13. Permaisuri Sang Phoenix Api

"Rengoku-san tiba-tiba mengatakan hal itu, aku tak bisa tenang sama sekali! " ujarmu sendirian. 

Kau bahkan tak bergeming dari teras setelah Rengoku meninggalkan mu.  Apa yang sebenarnya sang pria penyandang posisi pillar api itu pikirkan? 

"Benarkah ia mencintaiku?  Argh!  Kalau begini jadinya persis seperti yang Ubuyashiki Kagaya telah prediksi itu! Tidak! Tidak! Aku tidak bisa Himeko dan yang lainnya menungguku! " sambungmu. 

Lalu menekan dadamu sendiri yang terasa perih,  kepala mu tertunduk rendah, memandang bebatuan taman. 

Pipimu memanas,  dan detak jantungmu tak karuan. Kau tak pernah merasakan perasaan aneh seperti ini, tidak pernah sekalipun. 

Tentu saja kau yakin itu bukan berarti kau mencintai Rengoku.  Meskipun tak memiliki ayah dan ibu,  kau memiliki segudang adik dan kakak di panti asuhan,  kau mengenal cinta, kau mencintai mereka, tapi rasanya tidak sesakit ini. 

"Ada apa denganku? " tanyamu setelah menemukan air mata mengalir begitu saja,  membasahi kedua pipi mu. 

"Ada yang salah denganku! " ujarmu, lalu menguatkan diri untuk berdiri. 

"Permisi!  Apa ada kuil di sekitar sini? " tanyamu kepada pemilik penginapan. 

"Kuil? Keluar dari penginapan ini 200 meter ke arah kanan,  lurus saja dan ambil belokan yang paling dekat dengan rumah manisan, dari sana berjalam sedikit saja pasti bisa melihatnya,  kuilnya sedikit naik hampir memasuki hutan, tapi ada apa tiba-tiba bertanya kuil malam-malam begini? " tanyanya balik. 

"Ah!  Aku merasa buntu dan ingin berdoa saja! " balasmu sekenanya,  tak begitu pandai membuat alasan. 

"Begitu yah! Jangan pergi terlalu lama yah! " pintanya terlihat cemas. 

"Baik,  terimakasih banyak telah menunjukkan jalannya!  Kalau begitu aku akan pergi sekarang" pamit mu, mengamit sandal penginapan dan mulai berjalan sendiri.

Angin kuat menerpa mu ketika kedua kaki itu benar-benar keluar dari gerbang peninapan.  Itu bukan pertanda baik, namun perasaan mu tak bisa tenang sebelum pergi kekuil. 

Mengambil arah kanan seperti intruksi Ibu penginapan, 200 meter itu cukup jauh, sunyi dan mencekamnya malam tak membuat mu ketakutan. 

Permintaan dan pernyataan Rengoku lah yang membuatmu merasa ketakutan,  takut jika kau menolaknya akan ada hal buruk yang akan terjadi. 

Sampailah kau di jalan bercabang,  saat berniat mengambil cabang yang paling dekat toko manisan Anmitsu kau terpaku melihat seorang gadis bersama seorang pria. 

Mereka bergandengan tangan,  sambil tertawa. Membuatmu yang tak melakukan apa-apa tersipu malu. 

"Apa yang ku pikirkan! " tepis mu. 

Sekilas kau melihatnya seolah-olah mereka berdua adalah kau dan Rengoku.

Kaki mu kembali berjalan,  menuju kuil dan menaiki anak tangganya yang bukan main banyaknya. 

Kau telah terbiasa,  bahkan 6 bulan terakhir ini telah terbiasa dengan daerah pegunungan,  toh kuil tempat mu tinggal lebih tinggi dari kuil ini. 

Bertepuk 3 kali sebagai ucapan salam, kau memanggil namanya. 

"Tenjin! Tenjin!  Tenjin-sama!" teriak mu memanggil sang pemilik kuil. 

Namun ia tak juga muncul, benar juga!  Akhir tahun sebentar lagi dan dewa-dewi sangat sibuk mengurus,  urusan mereka masing-masing. 

Apalagi musim ujian telah tiba,  kau yakin Tenjin benar-benar sibuk. 

