68. Kunjungan ke Neraka
Jalan yang di lewati beliau selalu sebuah jalan lurus yang sepi, beliau tidak benar-benar mencintai atau merasa di cintai.
Baik oleh mereka yang sederajat, maupun mereka yang mengecup kaki beliau.
Dia, hanya berjalan lurus tanpa alas kaki, tidak berhenti bahkan ketika kupanggil Asmanya.
Dia dicintai tapi merasa seluruh hidupnya kosong.
Melihatnya yang berjalan tanpa pernah menengok ke belakang membuatku merasa seperti aku sedang bercermin.
Melihat diriku sendiri yang begitu cepat membenci dunia dan seisinya.
Yang menolak mencintaiku.
"Kasihan sekali" pikirku, apa seumur hidup dia akan berjalan sendirian?
Aku memutar kedua kaki ku yang tak mengenakan alas kaki itu.
Dibelakang sana ku tampak i sebuah siluet yang semakin kutapaki jalan berlawanan ini, semakin banyak siluet yang menunggu ku di ujung sana.
"Aku akan menapaki jalan yang ini" ucapku
"Selamat tinggal"
.
.
"Jadi maksudmu kau ingin menemui ratu Yomi? Izanami?" Koreksi Himejima.
"Iya, dia dewa tertua, beliau adalah ibu Amaterasu-sama dan adik-adiknya,beliau juga leluhur para dewa-dewi, meskipun saat ini berstatus agak berbeda dengan kami, setidaknya beliau pasti punya banyak informasi"
"Apa kau yakin dengan rencana ini?"
"Aku sama sekali tidak yakin" jawabmu cepat.
"Namun pilihan apalagi yang kumiliki? Terlebih saat Tsubaki pertama yang kutemui bernama Sora mengatakan bahwa mereka memiliki biji dari Yomi yang digunakan untuk mengutuk dan membawa malapetaka bagi orang lain, aku merasa ketakutan"
"Kenapa kau merasa ketakutan?" Tanya Shinobu.
"Yomi adalah daerah kekuasaan Izanami, sejauh yang diketahui dari pecahan ingatan Amaterasu-sama, beliau tidak pernah mengunjungi Ibunya sejak dia dan saudara-saudarinya dilahirkan, dia di besarkan oleh Izanagi-sama dan dilanjutkan oleh para Shinkinya, bahkan suami beliau Izanagi-sama pun enggan kembali lagi ke Yomi"
"Mengetahui bahwa lawan kita memiliki biji yang dibawa dari Yomi, aku tidak bisa membayangkan nya bagaimana dia keluar hidup-hidup dari sana"
"Lebih menakutkan lagi jika Izanami ternyata adalah dalang di balik ini semua, kita tidak akan memiliki kesempatan untuk menang" ucapmu.
"Apa Izanami-sama itu kuat?" tanya Muichirou.
"Dia tidak terkalahkan di wilayahnya"
Dari informasi mu itu, tidak ada yang mengangkat tangannya untuk berpartisipasi.
"Lantas bagaimana kau akan membawa kami pergi kesana?" Tanya Shinobu.
"Apa kau akan menggunakan obat itu? Itu masih dalam uji coba, terlalu riskan, kau sendiri tau akan hal itu.
"Aku tidak akan menjadikan siapapun menjadi Shinkiku, ketika jiwa kalian lepas dari tubuh kalian aku memang bisa mengikat kontrak namun kalian akan melupakan semuanya, itu tidak ada artinya bukan? Lagipula membawa Shinki ke area kekuasaan Izanami? Kurasa itu bukan keputusan yang baik"
"Apakah kita akan mati?" Tanya Kanroji.
Kau menurunkan bahu mu, menghela nafas tak kuasa.
"Tidak akan ada yang mati, metode yang akan kugunakam untuk membawa kalian ke Yomi yang pasti aku harus mengeluarkan jiwa kalian terlebih dahulu, caranya dengan menularkan sengatan ini, rasanya sakit sekali tapi hanya dengan itu aku bisa menarik jiwa kalian"
"Teman guru ku adalah seorang Dewi kesialan, dia mampu membuka lubang Yomi, jadi kita bisa menyelinap kedalamnya tanpa di ketahui para Ayakashi " kau menarik pita putih mu, membuat rambutmu turun perlahan.
