11. Perasaan Dari Surga
Kau benar-benar berharap bisa mempertemukan kembali ayah dan anak ini. Meskipun ia belum bisa berbicara, pasti ia merindukan keluarganya.
Itulah harapan yang membawa mu sejauh ini.
Jauh sekali...
100 tahun lamanya untuk sampai di tempat ini...
Masa lalu...
Namun,
"BAWA PERGI BOCAH ITU! AKU TAK INGIN MELIHAT PEMBUNUH ISTRI KU ADA DISINI! " pekiknya seorang pria berusia kira-kira 30 tahunan, mengusirmu.
Suara nya kini pasti telah sampai ke pekarangan rumah, mengejutkan beberapa pelayan yang bekerja mengabdikan diri di kediaman besar ini.
Kalian baru saja sampai beberapa waktu yang lalu, setelah bertanya kesana-kemari kediaman Satoru, nama keluarga Yuma.
Dan yang tengah berdiri di hadapan kalian ini adalah, kepala keluarga Satoru, Satoru Akihito, ayah kandung dari Satoru Yuma, bayi yang kau temukan hampir mati menjadi santapan iblis di gunung.
Pria ini menginjak-injak harapan yang telah kau bangun berhari-hari.
Bukan! Bukan itu masalah utamanya.
Ia telah membuang Yuma.
"Apa yang anda katakan! Ini anak anda! Apa anda berniat membuangnya dan menjadikannya yatim piatu? " tanyamu sarkas.
Kenangan buruk kembali, memaksamu mengingatnya hanya dengan berhadapan dengan tua bangka keji ini.
"Ini tak ada hubungannya dengan mu! Ia seorang pembunuh tak taukah kau akan hal itu!" ia melempar mangkuk berisi sarapan yang telah disediakan pelayan keluarga Satoru tepat mengenai kakimu.
Panas melepuh bubur itu membasahi kaus kaki mu, seolah membakar permukaan kakimu secara perlahan dan menyakitkan.
Rengoku telah berusaha menarikmu pergi dari tempat ini, namun kau tetap setia berdiri, tak gentar menghadapi amarah pria itu.
"Andai saja istriku tak sedang mengandungnya! Aku bisa membawa nya bepergian bersamaku, dan tak meninggalkannya di desa itu! Desa yang berada dikaki gunung itu! Itu semua karna salahnya! Karna ia berada di kandungan istriku! " pria itu terus memaki Yuma.
Yuma seolah mengerti, usianya bahkan belum genap dua bulan. Namun tangisnya mengiris hati, seolah paham bahwa Ibunda tercinta telah pergi dari sisinya. Rengoku maju, garis wajahnya mengeras.
"Itu terlalu berlebihan-"
Amarah terpancar jelas dari seluruh tubuhnya.
"Rengoku-san! Kumohon bawa Yuma sebentar! " kau menghentikannya, dan menyerahkan bayi itu.
"Coba katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi tentang Yuma" pintamu.
"Bocah sialan itu-"
Kau berlari, berniat menamparnya kuat-kuat. Namun ia mengelak dariku begitu cepat, nampaknya refleksnya ketika menjadi pemburu iblis bukan main-main.
Tangannya mengunci kedua tanganmu, Rengoku menatap mu khawatir seolah bingung ingin mengaman kan Yuma dari benda-benda yang dilempar pria itu atau menolongmu.
"Ia hanya sebuah petaka bagi keluarga kami, kedatangannya adalah sebuah kutukan! " sambungnya lagi.
Kau naik pitam, dengan menahan nafas di sekitar diaghfraghma mu kau kumpulkan kekuatan mu di sekitar perut.
Brakkk...
Dalam satu gerakan kau membanting tubuh yang jauh lebih besar darimu itu kelantai. Buru-buru kau menindihnya, kedua tanganmu terkepal kuat-kuat dan menghantam wajahnya.
Kaki-kaki kecilmu itu menahan pinggulnya, agar tak bergerak, agar tak bangun dan melawan.
Pukulan pertama dan kedua tak mengenainya, dan malah menghantam lantai kayu hingga membuat lubang dan menembusnya. Serpihan kayu tertancap, meninggalkan luka perih dan darah di kedua tangan.
"Hentikan! Nona tolong hentikan! Apa yang kau lakukan di kediaman orang lain! "
"Ayah berhenti! Ayah! Kumohon berhentilah! " sekumpulan penghuni kediaman ini mencoba memisahkan kami.
"Lepaskan aku! Lepas! Aku akan menghancurkan gigi-giginya hingga mulutnya tak lagi bisa bicara!" teriakmu menyingkirkan tangan-tangan yang mencoba menghentikanmu.
"Katakan lagi!" hantaman ketiga berhasil menyentuhnya.
"Katakan sekali lagi, katakan Yuma kenapa!?" teriakmu.
"Ia hanya sebuah kutukan! " balasnya tak kalah keras.
Saat itulah, dahimu menyundul nya kuat-kuat, hingga darah mengalir di sekitar pelipis mu.
"Tolong... " sesenggukan, terdengar dari bibirmu.
