Kamado Tanjirou
Apa kalian mengenal (Surname) (Name)?
Tentu semua mengenal gadis itu. Dia adalah sang gadis yang berkedudukan tinggi di pasukan pemburu iblis.
Ya, dia adalah pillar.
(Name) memiliki gelar sebagai pillar bunga. Ia selalu bersikap ramah dan ceria pada semua orang yang ditemuinya. Kepribadiannya yang ramah dan menyenangkan seperti itu menjadi ciri khas tersendiri, yang bahkan terkenal sampai ke pemburu iblis peringkat bawah sekalipun.
Ia sangat suka berbicara pada siapa pun, termasuk orang yang baru saja dikenalnya.
Saat ini (Name) dan kesembilan rekan sesama pillar pun tengah berkumpul dalam pertemuan rutin setiap enam bulan sekali. Kehadiran Ubuyashiki Kagaya selaku ayah dari pasukan pemburu iblis membuat (Name) menahan diri untuk tidak mengajak bicara Rengoku Kyoujurou si pillar api yang ada di sampingnya.
Meski begitu, rapat pillar belum langsung dimulai.
Tampaknya ada seorang bocah berpangkat mizunoto yang melanggar kode etik pemburu iblis, yaitu melindungi oni. Dia adalah sepasang kakak-beradik, di mana sang kakak menginginkan adiknya untuk kembali menjadi manusia.
Sang kakak bernama Kamado Tanjirou, dan si adik bernama Kamado Nezuko.
Sejujurnya (Name) tak begitu tertarik pada Tanjirou. Toh, Tanjirou tak lebih dari pemburu iblis berpangkat rendah seperti pemburu iblis yang selalu menyapanya. Tak ada sesuatu yang tampak 'khusus' darinya.
(Name) lebih tertarik pada adiknya. Menurut penjelasan yang diberikan oleh Tanjirou, Nezuko sama sekali belum pernah membunuh atau memakan manusia barang sekali pun.
Bukankah itu menarik?
Seharusnya oni akan kelaparan jikalau tak mengkonsumsi manusia.
'Seandainya Nezuko benar-benar tak memakan manusia, aku ingin berteman dengannya~!'
(Name) memandang Nezuko dengan mata berbinar-binar, penuh rasa ingin tahu apa yang akan terjadi. Saat itu, Nezuko tengah dihadapkan pada Shinazugawa Sanemi si pillar angin yang dengan sengaja melukai dirinya sendiri.
"Horaa, horaa! Bagaimana, oni?! Ini adalah darah kesukaanmu!"
(Name) terkekeh kecil, kala Sanemi yang terkenal barbar itu tampak memprovokasi Nezuko dengan perkataannya. Entah sang oni mengerti perkataan Sanemi atau tidak.
Nezuko menggeram kecil, air liur telah membasahi bambu yang digigitnya. Matanya menyiratkan nafsu, selayaknya oni yang SANGAT kelaparan.
"Ohh, tampaknya ini mulai menarik~! Kau setuju kan, Rengoku-san~?!"
Tanpa sengaja, (Name) keceplosan bicara dengan suara yang cukup keras, membuat kesembilan pillar yang ada di sana menatap gadis ber-haori motif bunga itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"... Eh, maaf."
Tokitou Muichirou sang pillar kabut memandang gadis di sebelahnya ini dengan tatapan datar. Menyadari tatapan dari pujaan hati yang diarahkan padanya, membuat (Name) tampak gugup.
"(Surname)-san ... ."
Suara bariton khas Muichirou menyapa indera pendengaran (Name). Ia menarik napas panjang, sebelum mengulas senyuman semanis mungkin pada laki-laki berambut rumput laut itu.
"Ya, Muichirou-kun?"
"Jangan berisik di saat seperti ini."
"Baik, Muichirou-kun!"
Muichirou menghela napas ketika mendengar jawaban (Name) yang terkesan antusias itu sebelum ia memfokuskan netranya pada Sanemi dan Nezuko.
Dalam hatinya, (Name) merasa senang karena bisa 'diajak berbicara' oleh Muichirou, cinta pertamanya yang telah membuat (Name) bersusah payah mengincar posisi pillar supaya bisa selangkah lebih dekat dengan Muichirou.
Suara tali yang putus membuat beberapa pasang mata menoleh ke sumber suara, dan mereka mendapati sosok Tanjirou yang entah sejak kapan berhasil membebaskan dirinya.
"NEZUKO!"
Seakan panggilan namanya adalah suatu mantra, Nezuko terdiam beberapa saat, sebelum ia memalingkan wajahnya. Seketika semua pillar tersentak, mendapati Nezuko yang berhasil menahan diri.