Kembali dengan tangan kosong kau hanya bisa pasrah menerima keadaan.  Mungkin lain kali kau akan pergi ke kuil Ebisu atau Bishamon.

Di ujung jalan,  kau bisa mendengar tangisan seorang wanita yang berasal dari cabang jalan yang lain. 

Sementara tawa tersendat mengerikan seseorang yang juga terdengar dari tempat yang sama. 

Tak berpikir dua kali kau menghampiri asal suara itu,  takut terlambat seperti apa yang terjadi dengan Ibu Yuma hari itu. 

Berhenti disana,  di sebuah gubuk tua kau temukan seorang wanita berlari terseok, wajahnya terluka dan matanya tak bisa melihat. 

"Apa kau baik-baik saja? " tanyamu. 

Tentu saja tidak! Darahnya tak mau berhenti mengalir, ia kesakitan, namun kenyataan bahwa ia masih hidup membuatmu lega. 

"Oni! Tunanganku menjadi Oni! " tangisnya. 

Suara keributan muncul dari gubuk tua itu,  teriakan seseorang membuat kalian begidik ngeri.  Benarkah itu seseorang?  Dan bukan makhluk mengerikan lain. 

Sebuah makhluk berlumuran lumpur muncul dari sana, tak hanya berlumpur,  tubuhnya juga penuh lendir. 

"Hanako-chan! Kenapa kau lari dariku Hanako-chan! Aku tunangan mu! Malam ini kita akan menjadi satu!  Kemarilah Hanako-chan " bujuknya. 

"Akuta! " pekik wanita itu.

"Awas! " kau mendorongnya menjauh,  ketika sesuatu yang muncul dari tanah hampir menusuknya. 

Tubuhnya bisa terpisah-pisah dimana saja,  ini berbahaya. Kalian bisa saja lari dari tempat ini,  mengingat betapa lambatnya makhluk itu, namun tidak dengan gadis ini. 

"Baumu enak! Kau!  Kau harus menyatu denganku! " pekiknya kegirangan,  mengetahui santapannya kini tak hanya seorang. 

"Pergilah!  Lari!  Di dekat sini ada sebuah penginapan, pergilah kesana dan katakan ini pada Kyoujurou! " teriakku. 

Ia berlari terseok, sesuai perintahmu. 

"Kau pikir akan melepaskan mangsaku begitu saja! " teriaknya.

Menatap lenganmu, kau beranikan diri menggigit nya hingga darah mengucur deras dari sana, menetes diatas tanah.

Makhluk itu terkecoh,  sebuah mulut dengan taring-taring tajam muncul tepat di atas tetesan darah itu, melahapnya. 

"Oh!  Darah ini!  Darah ini!  Darah yang dibawa rumor!  Dengan ini aku bisa menjadi iblis bulan atas!  Aku akan melahap mu sampai ke tulang-tulang mu! " tawanya,  mulai mengejarku.

Sadar akan kecepatannya yang begitu lamban,  ia membangun sebuah pembatas berupa kurungan di sekitar gubuk itu.  Takkan membiarkanmu kabur seperti mangsa pertamanya barusan. 

Tombak-tombak tanah liat bermunculan dimana-mana,  seolah berbentuk ranjau otomatis dimana kakimu berpijak disanalah tombak itu akan keluar, tersandung sedikit saja kau akan menjadi sate tusuk. 

"Menarilah!  Menarilah!  Kau takkan bisa kabur dariku!  Takkan ada yang bisa menemukanmu! " ujarnya. 

Kau melakukan perlawanan sebisamu,  mengulur waktu sampai Rengoku datang. Percaya pada wanita yang kau temui itu akan menyampaikan pesan mu pada Rengoku. 

"Kau ini hanya bisa melawan jika ada tanah yah? " celetukmu mulai kehabisan nafas. 

"Apa maksudmu!  Jaga mulutmu!  Kau tak tau siapa yang berada di hadapanmu! " ia panik,  dugaan mu tak salah lagi. 

"Kalau aku memang hanya bisa menggunakan lumpur,  apa yang bisa kau lakukan sialan! " pekiknya. 

Kau mengeluarkan sebuah kertas mantra,  dan menulis sesuatu di atasnya dengan darahmu. 

