29. Abadi Dalam Dusta.
Zenitsu sendirian, kedua teman absurdnya itu telah pergi bersama kepala rumah pelacuran.
Yang satu Tanjirou, menjadi orang pertama yang pergi, di lirik dari betapa polosnya pria yang tengah menyamar menjadi gadis jadi-jadian itu.
Namanya juga diubah menjadi "Sumiko"
Dan Inosuke menjadi orang kedua yang diambil oleh rumah pelacuran Ogimoto.
Berkat wajah cantiknya, yang berdiam abadi di balik riasan tebal menjijikkan kreasi Uzui, namanya tak lagi Inosuke si raja gunung. Melainkan "Inoko".
Zenitsu tak bisa menahan tawanya, mengingat kembali nama kampungan milik Inosuke.
Namun hal itu tak bertahan lama.
"Kalian ini jelek sekali! Aku hanya bisa menjual murah kalian" cuit Uzui.
Berjalan beriringan dengan satu-satunya orang yang tersisa yakni si petir kuning, Zenitsu yang telah dirubah namanya menjadi Zenko.
Nama Inosuke yang kampungan lebih baik daripada dirinya, yang tak kunjung ditarik oleh tuan rumah pelacuran.
Melancarkan misi ini sebagai penyusup sekaligus mencari keberadaan istri Uzui.
"Aku akan membalasnya!!! Aku akan membalasnnya!! " pekik Zenitsu dalam hati.
Kilat petir terang di matanya, tekad itu semakin kuat sejak Uzui tak berhenti mengolok-olok nya.
"Tunggu disini sebentar! " Uzui pergi, ke rombongan gadis berkimono hitam yang mungkin adalah pelayan para Oiran besar di daerah ini.
BRAKKK...
"Pergi dari sini! Oiran telah memutuskan untuk tidak memilihmu!"
"Kumohon!! Pertemukan aku dengannya! Kumohon! Aku ini seorang bangsawan! Akan kuingat hal ini, kau! Siapa namamu! Aku berhak atas wanita itu! Apa kalian tau berapa banyak uang yang telah kuhabiskan untuknya!? Pertemukan aku dengan nya! Pertemukan aku"
Seorang pria terongok di jalanan, tepat di depan sebuah kediaman megah berdinding lukisan dengan taburan emas di beberapa tempat.
Dua orang pengawal mengusirnya secara kasar. Wajah pria itu babak belur, sudut bibirnya berdarah, dan matanya sipit sebelah.
Zenitsu menatap keributan itu tak percaya, hanya untuk seorang Oiran? Seorang pria menangis memilukan di depan semua orang. Zenitsu paham Pelacur kelas atas itu begitu cantik, namun menjadi Oiran berarti menjadi milik banyak pria.
Zenitsu sendiri bahkan tak sudi jika harus berdampingan dengan mereka, belum lagi ia bisa mendengar suara hati mereka, tak sedikit dari para Oiran benar-benar busuk di dalam.
"Hentikan! Kumohon hentikan! Jangan ada kekerasan di sini"
Sebuah suara bergabung, membelah keributan itu.
Zenitsu tak bisa melihat sosoknya, ia hanya bisa melihat sedikit untaian haori emasnya menyapu lantai, di ambang pintu Shoji rumah pelacuran.
"Kumohon tuanku! Jangan buat keributan disini, Oiran yang lain dan pelanggan lain akan terganggu, pulanglah dan berdoa semoga esok kita bisa bertemu lagi"
Suaranya mengalun lembut, sejuk di pendengaran tajam Zenitsu.
Tampa ada kebohongan dalam setiap kata yang ia berikan. Wanita itu tak busuk, seperti kebanyak pelacur yang Zenitsu temukan di distrik ini.
Ia berlian sesungguhnya yang terendam lumpur dusta dan kepalsuan di tempat ini.
Wanita itu meninggalkan kerumunan, dan masuk kembali mengerjakan tugasnya sebagai Oiran.
Melayani sang tuan yang telah ia pilih malam itu.
Berbeda dengan pekerja prostitusi lainnya, Oiran adalah tingkatan tertinggi dalam lingkar prostitusi.
Mereka yang memiliki gelar itu, dapat dengan bebas memilih pelanggan yang akan mereka layani.
Mereka terampil, lemah lembut, cantik dan sanggup memberikan pelayanan jauh diatas pekerja prostitusi lainnya.
Maka dari itu sulit untuk memikat seorang Oiran.