"Wuaaa! Sangat menarik~!" Mata (Name) kembali berbinar-binar bahagia melihat Nezuko.
***
"Ohayou, Kamado-kun~! Hari yang cerah, ya~! Oh, di manakah adikmu? Aku ingin melihatnya dari dekat!"
Beberapa hari setelah rapat pillar berlalu, kini sang pillar bunga tengah berada di cho-yashiki, tempat di mana Kamado bersaudara berada.
Niatnya takkan goyah sedikitpun meski banyak pillar yang melarang (Name) untuk mendekati Nezuko. Lain cerita jikalau (Name) ingin membunuhnya, dengan senang hati mereka mengutus (Name) untuk segera pergi ke cho-yashiki.
"Ah, ohayou! Anda ... nona pillar bunga?"
Tanjirou memakai nada sesopan mungkin terhadap (Name). Sejujurnya, ia sedikit khawatir pula. Apa yang dilakukan (Name) di sini? Ingin membunuh adiknya, kah?
"Panggil (Name) saja cukup, Kamado-kun~!" (Name) membuat tanda peace dengan jarinya, mengeluarkan aura santainya seperti biasa. "Aku hanya setahun lebih tua darimu!"
"Ah, baiklah (Name)-san." Tanjirou yang memakai baju harian khas cho-yashiki pun menggaruk pipinya dengan canggung. Netra merahnya memandang lurus (Name). "Ada perlu apa dengan Nezuko?"
"Maaf, tapi jika kau mau melukai Nezuko, aku takkan membiarkanmu."
Menyadari tatapan Tanjirou yang menjadi semakin tajam membuat (Name) berusaha menahan tawa, kala perkataan yang diucapkan Tanjirou sangatlah lucu baginya.
"Aku tidak memiliki niat seperti itu~! Jangan samakan aku dengan Shinazugawa-san, Kamado-kun!"
"... Lalu? Apa tujuanmu mencari Nezuko?"
(Name) tersenyum lebar, seraya membuat gestur berpikir dengan meletakkan jari di dagunya. "Hmm, jika harus kujawab, mungkin aku ingin berteman dengan adikmu!"
"Eh?" Tanjirou memiringkan kepalanya bingung. Berteman dengan Nezuko?
"Yah ... adikmu berbeda dari oni biasa. Unik sekali menemukan oni yang bisa menahan diri dari darah, lho!"
Tanjirou mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, memahami maksud dan tujuan (Name). "Sayang sekali, (Name)-san. Aku senang kau mau berteman dengan Nezuko. Sayangnya, saat ini dia sedang tidur."
"Tidur?"
Tanjirou hanya bisa menghela napas panjang seraya menggaruk pipinya. "Emm ... Nezuko tidak memakan manusia, kan? Jadi, untuk mengisi energi, dia harus tidur."
"Ah, astaga!" (Name) memanyunkan bibirnya saat mendengar jawaban Tanjirou. Ia melangkah mendekati Tanjirou seraya tersenyum lebar. "Tunjukkan di mana kamarnya. Akan kubangunkan dia!"
"Tidak boleh, (Name)-san!" Tanjirou menghalangi langkah (Name) yang semakin menjauh. "Nezuko butuh istirahat!"
"Hahh? Aku juga butuh istirahat, tapi aku menyempatkan datang ke sini demi berteman dengan Nezuko, lho!"
"Kalau begitu, tolong datang saja lain kali! Nezuko harus istirahat penuh!"
"Ehh, tapi aku sudah ke sini, lho! Masa kau mengusirku?"
"Bu-bukan begitu maksudku, tapi aku--"
"Sudahlah! Aku akan mencari kamar Nezuko sendiri!"
"Ja-jangan!"
***
"Oke, Kamado-kun dan (Surname)-san, bisa jelaskan kenapa kalian penuh luka seperti ini?"
Kini Tanjirou dan (Name) tengah duduk di lantai, dihadapkan dengan Tsuyuri Kanao, Kanzaki Aoi, dan sang pillar serangga, Kochou Shinobu.
Meski Shinobu saat itu sedang tersenyum manis, indera penciuman Tanjirou tak mungkin salah.
Aroma Shinobu benar-benar SANGAT menunjukkan kalau dia marah.
"Shinobu-sama, dua orang ini berkelahi sepanjang koridor! Orang yang dirawat di sini jadi terganggu karena ulah mereka!" Aoi mengadukan segala hal yang ia lihat beberapa saat lalu.
"Araa ... apa itu benar?"
