64.7 Uta-hime
Seperti bagaimana sang penguasa menciptakan langit dan bumi, bulan dan matahari serta pernak-pernik bintang, galaxy, Bimasakti, dan milky way yang kini mereka sebut itu.
Engkau adalah ciptaan ku yang paling berharga...
"Benarkah begitu?" Aku bertanya-tanya, pada cerminan diriku yang berkilauan di permukaan Iwaizumi.
Sebuah danau milik Dewi bunga, berhiaskan teratai yang bermekaran.
Apakah sebuah ciptaan yang kucintai atau sebuah bagian cacat yang kucoba untuk ku singkirkan.
"Uta-hime"
.
.
.
" Amaterasu-sama, adik anda, yang mulia Tsukoyomi-sama ada disini"
"Setelah Susano'o, sekarang dia yang berkunjung, sebenarnya kapan mereka akan belajar mendengarkan" dia bangkit perlahan, begitu ringkih dari futon nya.
"Apa yang kau tunggu? Apa kau menunggu ajalku? Bawa dia kemari"
Ketus, wanita yang seharusnya paling mengerti tentang kehangatan itu, mencetus kalimatnya begitu dingin, terhadap pelayan-pelayan yang telah membuat kontrak dengannya.
Tirai bambu di buka, seorang wanita anggun masuk bersama kedua shinki nya yang mengenakan atribut Miko berwarna biru dengan corak kemerahan.
"Silahkan yang mulia" dia dipersilahkan duduk tepat dihadapan sebuah sekat tirai bambu, yang memiliki beberapa lapis kain kasa di depan dan belakangnya.
"Bagaimana kabarmu Anee-sama" sapanya.
"Cukup dengan basa-basi nya Tsukoyomi, bukankah kau sudah mendengarnya dari Susano'o?"
Untuk pertama kalinya dalam seribu tahun, keduanya berjumpa.
Meskipun baik bulan dan matahari sama sama memiliki gerhana, biasanya mereka hanya saling berpapasan.
Keduanya ada dewa yang disumpah dan bersumpah tidak akan pernah bertatap muka lagi, akibat beberapa kesalahpahaman di masa lampau.
"Saya telah mendengar semuanya Anee-sama, tentang para Shinki, yang telah lancang menyengat anda"
"Aku telah menyelesaikan perkara itu, Shiichi dan Shoichi memang keterlaluan, meskipun Shoichi adalah penasihat ku, hal seperti menyengat ku tidak boleh di toleransi"
"Jadi anda membunuh mereka?" Tanya Tsukoyomi.
"Apa aku harus menjawab pertanyaan retorika tersebut?"
Keduanya nampak seperti saling mengintimidasi, meskipun pada kenyataan nya keduanya adalah saudari, para putri Izanagi yang pertama.
"Itu tidak terdengar seperti anda, seorang Amaterasu yang mengasihi-"
"Hentikan omong kosong mu, kita seorang dewa, mengasihi saja tidak akan menyelamatkan umat manusia, aku harus lebih berkuasa saat ini, ada banyak kejadian yang menimpa manusia di era ini, apa menurutmumengasihi mereka dapat menjadi jawaban atas rasa lapar mereka?"
"Tanah kita saat ini perlahan tengah dijajah oleh pendatang asing, anak-anak kita dibunuh, wanita-wanita kita diperbudak, peperangan saudara, memikirkannya saja aku sudah-"
"Anee-sama! " Tsukoyomi menaikkan suaranya.
"Anda harus beristirahat, ini sudah waktunya anda berinkarnasi, anda sudah menundanya selama lima ratus tahun lamanya, lima ratus tahun lagi dan anda akan-"
"Aku tidak akan menghilang Tsukoyomi " putusnya, penuh rasa percaya diri.
Dewi yang menguasai bulan itu memang tak pernah melihat wajah kakak nya lagi setelah sebuah kesalah pahaman yang membuat mereka bersumpah tidak akan bertatap muka lagi.
Namun Dewi bulan itu bisa melihat seringai jahat dari wajah sang Matahari.
"Anee-sama, ada hal lain yang ingin ku tanyakan kepadamu" ragu dia mengutarakan tujuannya yang lain.
"Aku merasakan ketakutan pada dirimu Yomi, katakan, seluruh semesta pun tahu kita bertiga adalah putra putri pertama Izanagi dan Izanami, rasa takut mu hanya akan mempermalukan nama Ibu dan ayah kita"
Merasa di sudutkan Tsukoyomi semakin ingin diam dan mengurungkan niatnya, dia merasa desas-desus itu benar adanya.
