66. Pengkhianat Umat Manusia

"Nama saya Tomo, Okazaki Tomo, Oyakata-sama" seorang Kakushi yang wajahnya masih tertutup itu memberi sujud penghormatan.

Diantara para petinggi dan Tanjiro, pria itu nampak begitu kecil.

"Saya adalah kawan dari Usui Haruto dan Tamoto Nagi-"

"Ah, anak yang tak lama ini tiada dari misi di pegunungan Fuji itu yah dan satunya lagi adalah mantan Kisatsutai yang begitu berbakat" sebut Kagaya.

Pelupuk mata Tomo di penuhi genangan air matanya sendiri. Tuannya tidak melupakan teman-temannya.

"Benar! Anda sangat benar, saya minta maaf karena harus menghianati anda, saya-

"Cepat katakan apa yang kau ketahui" Sanemi mengetuk pedangnya kuat ke lantai kayu, di tangannya berbekas darah dari Bogeman mentah yang dia daratkan pada Tomo, sebelum membawa paksa pria itu kemari.

"Sanemi, tenangkan dirimu" titah Kagaya.

"Ini terjadi sejak Haruto telah di konfirmasi tiada, Nagi bersikap aneh, dia tidak menjalankan tugas Kakushinya dengan benar, bahkan ketika dalam penyembuhan-"

"Kalian bertiga terjebak di gunung itu bukan?"

"Benar! Sejak regu Haruto mengirimkan panggilan lewat Kasugarai kami datang di siang hari untuk mengevakuasi mereka, hari itu gunung Fuji memang cukup dingin, namun cuacanya bisa saya jamin cukup terang" Nagi masih menunduk, ia seperti kembali ke 12 hari yang lalu dimana hidupnya ada di ujung tanduk.

"Namun ketika kami sedang melakukan proses evakuasi, tiba tiba saja badai salju datang, badai itu datang benar-benar jauh dari kata natural, saya berasal dari Hokkaido, jadi saya tau kalau badai tidak datang seperti itu" Tomo mengklarifikasi.

"Kami mendapati bunga ini muncul dari permukaan gunung yang harusnya mustahil ditumbuhi tanaman" Tomo merogoh sakunya, dia memberikan sebuah tanaman dengan bunga putih kecil merekah menunduk kebawah.


"Bunga itu masih segar, bahkan setelah 12 hari setelah kematian Haruto, saya bersumpah membawanya dari gunung itu"


Seluruh Hashira yang hadir disana tercengang, mendapati sebuah keberadaan Oni dalam setangkai bunga mungil itu.


"Ada bau iblis yang menempel disana Oyakata-sama" ucap Tanjiro mengkonfirmasi.


"Lalu seorang Iblis muncul, dengan seorang wanita mengenakan pakaian serba putih, rambutnya putih, bulu mata, alisnya semuanya putih kecuali maniknya yang sekelam bebatuan obsidian"

"Tanpa kami sadari seluruh Kakushi yang totalnya ada delapan orang, telah tiada, bersama seluruh anggota regu Haruto yang tak sadarkan diri, mereka semua meninggal dam keadaan di penggal"


"Badai mengelabui pandangan kami, tidak seperti aku , Haruto dan Nagi adalah dua orang yang berpengalaman menjadi Kisatsutai, mereka merasakan kehadiran Iblis itu dan bertarung bahu-membahu melawannya"


"Haruto adalah kapten regu, aku tidak bisa membayangkan dia kalah dalam pertarungan itu, Nagi mungkin tidak seterampil dirinya, tapi jika keduanya bekerja sama, kekuatan mereka setidaknya setara para bulan bawah" ucap Kagaya.

"Mereka tidak kalah! Mereka berdua memenangkan pertarungan itu, Nagi memang terluka cukup parah tapi Haruto memberikan serangan terakhir yang menghabisi iblisnya" aku Tomo.


