Third Day, Third Mission : Stalking You
"Aha!"
(Name) berhasil menemukan target sedang berjalan-jalan di Kota York Shin. Gadis itu hendak menyapa, mencoba bersikap normal. Namun, niatnya pupus begitu saja tatkala mendapati Killua tidak sendirian.
"Siapa ... gadis itu? Apakah dia keturunan terakhir suku Kuruta? Dari pakaiannya sih, sepertinya iya."
(Name) menatap lekat seorang gadis berambut pirang pendek berpakaian khas *suku Kuruta dari ujung rambut sampai ujung kaki, gadis itu melangkah beriringan dengan Killua. (Name) sempat mencurigai hubungan antara Killua dan gadis Kuruta tersebut. Pemikiran negatif pun bermunculan, namun gadis itu segera menepis kemungkinan buruk yang terbesit di benaknya untuk meyakinkan diri bahwa (name) bisa mendapatkan Killua.
"Semoga saja mereka tidak menyadari keberadaanku," bisik (name). Ia tengah mengendap-endap sambil tetap menjaga jarak kira-kira sepuluh meter dari Killua dan si gadis Kuruta. (Name) bergerak cepat untuk menyembunyikan diri di tempat tersembunyi untuk mengawasi gerak-gerik Killua dan gadis Kuruta itu.
"Mereka ... seperti pasutri saja." Gadis itu menghela napas. Entah mengapa, (name) merasa sedikit kecewa terhadap Killua yang ternyata memiliki hubungan dekat dengan seorang gadis cantik seperti gadis Kuruta itu.
"Yah, aku tidak terlalu cantik, setidaknya aku tidak berlebihan dalam penampilan." (Name) memerhatikan penampilannya; kaus putih polos dipadu jaket hitam bergaris biru dan celana panjang hitam, serta tatanan rambut (your hair style).
"Ah, sebenarnya aku kenapa, sih?" Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Memfokuskan diri pada misinya, (name) kembali mengendap-endap sembari memantau pergerakan targetnya.
"Mau ke mana mereka?" tanya (name) pelan sambil mengerutkan dahi.
Mulai menaruh prasangka dan curiga, (name) keluar dari persembunyiannya dan berjalan perlahan dengan jarak sekitar enam meter dari target. Gadis itu melangkahkan kaki sesantai mungkin, agar tidak ada yang mencurigai gelagatnya.
"Hm ... mencurigakan," gumamnya. Memata-matai orang lain membuat (name) jadi memikirkan hal yang tidak-tidak, sehingga gadis itu terus membuat kesimpulan berupa kecurigaan sebagai hal yang masuk akal dan sesuai logika.
Akan tetapi, lama-kelamaan, (name) mulai merasa geram kepada Killua dan si gadis Kuruta yang mulai melangkah memasuki wilayah pinggiran kota. Kedua target berjalan menyusuri sebuah gang kecil. Killua dan gadis Kuruta itu semakin menjauh dari keramaian, memunculkan berbagai pemikiran liar yang berkelebat dalam benak (name).
"Beginilah risiko membuntuti orang, pikiranku tak bisa diajak kompromi," gerutunya sembari berusaha menghapus pemikiran liarnya.
(Name) pun mengaktifkan *zetsu, berharap semoga Killua maupun gadis Kuruta itu tak menyadari keberadaannya. "Duh, mereka ini mau ke mana, sih? Kok, jauh banget perginya."
Merinding saat pemikiran liarnya kembali, (name) menepuk-nepuk pipi tembamnya. "Tidak mungkin, Killua tidak mungkin seperti itu," cetus (name) seraya mendekat perlahan ke arah Killua dan si gadis Kuruta.
'Sebaiknya, aku agak menjauh dari mereka,' batin (name). Ia menghentikan langkahnya untuk membiarkan targetnya berjalan terlebih dahulu. Barulah (name) berjalan mengikuti jalur perjalanan target dari jauh.
Sampai di suatu tempat, gadis itu merasa familier setelah mengobservasi lingkungan sekitarnya. "Sepertinya aku kenal tempat ini," pikirnya. Sambil menajamkan pandangan, (name) terkesiap ketika menyadari arah tujuan target.
"Ini gedung kosong yang waktu itu sempat aku datangi!" Gadis itu segera menutupi area mulutnya menggunakan kedua telapak tangan, ia tanpa sengaja mengeraskan suaranya tadi.
