64.6 Yang Ditakdirkan Bersama
"Tsugikuni"
"Benar yang mulia Amaterasu-sama" para Shinki yang bekerja sebagai pelayannya datang, membawakan sekotak penuh lempengan kayu berisikan doa.
"Tsugikuni, bukankah itu nama yang megah" ia tertawa.
"Nampaknya ini permintaan dari salah satu dari keluarga Shogun yang menguasai daerah tertentu" Shinki yang duduk tepat di samping tuannya, itu berbicara.
Ia terlihat seperti pria yang tegas dan disiplin, dan kemungkinan besar itu adalah Shinki yang bertugas menjadi penunjuk jalan atau penasihat Amaterasu waktu itu.
"Manusia seringkali lancang dalam memilih nama yang mulia, alih-alih mengabulkan permohonan nya, haruskah kita turunkan wabah penyakit saja sebagai pelajaran untuk mereka"
"Tunggu dulu, Soichi kau terlalu kaku, kau mungkin tidak tahu, tapi lihat jenis kayu yang digunakan di permohonan ini, ini adalah jenis kayu Cendana yang hanya tumbuh di bagian Utara, mereka adalah pengikut setiaku"
"Baiklah! Soichi! Siapkan kereta kudaku" pintanya beranjak dari tempat duduknya, dimana sudah disediakan aneka hidangan dan arak berkualitas sebagai camilannya.
"Anda mau kemana Amaterasu-sama?" Meskipun ia tetap akan menyediakan permintaan tuannya, Shinki berasma Shoichi itu masih ingin bertanya destinasi tuannya.
Sampai rela meninggalkan waktu bersantai yang jarang sekali dirinya dapati hanya demi sebuah permintaan dari makhluk fana.
"Kita akan ke Takamagahara, bulan ini harusnya ada bukan? Ituloh-"
"Ah, itu yah..."
.
.
.
Setelah menerima banyak sekali sambutan dari dewa-dewi berstatus di bawahnya, Amaterasu Oomikami, dewa dengan jabatan serta otoritas tertinggi di Surga itu bisa mengakali dewa-dewa dan menyelinap dengan menyamar sebagai dewa kelas bawah.
"Baiklah Shiici, selagi Shoichi mengalihkan perhatian dewa lainnya, kita harus segera menyelasaikam urusan kita disini"
Di kaki Amaterasu, menjuntai ribuan, bahkan jutaan benang merah dengan papan kayu yang terhubung satu sama lainnya.
"Apa yang sedang anda rencanakan Amaterasu-sama"
"Aku memiliki seorang pengikut yang sangat kukasihi, mereka adalah orang pertama yang menjadi pengikutku, dari generasi ke generasi mereka selalu menjadi pengikut ku, kini dia di telah dipinang oleh seorang Shogun daerah lain dan telah melahirkan dua anak kembar" Amaterasu duduk bersila.
Membuang tahta nya ia turun tangan sendiri untuk memilah papan-papan kayu itu, sedang mencari sesuatu.
"Lantas? Anda memiliki sangat banyak Jemaat, yang mulia, tidak sepantasnya anda duduk disini dan membuang waktu untuk-"
"Shiici, apa kau mencoba untuk menjadi Shoichi?" Potong dewa matahari itu.
"Saya tidak bermaksud untuk menggurui yang mulia maafkan saya, lantas kalau begitu bisakah anda memberitahu saya mengapa anda melakukan hal sejauh ini hanya untuk seorang pengikut"
Tangan Dewi itu bergerak, ada banyak ingatan di kehidupannya yang sangat panjang ini. Ia ingat banyak hal, bagaimana ia lahir, doa pertama yang ia dapati.
"Leluhurnya membangun kuil pertama ku, dan kau pastinya sudah tau sebesar apa itu artinya untuk kami"
"Tentu saja! Tentu saja hamba tau yang mulia! Kalau begitu beliau adalah orang yang benar-benar harus saya hormati "
"Lalu kalau boleh tau, apa isi permintaan dari orang itu? Apakah dia meminta untuk dijodohkan dengan orang lain? bukankah wanita itu sudah menikahi seorang Shogun? Lancang sekali meminta orang lain menjadi pendamping hidupnya "
"Ini bukan tentangnya Shichi, ini tentang putra bungsu nya, nampaknya ia terlahir sedikit berbeda dengan putra sulungnya"
"Saya masih tidak mengerti, mengapa kita pergi ke Tamamusubi kalau seperti itu permintaannya"
"Sebagai seorang dewa, kita hanya bisa mengabulkan satu permintaan manusia dalam hidupnya, mengabulkan lebih dari satu permintaan dengan waktu yang berdekatan menyalahi aturan, namun untuk dewa sekelas diriku, Aniue, dan Chichiue dan Tsukoyomi kami setidaknya bisa mengabulkan tiga permintaan "
"Tetap saja, bahkan aku memiliki batasan waktu untuk mengabulkan ketiga nya, aku telah mengabulkan impiannya untuk dipinang oleh orang yang dirinya dambakan, karna tubuhnya yang begitu lemah, mustahil untuk dia melahirkan anak, dan aku telah mengabulkan doanya agar dirinya dan anak-anaknya selamat pasca melahirkan, permintaan terakhirnya adalah tentang anak Bungsunya"
"Jadi begitu yah, nona ini akan segera meninggalkan dunia sebelum anda bisa mengabulkan permintaan terakhirnya" Shichi menimpali sedih.
