61. Sang Kabut

Tinjumu membakar kertas yang menutup wajah Tsubaki, hantamannya memberikan gelombang getaran dan menghapus seluruh eksistensi roh jahat di penjuru hutan.

Tubuh Tsubaki tergeletak di tanah, sepasang manik berwarna merah tanpa cahaya tanda-tanda kehidupan menatap lurus ke atas langit gelap.

Kau ambruk bersimpuh dihadapan jasad Tsubaki.

"Kenapa-"

"Kenapa jasadnya tidak menghilang, jika dia roh bukankah harusnya dia menghilang?"

Apa maksudnya ini?

"(Name)! Kau baik-baik saja?" Yabo berlari bersama Hiki atau Hiiro yang yang telah berubah wujud menjadi Harta Sucinya.

"Y-yabo..." Tolehmu.

"Semua roh jahat di belantara hutan ini sudah di murnikan, apa kau yang melakukannya? Apa ini sebab pertarungan kalian berdua? Lalu siapa gadis ini?" Banyak sekali, ada lebih banyak pertanyaan yang ingin di lontarkan oleh Yabo.

Kau menceritakan semuanya, semua tentang pertarungan kalian yang ternyata sesingkat satu pukulan telak, dan Shinki baru yang kau rekrut berupa gelang giok, juga jasad yang tidak menghilang.

"Tsubaki mengklaim dirinya adalah suruhan seorang dewa, tidak mungkin dia memiliki tubuh manusia fana tapi apa ini yang di depanku Yabo, ini-"

"Bukankah ini jasad seorang gadis?" Kau menggenggam tangan gadis itu, dingin tiada detak nadi di tangannya.

"Dewa macam apa yang melakukan ini Yabo" pertanyaanmu tak dapat ia jawab.

Jujur saja itu melukai Yabo, dia sendiri adalah Magatsukami, seorang dewa liar yang lahir dari harapan untuk membumihanguskan manusia dalam peperangan.

"Apa anda sedang meratapi saya yang mulia Amaterasu-sama?" Keduanya mendongak menemui seorang arwah yang memiliki wajah sama persis dengan jasad Tsubaki.

"Terimakasih telah membebaskan saya, Amaterasu-sama" wanita itu menatap jasadnya sendu.

"Saya adalah Shinki milik Ichikisima hime no mikoto"

"Psttt!! (Name), siapa itu sih Ichi- apalah" bisik Yabo

"Itu nama lain dari dewa Banten atau Banzaiten, satu dari Shici Fukujin, memangnya berapa lama kau ini menjadi dewa huh!?" Olokmu.

"Yah, mana peduli aku dengan dewa lainnya-" ungkap Yabo acuh.

"Jadi anu-"

"Nama yang diberikan oleh Banzaiten-sama adalah Ikari, nama Shinki saya adalah Tenno namun nama asli saya sebelum meninggal adalah Sora"

Mendengar itu membuat kalian berdua terkejut, bahkan kau bisa merasa Toki di lengan mu bergeming.

"Yabo, Shinki ku-" adu mu

"Aku tau! Rawan bagi seorang Shinki mendengar apapun terkait kehidupan sebelum ia tiada, tapi dia-"

"Saya telah mengingat semuanya Amaterasu-sama, seluruh riwayat hidup saya dan bagaimana saya tiada-"

"Hentikan sampai disana! Jangan dilanjutkan lagi, jadi apa maumu? Tidak mungkin kan kau menampakkan diri hanya untuk bercerita tentang masa lalu mu? Kalaupun iya, aku sama sekali tidak peduli" Yabo memutus kalimatnya.

Ia berdiri di antara dirimu dan arwah itu.

"Itu benar, mengungkit masa lalu seorang Shinki adalah kesalahan fatal yah?"

"Kubilang berhenti, aku sudah memperingatkan mu" Yabo menghunus Hiki, pedang ditangannya ke leher Sora.

"Saya menyengat tuan saya, Banzaiten-sama, ketika mengetahui riwayat hidup saya, selama saya hidup melayani Banzaiten-sama, saya adalah senar di alat musiknya" jelas Sora.