Ekspresi mu berubah drastis, yang mulanya amarah menjadi sebuah tangis pilu.
"Tolong jangan anggap dia sebuah kutukan, istri anda Ayano-san akan merasa sedih"
Ia menangis, tak pernah sekalipun ia mengatakan nama mendiang istri yang sangat ia cintai itu. Lantas bagaimana?
"Bagaimana kau bisa mengetahui namanya"
---***---
Situasi menjadi lebih tenang sekarang.
Kalian berdua duduk berhadapan, meskipun penampilan mu sungguh tak beradap.
Darah mengalir dari sana-sini, luka lebam dan membengkak terasa semakin menjadi. Para pelayan kediaman menawarkan perawatan luka itu, namun kau tolak mentah-mentah kebaikan mereka, bukan tanpa sebab.
Kau menunggu pria ini, selesai membaca sebuah surat yang kaubawa dari kediaman kupu-kupu. Hal ini sudah kaurencanakan matang-matang.
Air matanya mengalir, membuat wajah menyeramkan miliknya itu tak lagi bisa menakutimu.
"Apa ini benar-benar dari istriku? " tangis nya pecah.
"Aku yang menulisnya! Kanjinya begitu jelek aku sadar diri! Tapi sudah kukerahkan semua yang kubisa untuk menulis pesan terakhir istrimu" ujarmu blak-blak an.
"Kau menulisnya? lelucon macam apa ini" tangannya meremas surat itu.
"Tapi aku yakin, meskipun literasiku begitu buruk, semua yang ada di surat itu, jika anda memang suaminya, jika anda memang mencintainya maka! Aku yakin anda pasti paham, itulah, itu semua yang mendiang istri anda Ayano-san ingin sampaikan pada anda" aku menatapnya.
"Ayano-san ingin anda melindungi Yuma, sebagaimana ia melindunginya, Yuma masih sangat kecil! Ayano-san, istri anda ingin ia bisa lebih lama melihat indahnya dunia ini, ia ingin melihat betapa hebat nya sang ayah dan kakaknya, ia ingin menitipkan Yuma sebagai seseorang yang akan menggantikannya mencintai anda Satoru-san" jelasmu, tak kuasa air mata mengalir.
"Jadi kumohon, jangan, jangan katakan hal mengerikan itu pada Yuma, anak mu sendiri! Kalau kau mengatakannya, itu sama seperti menghina pengorbanan dan keinginan mendiang istrimu!" kedua iris (E/C) itu berkaca-kaca, kau menutup wajahmu, suara tangismu terdengar samar, tak ingin memperlihatkan betapa memalukannya dirimu saat ini.
---***---
"Apa tak sebaiknya kita tak menerima tawaran tuan rumah untuk tinggal malam ini? Diluar sana berbahaya" tanya Rengoku padamu, untuk kesekian kalinya.
"Tidak!" jawabmu sekenanya.
"Kau ini keras kepala sekali!" celetuk Rengoku tak sadar diri.
Kalian melewati lorong-lorong perumahan, tepat di depan mata terdapat cahaya lampu-lampu kota, mungkin kalian tengah berdiri tepat di depan pasar malam. Berbagai macam orang berlalu-lalang, dari yang muda, para pasangan sampai yang telah renta.
"Aku tak mau mendengarnya darimu! Lagipula, Rengoku-san, jika aku tinggal lebih lama dirumah itu, apa menurutmu aku bisa rela melepas Yuma?" ujarmu berbalik menatapnya.
"Kalian bisa saling mengunjungi bukan? Yuma akan tumbuh dewasa, begitu pula dirimu, kalian bisa bertemu lagi, selama kalian berdua masih hidup, untuk itulah aku dan para pembasmi iblis lainnya ada! kami akan melindungi kalian" ucapnya percaya diri, menyemangati mu.
"Tidak bisa!" kau kembali berjalan, sebisa mungkin berniat mengabaikannya, dan perasaan yang menekan nyeri dadamu itu.
"Tunggu dulu! apa maksudmu tidak bisa?" tanyanya menggenggam lengan mu.
"Kurasa kau telah mendengarnya dari Ubuyashiki-san" aku tetap tak ingin menatapnya.
"Tentang mu yang berasal dari masa depan itu? Dan terdampar disini tanpa tau mengapa?" aku mengangguk.
"Alasan ku bisa sampai kemari, mungkin karna mendiang ibu Yuma memanggilku, meskipun kenyataannya aku tak bisa menyelamatkan mereka berdua, mungkin beliau sadar ia takkan selamat dan menginginkan setidaknya Yuma bisa terus hidup dan mengembalikan ke keluarganya, jadi dengan kata lain tugas ku selesai sampai disini dan aku akan segera kembali ke masa ku" tawamu pilu.
Kau tak mengerti, mengapa sulit meninggalkan masa ini, apa karna Yuma? Atau kau yang telah nyaman tinggal di kediaman kupu-kupu? atau ada sesuatu yang lain? Alasan lain yang lebih mendasar dari itu semua.
To Be Continue~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top