"Pita ini, jika diikatkan ke lenganku, bisa digunakan sebagai perantara untuk menjaga kalian tetap berada di sisiku"
"Meskipun begitu aku tetap saja tidak bisa menjamin bahwa ini akan jadi kunjungan yang mudah, sejarah mengatakan Izanami berubah setelah jatuh ke Yomi, tidak bahkan belahan jiwanya dapat melihat dirinya yang seperti itu, sekali jiwa kalian terjebak disana semuanya akan berakhir" ujarmu sedih.
"Saya akan pergi bersama Anda" Gyoumei mengajukan diri.
"Kita butuh lebih banyak kekuatan untuk hal terburuk yang bisa terjadi disana" sambungnya lagi.
"Ada benarnya juga" Himejima maju menggelung kerah lengannya, mempersiapkan diri sebelum menjabat tanganmu.
"Selagi aku dan Himejima-san pergi seseorang harus mengawasi sengatan yang Himejima-san terima, dan memastikan pita itu terus terikat" pintamu.
"Mohon kerjasamanya, Himejima-san " kau mengangkat tanganmu, berniat menyentuh kulit Himejima Gyoumei. Melihat badan sebesar itu, daya tahan tubuhnya pasti bagus, butuh beberapa waktu sampai sengatannya menyebar.
GRABBB!!!
"TANJIRO-KUN!"
Tanganmu digenggam erat, tak bisa kau lepaskan pria itu tidak ingin kau melepaskannya sampai dirinya benar benar merasa tersengat.
"(Name)-san, aku akan pergi denganmu" ucapnya.
"Tapi kenapa? Apa kau tahu betapa bahayanya pergi ke Yomi! Bagaimana dengan Nezuko-chan?" Marahmu.
"Aku akan meninggalkan Nezuko disini" kukuh ucapannya menembus hatimu.
Seperti biasa Tanjiro akan tersenyum begitu lugu, begitu tulus, memberikan kenyamanan yang begitu asing untukmu.
"Kenapa kau melakukan ini" tanyamu putus asa.
"Aku tidak bisa melihatmu menanggung ini semua sendirian lagi" Manik itu berkata jujur.
"Biarkan aku memikulnya bersamamu, sejak Rengoku-san tiada, anda seperti kehilangan semuanya, seperti kehilangan harapan untuk singgah, seperti menyerah pada keadaan, hanya mengikuti arus kemana takdir membawa anda pergi"
"Saya tidak akan ragu pada anda, jika (Name)-san adalah Amaterasu-sama saya akan percaya pada anda, tapi saya tidak akan menaruh harapan yang memberatkan anda, dan saya tidak akan membiarkan anda memikul harapan itu sendirian "
"Anda bisa menggunakan punggung saya untuk beristirahat "
Tangan dan kaki yang kini kau gunakan untuk berpijak itu bergetar hebat, kau menghamburkan diri pada Tanjiro.
Dan kalian berdua ambruk tak sadarkan diri bersama.
.
.
"Apa anda tidak merasa lelah"
Kalimat itu bergeming di kepala ku.
Aku menghentikan tanganku yang sibuk menulis, menatap seorang pendekar pedang yang sibuk membersihkan bilah katananya.
Hanya punggung besar itu yang dapat ku nampak dari tempatku duduk.
"..."
Aku tak bisa membalas ucapannya, lelah? Apa itu lelah? Apa aku benar-benar mengerti arti lelah?
"Anda melakukan semuanya sendirian, menahannya sendirian,merasakan nya sendirian, apa anda tidak merasa kelelahan"
Aku melihat kedua tanganku, yang masing masing dari jarinya seperti berdenyut tak nyaman.
"Dahulu aku punya banyak Shinki" ucapku.
"..."
Keheningan menjadi teman kami saat dirinya nampak tak menjawab ku lagi.
Pria itu menyarungkan pedangnya, dirinya berdiri menghampiri ku, lalu aku dapat mendengar suara meja kayu yang diangkat dan disingkirkan dari hadapan ku.
"Mau dibawa kemana? Aku belum selesai -" kepalaku mendongak, menatap nya pergi membawa tumpukan pekerjaanku.
Tangannya memijit puncak jariku, hangat menyerbu permukaan kulitku.
Rasa nyaman itu memanjakanku, mataku terpejam sebentar.