"Kau dengar itu? Oiran kediaman Sugimoto! Pria babak belur itu adalah orang ke tujuh dalam sebulan ini yang ngotot ingin bertemu Oiran"
Bisik-bisik gerombolan para gadis yang memandang dari kejauhan masih dapat Zenitsu dengar dengan jelas.
"Rumor bilang Oiran itu bak malaikat jatuh, wajahnya begitu bersinar dan cantik, ia bahkan berada di tingkat yang sama dengan Oiran Warabihime, tak heran jika pria jatuh cinta padanya"
"Padahal baru beberapa bulan, ia benar-benar mengalahkan semuanya dengan cepat"
"Wajahnya begitu sempurna bak dipahat para dewa! Aku ingin tau rahasianya kyaaaa! "
Gadis-gadis muda itu terus bergosip, tak luput beberapa kali mereka bertanya-tanya bagaimana, Oiran kediaman Sugimoto itu biaa nampak begitu cantik.
"Ah! Tapi jika di bandingkan nona itu, Warabihime ataupun Oiran Sugimoto tidak ada apa-apanya kannn? " celetuk salah seorang gadis.
"Kannnn" balas gadis lainnya, setuju.
"Oi! Kita harus pergi! Melihat tidak adanya tawaran rumah pelacuran yang akan membelimu, kurasa aku akan melakukan sesuatu agar kau bisa masuk" Uzui menarik gadis jadi-jadian itu.
Yang asik, ikut menguping bersama gerombolan gadis jauh dari tempat nya berdiri, mematung menatap keramaian yang berangsur-angsur bubar.
----****----
"APA KAU AKAN PERGI LAGI!" teriak sebuah seseorang memecah heningnya malam.
Samar terdengar suara desahan yang keluar dari beberapa kediaman rumah pelacuran yang berdiri saling berdempetan.
"KATAKAN SESUATU! KATAKAN APA ALASAN MU!"
Emosi memakan sifat tenang milik gadis itu, air mata menggunung di pelupuk matanya.
Jari-jemari nya bergetar hebat, dan ia terus menggigit bibir bawahnya, menahan isak.
Wanita dewasa itu berbalik, ia tak terlihat begitu terkejut menemukan seorang gadis yang tiba-tiba mengaku sebagai putrinya.
"Aku mengingat mu! Malam dimana kau meninggalkan ku yang berusia 6 tahun di panti asuhan itu! Kau tak pernah menjelaskan apapun padaku, tidak bahkan sebuah kebohongan yang sanggup membuatku bahagia"
Terlambat...
Pertahanannya runtuh, berantakan, tangis nya pecah, mengalir membasahi pipi.
"Aku akan percaya padamu, apapun yang kau katakan padaku, bahkan jika itu sebuah dusta! " suaranya menguap, menjadi tak begitu jelas untuk didengar.
"Siapa namamu? " tanyanya tenang.
Paras cantiknya seolah menyihirmu untuk berhenti menangis, menarik kewarasan mu untuk tetap tegar dan memberi penjelasan tanpa air mata.
Tatapannya sedingin es, tapi meresak masuk ke hatimu yang terbakar panas kerinduan dan amarah.
Ia adalah wanita tercantik yang pernah kau lihat.
Desir darah milik Amaterasu pun iri padanya.
Ia adalah...
"Ibu! "
"Aku (Full Name)! Apa 13 tahun meninggalkan ku membuatmu lupa dengan nama darah dagingmu sendiri? "
Tak lama kemudian tatapan mu menjadi sama seperti miliknya.
Sedingin es, jejak darah memang tak bisa dibohongi. Kalian begitu mirip satu-sama lain.
"Begitu yah..."
Wanita itu nampak menimang-nimang, lalu tersenyum hangat untuk mu seorang.
Ia mendekat, gemerincing Haori berumbai bel emas miliknya, mengalun seirama dengan langkahnya.
Kedua tangannya membelai pipimu, dan membawamu merebahkan kepala mu di dekapannya.
"Maafkan aku... "
"Telah membiarkan mu sendirian begitu lamanya"
"Ibu... " isakmu menjadi, otak mu bahkan tak menyangka kalian bisa dipertemukan di tempat ini, dimasa ini.
"Maafkan aku... " ujarnya lagi.
Kau menggeleng, memberinya isyarat bahwa yang berlalu biarlah berlalu. Kau akan memaafkannya, karna setelah ini kalian akan duduk dan berbicara.
Menatap mata satu sama lain.
"Tidak! Maafkan aku... "
"Aku tidak tau siapa dirimu..."
To be continue~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top