"Oh, jadi kau tidak berguna yah" Yabo berterus terang.

"Tck! Menyingkir dari hadapan ku dasar kau dewa tidak sopan" jambakmu memaksanya pergi dari pandanganmu.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kau bisa berakhir disini? Apakah Banzaiten-sama yang mengusir dan mengambil kembali namamu?" Tanyamu.

Ia menggeleng pelan.

"Saya bertemu dengan dewa misterius, dialah yang membuat saya teringat dengan kenangan yang saya lupakan, ketika Banzaiten-sama sedang tidak bersama saya, dia memiliki senjata yang abnormal, saya sendiri tidak bisa mengingat apakah itu Shinki atau bukan, yang jelas senjata itu dapat mengikis kontrak antara Shinki dan tuannya, membuat saya dapat melihat masa lalu saya" Sora mengakhiri kalimatnya.

"Saya merasa marah dan menyengat tuan saya"

"Seorang Shinki yang telah diberi nama tidak boleh hidup mengikuti hawa nafsu mereka, mereka yang dari awal adalah jiwa yang tersesat dan tak tenang, akan mengabdikan diri mereka hanya untuk tuannya, ikatan itu bukan sebatas ikatan seperti yang kalian manusia fana miliki " potong Yabo.

"Sekali Shinki menyengat tuannya, dia harus mengakui dosa nya atau di murnikan, biasanya mereka yang telah tiada memiliki keingan untuk menjalani hari-hari seperti mereka yang hidup, oleh karna itu fatal akibatnya ketika seorang Shinki dapat mengingat masa lalunya, tidak hanya tuannya namun dia bisa menghancurkan dirinya sendiri" imbuh Yabo panjang lebar.

"Magatsukami, anda memang benar, tapi saat itu ada rahasia yang bahkan Takamagahara tidak boleh tau" Sora mengangkat wajahnya.

"Banzaiten-sama, dan ke enam dewa Shici Fukujin lainnya menghilang dari Takamagahara "  ia menatap lurus pada dirimu.

"Hah? Jangan bercanda! Mereka dewa yang populer dikalangan masyarakat loh" sulut Yabo.

"Ini tidak seperti Banzaiten-sama meninggal dan bereinkarnasi kembali, hal serupa juga terjadi pada para Shici Fukujin lainnya, kami para Shinkinya bertukar informasi agar sebisa mungkin bisa mengelabui Takamagahara, jika fakta ini diketahui kami akan dinilai gagal dalam melindungi tuannya dan di binasakan oleh-" Sora menelan ludah nya, sembari menatapmu takut-takut.

"Dewa dengan otoritas tertinggi di Takamagahara, Amaterasu Oomigami-sama"

"Eh!? Hah!!! Aku? Kenapa bisa-" kau menatap Yabo dan Sora bergantian.

"Amaterasu-sama dikenal mutlak di Takamagahara, dia dilayani oleh dua harta suci yang diberkati miliknya untuk menghukum kami dan kami tidak mungkin menang bahkan jika kami menggabungkan seluruh kekuatan Surga"

"Karna ketakutan akan dibinasakan, saya mencari segala cara dan melakukan semua yang saya bisa, sampai datanglah informasi dari dewa itu, yang mengetahui tentang hilangnya Banzaiten-sama, saya kurang waspada karna saya putus asa, saya dijebak dan digunakan untuk melemahkan tuan saya agar dia bisa mengambil inti dewa"

"Jika seorang dewa tiada, ia hanya kembali ke singgasana di Takamagahara, namun dewa misterius ini memiliki metode khusus agar bisa mengekstrak Banzaiten-sama dalam sebuah inti dan memanfaatkan Banzaiten-sama semaunya"

"Saya diculik, tubuh fana saya di buat kembali dari sisa tulang belulang saya dan terbuatlah wadah untuk menggabungkan kami berdua"

"Jangan-jangan ini" kau menunjuk Jasad di depanmu.