"Apakah kau takut... " Kalimat itu digantung oleh Amaterasu.
"Kepadaku?"
Kini ia sudah berada di belakang Tsukoyomi, bayangan di balik tirai bambu menghilang. Keringat dingin mengalir di pelipis Tsukoyomi, rithme nafasnya tidak beraturan, ia tak berani menengok.
"Anee-sama..."
"Jadi?"
"Apa yang kau dengar dari Surga?" Tanyanya.
Tsukoyomi merasakan jari-jari yang begitu dingin mengusap leher nya, bergerak begitu pelan secara vertikal, seperti sedang membuat garis yang rapih untuk seseorang yang siap dipenggal.
Tsukoyomi masih dalam duduknya, sementara saudari tertua nya itu berdiri mengintimidasi.
"Aku tidak mendengar sebuah jawaban Yomi" ucapnya lagi.
"Jangan buat aku memaksamu Yomi"
"Anee-sama kau berubah, dalam beberapa tahun ini"
"Lantas apa hubungannya denganku? Berubah atau tidak aku tetap Amaterasu"
"Kau mengeksekusi banyak sekali Dewa Dewi bahkan Shinki milik mereka"
"Mereka harusnya mempertimbangkan konsekuensi itu sebelum memutuskan untuk membelot"
"Oh? Kenapa? Bahumu terlihat kaku Yomi, apa kau mengetahuinya? Rencana kudeta itu?"
"Anee-sama tidak, aku-"
"Aku selalu bersabar kepada kalian, tapi pada akhirnya kepercayaanku-" Amaterasu menghentikan kalimatnya, dia merasa tidak perlu mengatakan apapun.
"ANEE-SAMA!" Tsukoyomi berjengit.
"Jangan bertindak seolah-olah kau adalah gadis yang lugu Yomi, aku tahu apa yang kau lakukan di belakang ku, meskipun begitu sebagai saudarimu, tidak-" ia tertawa tipis.
"Sebagai kakakmu aku telah menutup mata, selama ratusan- ribuan tahun, mungkin selamanya"
Amaterasu memandang rendah adik yang duduk dihadapannya.
"Menjijikkan"
.
.
.
Serupa tapi tak sama, itu adalah perumpamaan untuk kami berdua.
Siang dan malam, cahaya dan kegelapan, baik dan buruk.
Aku perlahan-lahan kehilangan kesadaranku, yang telah ku jaga selama ribuan tahun, sejak aku hanyalah sebuah cahaya obor.
Singgasana ini hanyalah sebuah hiasan, sebuah Tiara yang kukenakan tanpa pernah memiliki arti.
Uta-hime, beberapa tahun terakhir ini aku memerintah Takamagahara dengan tirani, dengan tangan-tangan yang keji.
Harus ku buat, bagaimana pun caranya akan kubuat sebuah dunia dimana dia bisa hidup Bahagia.
Uta-hime, adalah harapanku, kebebasan ku, jiwa ku, cintaku.
Tidak masalah bukan? Kalau aku menjadi sedikit egois. Selamanya adalah perjalanan yang panjang.
Untukku Selamanya berarti tak terkira, tak berujung, tidak berakhir. Apakah aku benar-benar akan menjalani hari-hari seperti ini untuk selamanya?
Aku mendengar, aku mengabulkan, lalu bagaimana dengan permohonan ku? Sebuah harapan-harapan yang terkumpul lalu terbangun megah ini, siapa yang akan mengabulkannya untukku.
Tidak...
Aku tidak boleh berharap! Jika aku melakukannya, eksistensi yang lebih berkuasa dariku bisa saja terlahir dari harapanku.
Harus kugenggam, harus kulindungi, tahta ini...
Jika tidak...
Jika tidak, Uta-hime tidak akan mendapatkan kebahagiaan nya.
Dia akan berakhir seperti aku, yang harapannya harus ditelan, ia juga tidak akan memiliki tempat untuk bergantung.
Seperti aku...
Gadis demi gadis dipersembahkan padaku, keluarga dungu itu, tidak kah mereka tau jika aku tidak mengikat kontrak mereka hanya akan pergi ke neraka.
Ibu akan memakan jiwanya.
Biarlah...
Aku masih membutuhkan banyak Shinki, untuk terus menyengat ku.
Karna hanya dengan keinginan untuk mati, aku akan hidup.
Perlahan-lahan...
Bukankah begitu? Wahai keturunan dari sang penyihir terkutuk, (Name)?
Saat ini kau bahkan sedang mengintip ke masa lalu, bagaimana menurutmu? Apa kau menemukan sesuatu dari diriku?
Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top