"Kochou-san, aku hanya ingin bertemu dengan Nezuko, tapi Kamado-kun melarangku habis-habisan!" (Name) melirik Tanjirou yang duduk di sampingnya dengan sebal.
Tanjirou menggelengkan kepalanya, tak menerima tuduhan yang tak sepenuhnya benar itu. "Maaf, tapi Nezuko butuh istirahat! Karena itu aku melarangnya!"
"(Surname)-san, Kamado-kun benar. Nezuko butuh istirahat. Lebih baik kau tidak mengganggunya, oke?"
"Tapi, Kochou-san ... aku hanya ingin berteman dengan Nezuko!"
Shinobu menghela napas panjang kala menghadapi rekannya yang terbilang keras kepala itu. Ia berdiri dari posisinya dan langsung mengambil langkah untuk keluar dari ruangan itu, diikuti oleh Kanao dan Aoi.
"Pokoknya, (Surname)-san dan Kamado-kun, jika masih ingin berada di sini, tolong jangan buat masalah."
"Ha'i"
Keduanya menjawab bersamaan. Shinobu tersenyum untuk yang terakhir kalinya sampai akhirnya dia benar-benar meninggalkan ruangan.
Setelah memastikan bahwa Shinobu sudah tak ada di sana, (Name) langsung membuka mulutnya. "Ini semua salahmu, Kamado-kun ... ."
"Aku tidak sepenuhnya salah. Aku hanya ingin melindungi Nezuko!"
"Kau pikir aku akan menerkam Nezuko, hm? Kau tak perlu melindunginya dariku! Aku takkan membuat masalah!"
"Kau mau membangunkan Nezuko dan kau bilang itu bukan masalah? Itu masalah BESAR."
"Hahh?! Setelahnya dia boleh tidur lagi, kok!"
"Maaf, tapi itu tetap saja itu memotong waktu istirahat Nezuko!"
Kemudian, mereka berdua saling beradu kata-kata, melempar kesalahan dan bantahan masing-masing.
***
Dan hari kemudian berlalu, entah sudah berapa lama (Name) masih berada di cho-yashiki. Pada malam hari pun ia tetap memburu iblis, tapi di siang hari ia selalu menetap di cho-yashiki.
Hari-hari damai Tanjirou saat latihan sedikit terganggu karena gangguan dari (Name) yang tiada henti. Mulai saat Tanjirou bangun, (Name) sudah bersiap di samping Tanjirou.
Satu pertanyaan selalu mengawali hari Tanjirou, yaitu 'apakah Nezuko sudah boleh dibangunkan?' Meski jawaban penolakan selalu didapatkan setiap har, gadis itu tak pernah menyerah.
"Anoo, (Name)-san. Bolehkah aku minta dilatih olehmu?"
Suatu waktu di pagi hari, tiba-tiba saja Tanjirou menanyakan hal tersebut, kala (Name) masih asik memakan sarapannya.
"Eh? Melatihmu?" (Name) menatap Tanjirou bingung, seraya mulutnya masih mengecap rasa ochazuke favoritnya.
"Mungkin ini sedikit mendadak ... tapi menurut Naho-chan, kau sangat berbakat dalam mengolah pernapasan konsentrasi penuh dan bahkan kau bisa memecahkan kendi dengan mudah," jawab Tanjirou dengan canggung. "Ah, tapi kalau tidak mau, tak masalah, kok!"
(Name) meletakkan mangkuknya yang sudah kosong, tangannya beralih dan mengambil secangkir teh dan menyesapnya. "Sou ka ... aku mengerti."
"Baiklah, aku akan melatihmu. Tapi, tolong izinkan aku bertemu Nezuko, oke?"
"Ha'i! Arigatou gozaimasu, (Name)-san!"
Dengan kedua tangannya, Tanjirou menggenggam tangan (Name) dengan senyuman tulus yang tak kunjung hilang dari wajahnya. "Ternyata, (Name)-san benar-benar baik, ya!"
Tanjirou kemudian mengambil langkah untuk keluar dari ruang makan di sana. Ia melambaikan tangannya ke arah (Name). Senyuman di wajahnya masih belum pudar.
"Jaa! Nanti tolong datang ke ruang latihan ya! Hontou ni arigatou!"
Tanjirou telah pergi dari ruangan tersebut. Namun, entah kenapa rasanya (Name) berdebar-debar kala mengingat wajah Tanjirou.
Hanya dengan melihat senyumnya saja, jantung (Name) berdetak dengan tak beraturan. Apa ini berarti (Name) menyukai Tanjirou?
'Eh, apa-apaan diriku ini?'
'Aku menyukai Kamado-kun? Yang benar saja!'
'A-aku menyukai Muichirou-kun. Bukan Kamado-kun!'