Kanji dari kata "beton"

"Jadilah!" kau menempelkan kertas mantra itu di atas tanah yang cukup kering,  menghindari air membasahi tulisannya..

"Tanahnya! Tanahnya tak mau bergerak! " ujarnya panik. 

"Apa yang kau lakukan sialan! " teriaknya lagi,  kini menembakkan lumpur-lumpur ke arah mu. 

Tak memiliki banyak waktu untuk mengambil nafas kau kembali meloncat kesana-kemari. 

"Kalau tanahnya tidak bisa bergerak memangnya kenapa? Aku tinggal memakan mu ketika kau kehabisan stamina untuk bergerak, melihat wajahmu yang putus asa akan menjadi santapan terbaikku malam ini"

"Sayang sekali! Kalau begitu kau akan menungguku selamanya! " teriakmu menguatkan tekad. 

Kau tak bersenjata,  tak juga berkeahlian,  tidak memiliki pengalaman melawan Iblis sendirian namun manusia memikiki tekad di dalam hati mereka, tekadmu bulat menaruh harapan penuh bahwa Rengoku akan datang. 

"Kena kau kelinci kecil! " dinding itu ternyata juga bisa bergerak,  ia menarik tanganmu dan mulai mengerumuni mu, mencoba menelan mu hidup-hidup. 

Di dasar kakimu tergores sesuatu yang tajam,  seperti gigi, jangan-jangan mulutnya. 

"Aku kuat!  Ohh!!  Aku bisa merasakan darahmu bekerja dengan baik seperti darah orang itu! Aku akan menjadi kuat,  menduduki kursi Iblis bulan atas" tawanya mengerikan. 

Kau semakin tertelan, tak sedikitpun sanggup bergerak. 

"Rengoku-"

"KYOUJUROU!! AKU DISINI!!!" teriak mu memanggil namanya. 

Cepat, lumpur berlendir itu meresak masuk ke rongga mulutmu, membungkam teriakan mu agar tak bisa memanggil siapapun.

"Setelah kau sembuh kita akan benar-benar menikah! cepatlah sembuh oke?" 

"Aku hanya kelaparan, aku sangat lapar hingga tak sengaja membunuhnya dan memakannya!  Aku mencintainya! "

"Kau pembunuh, kau pembunuh!"

"Kembalikan putri ku! Kembalikan putriku, ia begitu mencintaimu! Dan kau mengkhianatinya dengan membunuhnya""

" Diam kalian semua keparat! Aku hanya kelaparan! Aku juga mencintainya! Kami akan menikah! Jika bukan karna penyakit aneh ini, aku juga tak ingin memakannya! Jika saja salah satu dari kalian mau berkorban untuknya! Benar juga! Jika aku memakan kalian disini ia mungkin akan kembali! Jika aku memakan kalian yang sebanyak ini, mungkin selamanya aku takkan kelaparan lagi" 

Kau melihatnya, tragedi berdarah yang dialami monster ini, ia juga kehilangan. Ia tak ingin membunuh siapapun, ia hanya kelaparan.  

"Apa para Oni itu sebenarnya juga korban? " pikirmu.

"Hei! Jika kau dan aku benar akan menyatu, setidaknya katakan padaku, apa kau menderita?" tanya mu telah tertelan sepenuhnya di dalam kubangan lumpur itu.

"Jika benar itu menyakitkan dan sulit, mengapa kau tetap diam tanpa meminta pertolongan siapapun?" tangis mu di dalam sana.

Kau ingin bertanya padanya, kau mengasihaninya. Namun sepertinya semua telah terlambat.

Semua terasa begitu cepat,  kumpulan tanah liat yang menelanmu itu pecah bak sebuah kendi keramik. 

Kyoujurou berdiri di depan mayat Iblis itu,  tatapannya mengerikan, sementara pedang berapinya membakar tubuh tak berkepala, tanah liat miliknya, lalu perlahan menghilang bagai debu yang terbakar api. 

Ia berbalik menghampiri mu. 

"Kyoujurou-" ucapan mu mengudara.

Sekarang bagaimana? Kau kebingungan.

"Soal permintaan mu tadi itu, aku-"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top