"Benar, tubuh ini diperlukan agar aku dan Banzaiten-sama bergabung, sudah dari lama seorang dewa bisa merasuki manusia, itu dilakukan untuk memberikan Wahyu dan yang lainnya"

"Tapi dewa itu beranggapan bahwa eksistensi dewa tidaklah lebih berharga daripada para Shinkinya, mereka tidak dapat bertarung tanpa itu dan setiap Shinki itu unik"

"Sudah lima ratus tahun lamanya sejak saya memperhatikan dari tubuh ini, meskipun begitu saya tidak bisa melakukan apa-apa namun hari ini akhirnya saya terbebas, terimakasih banyak Amaterasu-sama "

"Inti dari Banzaiten-sama ada di punggung Jasad saya, saya sangat tau saya terlalu banyak meminta, namun bisakah anda mengambil dan menghancurkan nya agar Banzaiten-sama bisa terlahir kembali di Takamagahara " pintanya.

Kau ragu, ini semua terlalu tiba-tiba, semua informasi yang harus kau serap ini.

Srettt!!

Tuk!

"Ini! Hancurkan ini"

Namun tidak dengan Yabo, ia tanpa bekas kasih menendang jasad itu hingga terbalik dan mencukil punggungnya dengan Hiki, menodai tangannya dengan darah untuk mengambil inti dewa.

"YABO!!!" pekikmu.

"Tidak apa, saya sudah tidak lagi berangan-angan untuk kembali hidup" Sora tertawa hampa.

Kau merasakan rasa menyengat dari batu bewarna delima itu, ukurannya sebesar telur ayam dan menyala-nyala, nampak rapuh namun memiliki kekuatan yang begitu besar.

"Toki, bantu aku" ucapmu.

CRACKK!

PYARR!!

Batu itu hancur, sisa debunya terbang kelap-kelip menuju langit.

"Dengan ini selesai sudah, saya tidak akan bisa kembali ke sisi Banzaiten-sama, namun saya yakin Banzaiten-sama juga sama menderita nya selama lima ratus tahun lamanya" jasad Tsubaki perlahan terkikis menjadi pasir yang berserakan di tanah.

Sora memandang itu sebagai sebuah kewajaran, debu Banzaiten akan naik ke langit, sementara dirinya akan menetap di tanah.

"Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan kepada anda, anak bernama Muichirou itu, meskipun kami sudah dikalahkan, kutukannya tidak akan menghilang, sedari awal Tsubaki tidak berniat untuk melepaskan kalian berdua, jika segel itu diserahkan Tsubaki akan memberikan anak itu pada anda, membiarkan anda melakukan kontak fisik dan menjadikan ini sebagai wabah yang menyerang dataran ini"

"Tidak mungkin..." Kau seolah kehilangan semangat.

"Setiap biji yang dibawa dari Yomi, adalah pembawa petaka.  kemalangan serta bencana bagi mereka yang masih hidup"

"Kalau begitu Muichirou dia-"

"Anda pasti bisa melakukan nya Amaterasu-sama, saya yakin anda-" Sora telah sepenuhnya sirna.

"Oiii!!! Tunggu! Tunggu sebentar kau sialan" Yuichirou telah mengubah dirinya kembali ke bentuk manusia nya, kau bisa mendengar bocah itu menyumpah serapahi Sora.

"Kenapa hal sepenting itu baru dia katakan di akhir! Sial! Bodoh sekali! Semoga jika kau dilahirkan kembali, kau jadi serangga saja sialan" jerit Yuichirou.

"(Name)! Ayo" ajak Yabo.

Ia tak bisa melihatmu diam putus asa seperti itu, dirinya merasa harus menarikmu. Entah itu hasilnya buruk atau baik, tidak pantas bagi seorang dewa bersimpuh dan meratapi nasib.

Selama perjalanan kalian menuju gubuk yang sebelumnya dijaga oleh Tsubaki, kau hanya pasrah melihat Yabo menarikmu kasar.

"Yabo aku-" kau mencengkram genggaman nya.

"Kau adalah seorang dewa (Name), angkat kepala mu dengan martabat, suka atau tidak kau bukan lagi seorang manusia biasa, penuhi tugas mu!"

Kalimat itu menjadi penyokong, di dunia dimana tidak ada Himeko ini, Yabo benar, kau tidak bisa terus menerus merasa rendah, meskipun hanya berlaga kau harus merasa tinggi akan posisimu.