"Aku akan membuat teh"
Kupeluk erat punggungnya yang hendak beranjak.
"Aku tidak mau teh"
"Manisan?"
"Tidak mau"
"Apa kau mau daging sapi pedas yang diawetkan?"
"Tidak"
Ku hirup aroma pepohonan Cendana dan buah kenari yang tertinggal di hakama merah miliknya
"Aku tidak mau Takamagahara dan seisinya, aku tidak membutuhkan lautan, maupun daratan, aku tidak mau intan dan permata yang ada di perut bumi, makanan yang enak, atau mimpi yang indah"
"Semua yang ku inginkan, semuanya bisa ku dapatkan dalam sebuah pelukan, dan aku sedang melakukannya"
"Aku memeluk surga dan dunia ku, mimpi indahku"
"Yoriichi"
Punggung besar itu milikku, aku bersandar dan lari dari lelah di punggung itu.
"Aku punya dirimu"
.
.
"A-apa mereka baik-baik saja?" Tanya Mitsuri, memperhatikan tubuh telanjang bulat Kamado Tanjiro yang hanya di tutupi oleh selembar selimut putih.
"Pastikan kau membasuh tanganmu dengan air kuil setelah membasuh tubuh Kamado Tanjiro" perintah Shinobu.
Sebagai kepala kediaman kupu-kupu, ia sudah bersiap-siap, dirinya kini memakai perlengkapan hazmat sarung tangan dan masih banyak lagi untuk melindungi diri dari sengatan yang berusaha menelan Tanjiro.
Seperti permintaan mu, mereka harus benar-benar memperhatikan sengatan yang kau berikan pada Tanjiro, agar tubuhnya tidak terkontaminasi lebih dari 20% sengatan itu.
Ini dilakukan agar jiwanya yang sedang berada bersama mu di dalam Yomi tidak terbebani, merendahkan resiko dibahayakannya nyawa Tanjiro.
"Muichirou-kun dan Obanai-kun sedang pergi untuk mengambil jasad (Name) bersama para Kakushi untuk membersihkan tkp, kita harus melakukan apapun agar nak Kamado bisa bertahan hidup"
"Aku hanya mengkhawatirkan mereka berdua, apa kau percaya itu Shinobu-san? Mereka benar benar pergi ke neraka"
"Mereka akan baik-baik saja" Shinobu menyeka kembali bekas sengatan yang mulai merambat kemana-mana.
"Jangan khawatir, (Name) bersamanya, dia Amaterasu-sama yang baru, dia pasti akan melindungi Kamado-kun, lagipula kita kenal (Name) bukan? Ia adalah orang yang selalu akan mengulurkan tangannya untuk setiap orang yang membutuhkan pertolongan"
"Aku yakin bahkan di Neraka pun (Name) akan menggenggam erat tangan Tanjiro-kun "
.
.
.
"Apa kau baik-baik saja Tanjiro-kun?" Tanyamu menoleh, melihat kondisi pria yang kini tangannya kau genggam begitu erat itu.
Perjalanan ke Yomi seperti perjalanan menyusuri gua tak tersentuh, tak ada yang tahu bagaimana rute nya, atau apa yang menunggu kalian didepan sana.
Mau mendahului tapi tetap tak bisa berjalan jauh didepan Tanjiro, kedua tangan kalian terikat oleh sebuah pita putih, kau saat ini harus berhati-hati, karna dirimu lah yang menyokong kehidupan Jiwa Tanjiro.
"Disini sangat lembab, dan sesak sekali, aku cukup kesulitan bernapas tapi masih baik-baik saja" sesuai dengan permintaan mu.
Ia berkata jujur, supaya kau bisa mengambil tindakan jika terjadi sesuatu diluar prediksi mu.
"Apa kau masih bisa berjalan? Disana kubangan air, kurasa kita bisa beristirahat disana"
Kau menggenggam tangannya, menguatkan bocah itu lalu menarik nya menaiki bebatuan.
"Itu-" Tanjiro mendongak, melihat seekor monster yang merayap diatasnya, dekat bebatuan runcing gua.
"Jangan dilihat!" Kau langsung menutup kedua matanya dengan telapak tanganmu, dan menuntunnya mengikuti mu.
