ini? Apa dia masih ada di distrik bunga? Kalau bisa aku mau ikut denganmu" pintanya.
"Dia sudah tidak ada di sana, Ibu juga pada akhirnya tidak bisa terus menerus berada disana ketika persoalan tentang Oni ini sudah merebak di distrik bunga"
Itu benar, teka-teki tentang awet mudanya Oiran tersohor Warabihime, yang juga adalah Iblis bulan atas urutan ke enam membuat wanita yang kau percayai sebagai Ibu kandungmu di masa depan itu harus segera mengakhiri karirnya sebagai Oiran disana.
Demi menghindari kepergian yang tiba-tiba, pada akhirnya dia merelakan dirinya di beli oleh seseorang yang kaya raya agar bisa pergi dari distrik bunga, dan berdalih bahwa dirinya tidak bisa singgah di distrik bunga lagi, mengingat betapa bahayanya insiden waktu itu.
"Menghindari kecurigaan orang-orang kepada Ibu, akan berbahaya jika mereka menyeret Ibuku di bawah sinar matahari, meskipun belum bisa memastikan kalau dia seratus persen adalah Ibuku, aku bisa saja tidak akan pernah dilahirkan dan menghilang jika Ibuku tiada" tawamu.
"Begitu yah..." Alis Tanjiro turun, wajahnya begitu bersimpati dengannya.
"Tapi dia kini ada di tempat yang aman! Seperti yang ku katakan sebelumnya, Ibu di beli oleh penguasa wilayah dari pulau seberang, jadi saat ini di pasti baik-baik saja bahkan hidup berkecukupan, hanya saja kuharap dia tidak mengandung ku di era ini, kalau tidak aku akan bernar-benar tidak akan kembali ke masa depan" kau menarik napas berat.
"Yahh... kalau hal buruk terjadi aku akan lari dengan uang tabunganku selama bekerja di Kisatsutai dan membeli banyak tanah sebelum harganya naik, beruntung menjadi bagian dari Kisatsutai menghasilkan cukup banyak uang, yang setara dengan gaji PNS" sambungmu pasrah.
"Yah kuharap Ibuku baikk-baik saja, kudengar ia dibeli memang untuk di nikahi, tapi pada dasarnya penguasa itu sudah memiliki istri sah, jadi ibuku akan menjadi selir, aku cukup khawatir dengan kehidupannya nanti"
Gadis sekecil itu bergelut dengan kebutuhan hidup yang Absurd.
"Kenapa kau tidak meminta bantuan Oyakata-sama saja? Kalau (Name)-san yang meminta aku yakin beliau akan-"
"Aku tidak bisa!" Spontan kau menatap wajah Tanjiro.
Sikap naifnya itu, benar-benar merepotkan, apa ia bersungguh-sungguh mengatakan hal itu?
"Aku juga ingin mengawasinya dari dekat! Tapi keberadaan Ibuku pada sekumpulan pembasmi Iblis? Yang benar saja, kau lihat Hashira berambut putih gila itu? Apa kau melihat obsesinya pada Iblis? "
Tanjiro melirik, dimana tangannya masih berada di atas tanganmu, dia merasakannya dengan jelas, tanganmu gemetaran.
"Kalau begitu, Ibu mu dalam bahaya, Kudengar dia seorang Iblis kan? nyawanya bisa dalam bahaya jika tinggal sebagai selir orang terpandang, jika sekali saja di temukan kejanggalan pada Ibumu, dia akan dituduh dan di celakai" Aoi datang, menimpali kalian berdua yang tengah larut dalam pikiran kalian masing-masing.
"Aoi!?"
"A! A-aoi-san!"
Tanjiro melepas tangannya dari tangan mu.
"Ibumu dalam bahaya kalau begitu" sambung Aoi lagi, duduk di kursi lain di sampingmu, berhadapan dengan Tanjiro.
"Begitu yah..." suara mu berubah menjadi parau.
"Kalau begitu, kirim saja surat kepada beliau untuk melarikan diri (Name)-san!" yakin Tanjiro.
"LALU DIA TINGGAL DIMANA HAHH!" omel mu.
"Sebagai gantinya, aku bisa mengenalkan dia dengan seorang kenalan ku yang juga seorang Iblis, mereka ahli dalam bersembunyi, jika Ibumu tinggal disana beliau pasti aman!" tawar Tanjiro.
"Begitu yah..."
Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top