"Pada akhirnya gagak-gagak kami pun dihabisi, tinggal kami bertiga dan Nagi yang sekarat, kami menuruni kaki gunung dan bergegas pergi sebelum sore"


"T-tapi, dia datang-"


"G-gadis itu" Tomo mencengkram kepalanya sendiri, sekujur tubuhnya bergetar ketakutan.


"Dia mengeluarkan hawa yang aneh, seperti bukan Oni tapi bukan juga manusia"


Amane nampak bergerak gusar, ia sepertinya tau siapa yang dimaksud oleh Tomo, sebagai satu-satunya yang pernah mengalami perasaan resah, dan tak nyaman seperti itu.


"Haruto bertarung habis-habisan dengannya, namun dirinya bahkan tak bergeming, tidak juga tergores sedikit pun, mengetahui pertarungan ini tak bisa kami menangkan, Haruto dan aku melarikan diri, kami membawa Nagi bersama kami dan bersembunyi"


"Hingga malam datang pun, kami masih bersembunyi, namun Nagi nampak menunjukkan ciri-ciri hipotermia, Haruto akhirnya mengambil keputusan untuk melewati sungai, kami berencana bergerak mengikuti sungai sampai turun dan menemukan rumah Wisteria "


"Setengah mati kami melewati sungai itu, sesampainya di rumah Wisteria, pemiliknya ternyata telah dibunuh, oleh wanita itu dan dia telah menunggu kami sedari tadi, apakah kalian percaya itu! Dia bukan seorang Oni"


"Dia bilang sejauh apapun kami pergi atau sedalam apapun kami bersembunyi selamanitu masih di tanah gunung Fuji, dia bisa mencium bau seorang Dewa dari diri kami, sebenarnya apa itu bau Dewa? apa itu masuk akal!? Bahkan Iblis saja tidak bisa melakukannya! Omong kosong seperti itu, Oyakata-sama! sebenarnya apa yang tengah kami hadapi ini!?" putus asa Tomo menatap tepat ke manik tak bewarna milik Kagaya, sembari menangis ketakutan.

"Tenang dan jelaskan lebih lanjut lagi Tomo-kun" pinta Kagaya.


"Dia-"


"Dia bilang bau kami seperti pelayan Dewa atau sejenisnya, tapi dia menuduh Haruto sebagai kekasih dewa, karna bau nya begitu menyengat dari Haruto, dia juga bilang, dia merasakan kekuatan dewa dari Haruto"


"Karna itulah Haruto memaksa kami pergi, bocah tolol itu bilang dengan keren, kalau dia akan memenangkan pertarungan ini, karna dia membawa jimat dari (Name)-kami-sama" Tomo menangis.


"Jimat seperti apa itu? Kuil kami tidak menjual jimat dalam bentuk apapun" balas Kagaya.


" Itu jimat yang Miko kuil itu berikan kepada kami bertiga, tapi waktu itu aku tidak membawanya, karna aku tidak sepenuhnya percaya pada Dewa"


"Bagaimana dengan Nagi-kun? Apakah dia membawanya?" Tomo menggeleng.


"Karna jimat itu diberikan Miko-san saat Nagi dan dirinya bersiteru, Nagi menyebutnya Miko gadungan dan sesat, lalu membuangnya di hutan dekat kuil"


"Haruto memaksa kami pergi, namun sebelum itu aku melihat lehernya seperti tersebar sebuah tanda" sontak seluruh perhatian terpusat pada Tomo.


"Haruto menjadi semakin kuat saat itu, aku melihat kebelakang sambil membopong Nagi, dia benar benar seperti orang lain, tidak seperti Nagi, aku memang tidak besar bersama Haruto, kami memulai pertemanan kami di markas ini, akan tetapi aku tidak pernah melihat Haruto sehebat itu, dia seolah-olah seperti-" Tomo mengakhiri kalimatnya, ketakutan untuk bicara lebih jauh.


"Katakan " satu kalimat intimidasi dari Sanemi membuatnya menciut.


"Seperti para Hashira "


"Oyakata-sama" Sanemi membuka suaranya.


"Usui Haruto memang pribadi yang berpotensi menjadi Hashira" beliau memvalidasi.