"Yang tadi itu -"
"Apa kau baru pertama kali melihat Ayashiki? Sebagai seorang jiwa keberadaan mereka itu sangat menarik perhatian sih " Tanyamu tertawa kecil, sembari menyibukkan diri membasuh lengan dan wajahmu menggunakan air jernih dari kubangan air.
"Jadi itu Ayashiki?"
"Mereka ada di sekitar kita, di dunia nyata, mereka membisikkan hal hal buruk pada manusia dan memperbesar eksistensi mereka dengan hal negatif itu"
Manik Tanjiro melirik kesana kemari.
"Apa di dunia kita Ayashiki ada sebanyak ini?" Ia mengangkat jarinya tanpa membuat kontak mata, dari sudut pandangannya dan indra perasanya yang cukup terlatih dirinya melihat seekor Ayashiki seukuran kumbang di dekat tangannya.
"Mereka ada dimana-mana, tapi aku mengerti maksudmu, disini ada banyak sekali 100 kali lipat lebih banyak daripada Ayashiki di sebuah daerah di dunia nyata"
"Ini sarang mereka, Yomi adalah tempat mereka disegel, tapi juga tempat mereka terlahir kembali, ini adalah titik nol"
"Meskipun begitu disini mereka tidak bisa makan, energi negatif yang dihasilkan manusia yang terpengaruhi Ayashiki adalah sumber energi untuk mereka, sementara jiwa-jiwa yang berkeliaran di dunia nyata adalah makanan yang lezat untuk mereka, seperti kau saat ini, jadi apapun yang terjadi jangan membuat kontak mata dengan mereka"
"Begitu yah" Tanjiro kali ini akan lebih berhati-hati, terus ditanamkan di dalam hatinya bahwa misi kali ini tidak untuk membasmi siapapun.
Melainkan menyusup, selamat sampai bertemu dengan ratu Yomi, Izanami.
Tanjiro meraup sejumlah air dengan tangannya yang menadah, meskipun seorang Jiwa tanpa tubuh manusia, dirinya masih merasa kehausan, terlebih udara didalam disini panas dan lembab.
"Tanjiro-kun tunggu!" Tanganmu sigap menutup mulut dan hidung Tanjiro.
"Kau tidak boleh minum air ini" ucapmu.
"Hahu hehapa?" Mulutnya bergerak dibalik tanganmu, tapi kau tak bisa mendengar jelas apa yang ia bicarakan.
"Jika kau mengkonsumi apapun yang ada di Yomi, kau tidak akan pernah kembali ke dunia sana dan hal itu adalah mutlak" ungkapmu.
Buru-buru dia membuang air yang ada di tadah tangannya itu, sambil mencipratkannya sampai bersih.
"Y-yang tadi itu bahaya sekali! Aku hampir saja tidak bisa bertemu Nezuko kembali" ujarnya lemas.
"Kau tidak boleh mengkonsumsinya, tapi kau bisa membasuh badanmu dengan air ini seperti ini" kau menadahi air itu dan menempelkannya ke wajah Tanjiro.
Pelan-pelan, kau ingin air itu mencapai seluruh permukaan wajah Tanjiro.
"Apa aku boleh menyentuh ini? Apa luka ini sakit? Kelihatannya lebih besar dari pertama kali kita bertemu" kau memperhatikan dengan seksama.
"Sentuh saja! Tidak sakit kok" dia sudah menuntun tanganmu yang ragu-ragu untuk langsung menyentuh noda merah di dahinya.
"Kau baik-baik saja? " Kau memastikannya sekali lagi.
"Aku sehat walafiat!!" Ucapnya penuh semangat.
"Lagipula ini adalah tanda yang diberkati oleh (Name)-san!" Imbuhnya.
"Aku? Aku sama sekali tidak-"
"Ngomong-ngomong! Tanganmu dingin sekali yah (Name)-san! Seluruh wajahku jadi ikut sejuk karna kau menyentuhnya" Potongnya.
Berada di sisi Tanjiro menyenangkan, kau memperhatikan dengan seksama anak itu tengah bercerita dengan antusias, membuat kunjungan ke Neraka ini terasa seperti piknik di taman.
Gugup dan pikiran mu yang kalut rasanya terkikis sedikit demi sedikit, tanganmu yang kedinginan adalah bukti bahwa kau berkeringat begitu banyak.