Tibalah saat dirimu membuka pintu gubuk itu, diatas jerami terbaring Muichirou tak sadarkan diri.

"(Name), kenapa dengan anak ini?" Tanya Yuichirou, sepenuh nya tak lagi mengingat tentang adiknya.

"Kenapa dia sangat mirip denganku, kenapa-"

"Kenapa dengan perasaan ini, kenapa aku merasa sangat mengenal nya? Kenapa aku merasa kesakitan seperti ini melihatnya tak berdaya"

Kau merasa perih, benar-benar perih disekujur tubuh, Yuichirou telah menyengat mu, memberikan luka bernoda ungu yang mungkin kini telah mencoba menyebar.

Namun kau sama sekali tidak mencoba menghentikannya.

"Ini sebuah kutukan (Name), kemungkinan besar yang memberikannya adalah dewa misterius yang dikatakan oleh Shinki itu, mustahil mengangkat kutukan tanpa mengalahkan pemberi asli atau mendapat kehendaknya"

Kau menggenggam erat tangan tangan Muichirou, nadinya berdetak begitu lemah, ia berkeringat begitu banyak, nampak jelas di raut wajahnya rasa sakit yang teramat.

"Tapi kau bisa mengalahkan kutukannya dengan memasukkan energi mu dan memberi kutukan yang baru, jika bocah ini menerima kutukan mu besar kemungkinan itu akan mengalahkan kutukan nya saat ini"

Sembari mendengarkan penjelasan Yabo kau mengikat Surai lumutnya dengan pita putih, simbol dari kekalahan akan Kyoujurou di masa lampau.

Kali ini tidak akan seperti itu lagi...

"Bagaimana caranya?" Tanyamu singkat, ingin segera mengakhiri penderitaan Muichirou.

"Iman" balas Yabo.

Kau mendongak pada Yabo, memberikan pandangan mengintimidasi.

"Energi, Iman adalah energi yang dapat dewa peroleh dari pengikut nya, menjadi tolak ukur kekuatan mereka, Amaterasu berada di puncak itu, tapi saat ini kau bahkan tidak setara dengan dewa kecil"

"Apakah cinta itu juga terhitung sebagai iman?" Tanyamu pada Yabo.

"Cinta adalah Iman paling besar, semakin tulus semakin besar pula Imannya, bahkan dewa tidak bisa sembarangan bisa menerima itu, namun tidak ada yang benar-benar mencintai dewa apa kau tau itu?" aku Yabo.

"Mungkin saja itu benar, tidak ada yang mencintai (Name) sebagai seorang dewa" kau tersenyum lembut menatap wajah Muichirou, tangan mu mengusap poni  Muichirou. 

"Tapi sebagai manusia biasa, mungkin saja..." tawamu kecil.

"kita bisa menggunakannya" kau menggenggam tangan Muichirou begitu erat.

Disana barulah Yabo sadar, bahwa anak yang kau ceritakan tidak se simple itu. Ini bukan hanya tentang dua orang yang melarikan diri.

Tentang anak yang melawan tuannya dan membawa mu kabur hanya untuk melihatmu bahagia.

Sebentar! Bukankah itu sudah terlihat jelas! Siapapun yang membawamu kabur saat itu dan memutuskan untuk mengkhianati tuannya, tidak peduli pada dewa bernama (Name), bahkan kuasa tertinggi Takamagahara pun dia sama sekali tidak tertarik dengan itu.

"Tunggu sebentar (Name)! Jika kau menggunakan energi dari Iman- maksudku perasaan yang anak ini tujukan untukmu dia akan kehilangan semuanya dan melupakanmu!" Yabo mencoba menghentikanmu.

Ia merasa kasihan juga dengan anak itu, keputusan ini diambil sepihak olehmu.

Tidak seperti ini caranya, anak itu juga harus diberikan hak untuk memilih merelakan perasaannya dan seluruh ingatan tentang mu demi keselamatan nya atau nyawanya.

"Aku akan menanggung dosa ini sendirian Yabo, dan hanya akulah yang akan merasakan dampaknya sendirian"

To be continue~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top