"Namun itu terlalu cepat sepuluh tahun untuknya berada di posisi kalian, sepuluh tahun lagi jika dirinya masih hidup dan giat berlatih, mungkin Haruto akan berada satu tingkat diatas Shinobu yang saat ini"


"Jadi semuanya sudah jelas, Oyakata-sama telah memvalidasi nya, tanda itu benar mendorong kekuatan kita" Gyoumei menimpali.


"Anu! Oyakata-sama! Bukan maksud saya memotong ucapan anda, disini saya ingin meminta izin untuk mencari (Name)-san!"


"Apa itu menjadi urusanmu? Bocah" timpal Iguro tak suka.


"Diam atau kuhabisi kau" sumpah Sanemi bersikap agresif.


"Maafkan saya jika saya lancang mengatakan ini" Tanjiro mengambil dalam-dalam udara, hingga dadanya membusung besar.


"ADA ATAU TIDAKNYA IZIN DARI OYAKATA-SAMA, SAYA AKAN TETAP BERANGKAT MENCARI (NAME)-SAN!" Teriaknya, dengan wajah sombong.


"Bocah kurang ajar!" Sanemi sudah menghunus pedangnya, Giyuu senantiasa telah berada di depan Tanjiro.


"Saya sudah berjanji pada mendiang Rengoku-san! Saya bahkan berjanji pada (Name)-san untuk tidak akan membiarkannya merasa asing di era ini, beliau sudah melindungi adik saya! Saya harus menepati janji-janji itu atau saya akan menjadi pria pecundang"

"Persetan dengan janjimu! Itu tidak ada hubungannya dengan kami" olok Sanemi.


"Oyakata-sama! (Name)-san bilang dia merasa asing dengan dunia ini! Dengan tempat ini, dia merasa tidak benar-benar dibutuhkan di tempat ini, berada disini dan melihat kalian semua aku jadi mengerti, jadi seperti ini rasanya" Tanjiro menggenggam dadanya.


Dirinya merasa iba akan dirimu yang di kerumuni orang orang ini.


"Alasan bahwa dia tidak segera memutuskan pilihannya itu mungkin karna (Name)-san merasa ragu, ragu kepada kalian semua"


"Katakan Oyakata-sama! Apakah anda, dan Hashira lainnya akan membuang (Name)-san jika tugasnya sudah selesai? Atau bagaimana jika dia kelak menjadi dewa yang cacat? Apakah kalian semua yang berada disini benar-benar menginginkan keberadaannya? Sebagai (Full Name) atau sebagai Amaterasu-sama?, apakah anda bisa memberikan garansi jika anda menjadi (Name)-san, anda tidak akan ragu?" Menggebu-gebu Tanjiro menyampaikannya, semua yang kau pendam seorang diri.

Dia memperhatikan semua yang ada dirimu, bahkan tentang kesendirian mu.


"Tuanku" Amane berdiri, dia berpindah dari belakang Oyakata-sama, kini telah duduk berhadapan dengannya.


"Ketika (Name)-sama datang ke kediaman kita, dia begitu kebingungan, meskipun begitu kita hanya memaksakan kehendak kita kepadanya untuk agar segera memiliki keturunan dari garis pada Hashira"


"Namun gadis itu menatap kita berdua begitu lugu, dan ketakutan, selama berada disini dia selalu mengasingkan diri"


"Yang di katakan Kamado Tanjiro tidak sepenuhnya salah, kita tidak menyediakan rumah sesungguhnya untuk dirinya, kita tidak menyediakan alasan untuk beliau tinggal dan berjuang bersama para Hashira, beliau adalah musafir dari masa depan dan beliau tidak membawa apapun dan siapapun untuk dilindungi disini, tidak seperti para Hashira-sama (Name)-san tidak memiliki apapun untuk dirugikan, ia tidak memiliki kewajiban apapun untuk bertarung"


"Dia hanya memiliki dirinya seorang dan nyawanya yang berharga, dan kita memintanya berkali-kali untuk mengorbankan hal itu"


"Maka dari itu tuan ku, sebagai seseorang yang pernah di tariknya kembali dari alam kematian, saya memohon pada anda untuk membiarkan nya diselamatkan oleh pihak kita" Amane bersujud.