"Ngomong-ngomong air ini bau sekali yah (Name)-san! Padahal bentuknya bersih dan jernih" Tanjiro menutup hidungnya sembari mengibas tangannya di depan wajah.
"Hahahaha! " Ekspresi wajah yang mengkerut itu membuat mu tertawa lepas.
"Kau akhirnya tertawa" ungkap nya, menatap mu lembut.
"Huh?"
"Aku mencium rasa cemas dari dirimu yang sangat pekat, kurasa bahkan (Name)-san juga bisa ketakutan" Tanjiro tersenyum
"K-kita sebaiknya segera bergegas" kau menutupi wajah mu yang rasanya makin memanas itu dan berdiri.
"Disini! Aku bisa merasakannya-" kau menunjuk salah satu belokan diantara 2 cabang pintu masuk gua yang lainnya.
"Tanjiro-kun? Apa kau baik-baik saja? Kau berkeringat sangat banyak" kau menghapus keringat di pelipis Tanjiro dengan rasa khawatir, jika Shinobu dan yang lainnya melalaikan tubuh Tanjiro.
"Ah! Aku baik-baik saja, nampaknya aku hanya dehidrasi, sebaiknya kita cepat menyelesaikan ini dan segera kembali" ucapnya spontan.
.
.
.
Tanjiro PoV
Baunya menyengat! Menyengat sekali! Sejak aku memasuki tempat ini ada banyak bau busuk yang berkeliaran kesana kemari.
Kurasa itu memang bau dari para Ayakashi yang (Name)-san jelaskan, mereka memiliki macam-macam bau tapi semuanya tidak ada yang sedap.
Namun yang mengganjal ku adalah ada satu bau, yang memang samar, tapi semakin dalam kami mengeksplorasi gua ini semakin menyengat pula baunya kudapati.
"Aku bisa merasakannya! Dia ada disini-" suara (Name)-san mengagetkanku, aku yang sedari tadi berjaga-jaga dengan bau yang janggal ini.
(Name)-san menyeka wajahku, ia nampak begitu khawatir padaku. Aku ingin menyembunyikan nya! Ketakutan ku yang terus kupendam ini, bersyukur (Name)-san tidak memperhatikan ujung jariku yang terus gemetaran tanpa tau penyebabnya ini.
Seluruh dari diriku seolah memberikan kode, agar aku segera menjauh, tapi jika terbesit pemikiran itu, aku akan menatap lekat punggung (Name)-san.
Harus ku lindungi, harus kulindungi apapun yang terjadi, janji yang kubuat dengan Rengoku-san itu.
(Name)-san akan menghilang, jika aku lengah sedikit saja, dia tidak akan menunggu siapapun karna mungkin dia takut kehilangan jika dirinya melakukannya.
Aku ingin mengatakan padanya! Aku ingin berjanji bahwa aku tidak akan semudah itu menghilang, aku akan berada di sisinya.
Namun hal seperti itu, jujur saja menakutkan.
Yang menyakiti (Name)-san mungkin bukan tentang jika seseorang tiada, namun tentang janji yang mereka buat dengan (Name)-san.
"Kalian berdua sudah datang?"
Aku mendongak, terkejut dari pikiran kalut ku, suara itu! Aku tidak mungkin salah dengan suara itu.
"N-NEZUKO!" pekikku, mendapati adik kandungku, sekaligus satu-satunya keluargaku yang tersisa.
Dia duduk dengan setelan kimono megah nan mewah bewarna keunguan, Hakamanya berwarna hitam, bercorak kelopak bunga Higanbana dan lipan.
Tubuhnya memang agak besar, seperti Nezuko yang berubah di insiden distrik bunga kapan lalu.
Mataku kembali meniti, matanya memiliki pupil bulat yang anggun, bibirnya bewarna merah darah namun tidak ada taring di gigi-giginya.
"Nezuko, apa yang kau lakukan disini? Kau menjadi begitu besar, kemana taring dan pupil Oni itu, apa kau sudah sembuh?" Ini benar-benar seperti mimpi.
Dia benar adik kandungku, adik ku sudah sembuh, dia-
Aku tak dapat menahan sesak di tenggorokanku, rasa senang yang membuncah dari Lubuk hatiku.
Dia Nezuko ku.
"Nezuko..."
"Kyoujuro"
Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top