"Aku akan mengabulkan permintaan terakhirnya Shichi, Awanami berhutang padanya"
"Untuk menggantikannya yang kelak tak lagi bisa berada di sisi anak-anaknya, aku akan mencarikan dirinya kriteria wanita yang paling baik untuk melengkapinya" ucap Amaterasu.
Ia begitu optimis, sampai...
Seminggu berlalu, Tamamusubi akan segera berakhir pesta yang di gelar setahun sekali dan memakan 7 hari 7 malam itu akan segera usai, takdir manusia akan di tutup disini, sementara dirinya dan seorang Shinki bernama Shichi yang sudah terlihat setengah memudar itu masih belum menemukan siapapun.
Ada jutaan tumpukan kayu yang tergeletak nampak di pinggirkan oleh Amaterasu dan rontokan benang merah yang menggunung.
"Yang mulia Amaterasu-sama, Tamamusubi akan segera ditutup tengah malam ini, dan kita masih belum menemukan seorang wanita pun yang bisa diikatkan kepada anak itu"
Shichi tidak mengarang, nasib buruk seperti nya memang menghantui anak bungsu Tsugikuni itu.
Semua kandidat yang di ikatkan padanya, benang itu tak lama akan terputus, Amaterasu dan Shichi pun sudah mencoba banyak hal. Mulai dari mengikat nya dengan kandidat kelas atas, seseorang dengan hati sesuci Maria, orang biasa, wanita yang buruk sampai pria pun sudah di coba semua.
Kadang kala hal tersebut bisa saja terjadi, jika pasangan hidup seseorang belum terlahir di dunia ini, mereka harus menunggu beberaa tahun lagi, mungkin...
Namun kemungkinan lainnya juga bisa saja terjadi, takdir seolah berkata, mutlak bahwa bocah bersama Tsugikuni itu tidak akan hidup cukup lama, untuk mengikat hubungan dengan seseorang.
"Yang mulia, ini semua tidak berhasil, mungkinkah anak ini juga akan berakhir seperti ibunya? Hidupnya tidak akan lama?" Tanya Shichi.
"Itu bisa saja terjadi" jawab Amaterasu.
Dengan sedikit gerakan jari dari Amaterasu, sebuah proyeksi muncul dihadapannya, proyeksi yang menampilkan seorang bayi yang di dekap erat selagi menyusu.
"Kenapa proyeksinya kabur yang mulia?"
"Ibunya menangis, manusia adalah individu yang lebih peka dari makhluk lainnya, terutama sebuah hubungan yang berdasarkan darah daging, ini adalah proyeksi dari sudut pandang Ibu sang anak"
"Bayi sekecil ini, tidak ada seorang pun dewa yang bisa melihat masa depannya, ia tidak terikat dan menjadi hamba siapapun di usia sedini itu, pantas saja anda tidak bisa melihat masa depannya" ucap Shichi.
"Kau benar"
"Shiichi, aku mulai merasa lelah, bisakah kau meminta para petugas administrasi Tamamusubi untuk meninggalkan aula ini dan menikmati pesta terakhir Takamagahara di luar? Kau juga boleh pergi" pintanya
"Tidak boleh begitu Amaterasu-sama! Saya tidak akan membiarkan anda beristirahat di tempat sekacau ini! Alangkah baiknya kita kembali ke kediaman anda"
"Shiichi" tegurnya.
"Akan ku pastikan aku bangun sebelum tengah malam untuk menyelesaikan ini, dengan begitu kita bisa segera kembali Shoichi juga pasti sedang mencari kita berdua" ia meyakinkan.
"Baiklah jika itu permintaan anda, saya akan segera mengabari petugas administrasi menggunakan otoritas anda untuk menggunakan aula ini untuk beristirahat"
"Terimakasih"
Shichi bergerak kesana kemari, mengajak setiap petugas untuk meninggalkan aula untuk sementara sampai batas waktu Tamamusubi benar-benar ditutup lalu mereka kembali membereskan semuanya, dan akan mengatur benang-benang yang telah diikatkan itu sebagai takdir yang mutlak.
Tak butuh waktu lama sampai aula benar-benar dikosongkan, jari-jemari lentik itu memungut setiap benang yang diputuskan oleh papan kayu milih Yoriichi Tsugikuni.
"Akeno, sebenarnya apa yang terjadi pada anakmu, dia menolak setiap takdir yang ku berikan padanya, jadi inilah mengapa kau memintaku untuk berjanji akan mengawasinya"
Ia menghela nafas, se sayang apapun Amaterasu kepada wanita itu, ia tidak bisa meninggalkan singgasananya untuk berada di sisi Yoriichi menggantikan ibunya.
"Baiklah, kurasa aku tidak akan membutuhkan ini lagi" Amaterasu berbicara.
Dari kejauhan cahaya menyilaukan menerangi aula yang temaram, cahayanya terkunci rapat di aula itu di hari itu.
"Dia adalah seorang yang kuutus untuk berada di sisi putramu Akeno, meskipun begitu aku masih butuh lebih banyak waktu lagi untuk menyempurnakan nya, selagi aku melakukannya kau mungkin sudah tidak ada lagi di sisi putramu, dan dia akan melalui waktu-waktu yang sulit"
"Namun seiring waktu berlalu, aku berjanji padamu, Yoriichi akan disembuhkan jika dia berada di sisi wanita ini, dan janji ku yang lain adalah, tidak akan ada yang memisahkan keduanya, tidak kematian, waktu, bahkan dewa-dewa sekalipun "
Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top