Tak pernah Kagaya sangka, ia akan melihat Amane menyampaikan kehendaknya sendiri


"Baiklah nak Kamado, kau boleh pergi, dengan catatan minimal bawalah dua Hashira bersama mu"


Tanjiro tersenyum begitu bahagia, ia melihat-lihat siapa yang ingin dia ajak, atau setidaknya dari mereka menawarkan diri untuk ikut.


"AKUIUU!! AKUUU AKAN IKUTTT! (Name)-Chan itu teman terbaikku, dia memasak makanan yang enak yang tak pernah kutemukan di manapun, aku harus menegaskan padanya bahwa kita ini teman! Dia sahabatku, akan ku katakan secara terang-terangan bahwa aku, Kanroji Mitsuri ada untuknya! Sebagai temannya" Mitsuri mengangkat tangan paling tinggi.


"Terimakasih banyak Kanroji-san"


"Lalu selanjutnya" Tanjiro mengedarkan pandangannya, berharap ada voluntir lain dari para Hashira.


Namun nihil, mereka semua masih bungkam.


"Saya akan pergi" Shinobu bersuara, setelah setidaknya diam selama lima menit dan membuat pertimbangan yang sulit dalam benaknya.


Telapak tangan dan pelipisnya nampak berkeringat dingin, berguna atau tidak ia masih bisa menjadi satu satunya medis.


"Kocho!" Giyuu menyela.


"Tomioka-san! Ini adalah pilihanku, seperti yang kukatakan pada pertemuan sebelumnya, (Name) adalah Tsuguko ku, aku yang akan memikul tanggung jawab ini" Shinobu menegaskan, alisnya turun menyiratkan sebuah kekokohan sekaligus rasa cemas.


Cepat atau lambat hidupnya memang sudah sering dipertaruhkan, ia bahkan memiliki rencana sendiri untuk menghadapi para Bulan Atas. Namun dirinya cemas, tak tau mengapa.


"Biarkan aku yang pergi" Muichirou berdiri, ia menyarungkan pedangnya, dan membuka pintu Shoji.


"Hashira Kabut" ujar Shinobu.


"Dengan kedua lengan lemah itu, apa kau bisa menebasnya? " Tanya Muichirou langsung.


Shinobu tak ingin menanggapinya, dia sudah belajar, dia memahami bahwa Muichirou telah kembali ke sikap ceplas ceplosnya.


"Muichirou, apa aku bisa mendengar alasan mu? Kenapa kau memutuskan untuk pergi? Kagaya bertanya.


Ia ingin menepati janjinya padamu, untuk mengawasi Muichirou, mencegah ingatannya kembali tentangmu.


Ia hanya diam, tak bergeming, masih berkacak pinggang di ambang pintu Shoji.


"Saya tidak tahu" balasnya singkat.


"Baiklah, kau boleh pergi" izin Kagaya.


"(Name)-sama ada disini" suara Kuina & Kanata terdengar sampai di dalam ruang pertemuan.


Langkah kaki dan derit lantai kayu rumah Kagaya mendominasi, sunyi seisi ruangan temaram itu.


Muichirou dan (Name) berpapasan, namun bocah itu hanya bisa merasakan sikap dingin dari wanita itu.


"Maaf membuat anda menunggu Oyakata-sama" rendah suaramu menyapa.


Drippp...


Tes!!!


"(Name)-chan itu" Kanroji menggantung kalimatnya, dia memandang horror sebuah buntelan kain yang kau cengkram erat di tangan kanan mu.


"Ini?" Kau mengangkatnya, buntelan kain bernoda merah dengan sedikit noda tanah itu.


Bummpp!!!


Tomo berjengit, mendapati buntelan itu sudah di lemparkan mu kepangkuannya.


"(Name)-san, i-ini maksudnya-"

Tbc~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top