'... tapi ... kenapa jantungku berdetak tak keruan seperti ini hanya dengan senyumannya itu?!'
***
"Huwaa, akhirnya kendi ini bisa pecah!"
Selang beberapa hari sejak (Name) mulai melatih Tanjirou, dan akhirnya laki-laki beranting hanafuda tersebut bisa memecahkan kendi yang berukuran agak besar.
"Ternyata (Name)-san benar-benar pandai mengajar, ya! Aku sangat bersyukur kau bersedia mengajariku!" Senyuman secerah matahari terulas di wajah Tanjirou.
'Astaga, jangan tersenyum, Kamado-kun.'
'AKU BISA MATI KARENA BERDEBAR, TAHU!'
"Ehh, kenapa wajahmu terlihat aneh, (Name)-san? Apa kau sakit?" Tanjirou menyibakkan poni yang menutupi kening (Name) dan meletakkan telapak tangannya di situ. "Suhu tubuhmu normal-normal saja."
"Aku tidak apa-apa, Kamado-kun. Mari kita lanjutkan latihannya!"
"Ha'i, (Name)-san!"
***
Hari ini memasuki hari terakhir sebelum Tanjirou berangkat dalam misi barunya bersama Kyoujuro dan kedua temannya.
Di sinilah (Name) berada sekarang, di atap cho-yashiki sambil menikmati udara dingin malam hari yang cukup menusuk.
Dalam hatinya, ia ingin sekali pergi dalam misi tersebut hanya demi melihat Tanjirou. Namun, apa dayanya. Satu pillar saja pasti sudah cukup dalam misi kali ini.
Pasti.
(Name) hanya bisa berharap semoga Tanjirou akan kembali dalam keadaan hidup.
"Astaga ... kenapa bukan aku yang ditugaskan dalam misi ini ... ."
Netra seindah bunga milik (Name) menatap ke atas, memandangi sang bulan yang menyinari dunia dengan pantulan sinarnya.
(Name) menghela napas panjang kala mengingat besok ia akan berpisah dengan Tanjirou. Dan juga, ia bahkan belum sempat berteman dengan Nezuko.
Menyedihkan.
"Ah, (Name)-san! Kau ada di sini rupanya."
Suara yang khas ini tentunya sangat (Name) kenali. Ini adalah suara laki-laki yang telah menempati posisi di hati (Name).
"Ooh, Kamado-kun!" (Name) tersenyum manis seraya membalikkan posisi duduknya menghadap Tanjirou. "Apa yang kau lakukan di sini? Tidakkah kau beristirahat untuk besok?"
"Aku ingin menepati janjiku padamu, (Name)-san. Karena besok aku akan pergi, satu-satunya kesempatan adalah saat ini." Tanjirou kemudian menggeser badannya sedikit, menampilkan sosok oni yang menggigit bambu di mulutnya. "Nah, ayo ke sini, Nezuko!"
Tanjirou menggandeng tangan Nezuko sembari mendekati (Name). Keduanya kemudian duduk di samping (Name), dan ini membuat (Name) sangat senang.
"Untuk malam ini, ayo kita mengobrol sepuasnya! Aku yakin Nezuko akan menyukaimu, (Name)-san!"
"Arigatou ... Kamado-kun. Aku ... aku sangat senang!"
Malam itu, keduanya mengobrol di atap bersama-sama, dengan (Name) yang tak henti-hentinya menanyakan hal tentang Nezuko. Nezuko sendiri tampak senang saat (Name) mengelus kepalanya lembut.
(Name) sungguh berharap mereka dapat kembali seperti ini.
***
"Nee, Kamado-kun. Bisakah kau berjanji satu hal padaku untuk kembali?"
Entah sejak kapan pagi hari telah tiba, matahari bersinar dengan cukup terik, dan Nezuko telah kembali masuk ke dalam kotaknya.
Tanjirou akan segera berangkat. Ini berarti (Name) harus berpisah dengan si pujaan hati.
"Tentu saja aku akan kembali, (Name)-san. Aku berjanji."
.
.
.
.
End
.
.
.
.
Oke Rashi kembali datang dengan cerita ending menggantung--maksudnya dengan ending yang bebas dipikirkan oleh reader-tachi :D
Ini request dari NikishimaKumiko senpai, MAAF KALAU NGGAK SESUAI HARAPAN. Rashi agak bingung mikir alurnya :")
Dan Rashi bermasalah dalam menulis penokohan si Tanjirou :") /cry
Semoga cerita kali ini bisa menghibur ya, sankyuu udah mampir ke book ini. Jangan lupa pencet tombol bintangnya eheee
See you!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top