Dengan panik dan tergesa-gesa, (name) melesat cepat ke pohon besar yang tumbuh di sekitar gedung dan menyembunyikan dirinya di balik pohon besar tersebut.
'Aduh, hampir saja aku ketahuan, apa mereka menyadari keberadaanku?' batin (name) gusar. Mengintip dari balik pohon, ia dapat melihat Killua dan si gadis Kuruta berjalan memasuki gedung.
"Eh, tunggu aku, dong!" Mempercepat langkah dan berusaha untuk tidak menghasilkan suara, (name) lantas bergegas menyusul langkah target.
'Jauh banget masuknya, masuk sampai ke dalam sini buat apa, sih? Atau tebakanku tadi benar? Kalau iya ... ah, kalaupun iya, aku tetap akan menunggu mereka selesai!' tekad (name) dalam hati, ia tak ingin kehilangan informasi sekecil apapun tentang Killua.
Begitu masuk ke dalam gedung, udara lembap merasuki indra penciuman. Debu tebal yang menempel di mana-mana mengganggu pernapasan. Bagian dalam gedung cukup gelap, sumber penerangan hanya mengandalkan cahaya matahari yang menerobos dari celah-celah dinding gedung yang sudah retak. Gedung kosong itu benar-benar terbengkalai.
Sesampainya di pertigaan lorong, (name) diam-diam membuntuti Killua dan si gadis Kuruta berbelok ke lorong kanan. Namun, kecurigaan (name) tak luput juga, jadilah gadis itu mengaktifkan *gyo untuk memastikan prasangka buruknya terbukti benar ataukah salah.
(A/N : gyo-nya terletak di mata, seperti Gon yang menggunakan gyo-nya untuk melihat Nen orang lain).
'Baguslah, mereka tidak menyadari keberadaanku,' batin (name) lega saat mengetahui targetnya tak menggunakan *Nen mereka sama sekali, kemudian (name) menonaktifkan gyo-nya.
Tapi, (name) cepat-cepat bersembunyi saat targetnya berhenti berjalan.
"Halo?"
Suara Killua menggema di penjuru lorong gedung terbengkalai itu. "Berapa orang yang ada di sini?" lanjutnya, sambil tetap diam di tempat. Killua menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sosok seseorang yang dia rasakan berada di sekitarnya.
"Keluarlah! Kau menakutiku!" tambahnya lagi.
'Aku baru tahu Zoldyck bisa takut.' Dalam hati, (name) tertawa terbahak-bahak. Gadis itu menahan tawa dan napasnya agar tidak ketahuan sedang bersembunyi di bawah meja dalam sebuah ruangan yang dekat dengan posisi Killua saat ini.
"Kemarilah!" serunya lagi. Killua mulai geram, mondar-mandir memeriksa sekitarnya, namun tak berhasil menemukan siapa-siapa. Sementara, si gadis Kuruta tak berminat untuk membantu dan hanya menatap bosan pada Killua sambil bersandar di dinding.
"Kalau kau tidak mau keluar, aku yang akan menghampirimu!" teriaknya lagi. "Kalau kau hantu, jangan ganggu kami, kami hanya sebentar di sini."
(Name) yang tertawa tanpa suara ingin sekali menertawakan Killua tepat di depan orangnya. 'Hantu, katanya? Yang benar saja!' Sambil tergelak dalam hati, (name) menutupi area mulutnya dan menahan napas agar tidak dapat terdeteksi Killua.
Tak lama kemudian, (name) berhenti tertawa. 'Apa dia mendekat?' batinnya. (Name) mulai panik, gadis itu dapat merasakan hawa keberadaan Killua yang amat dingin dan begitu menusuk perlahan mendekatinya.
"Kurapika."
Killua memanggil gadis Kuruta yang ternyata bernama Kurapika. "Sepertinya ada di sini," ujar Kilua, jari telunjuknya menunjuk sebuah ruangan berisi tumpukan meja reyot dan kursi usang. Dan ruangan itu tempat (name) bersembunyi.
"Huh ... mau sampai kapan kita di sini?" tanya Kurapika. "Sudahlah, jangan pedulikan apapun itu yang ada di sini," lanjut Kurapika sembari mengeluh.
"Tapi ini sangat rahasia."
"Kalau rahasia, kenapa kau beritahu padaku?" Kurapika pun jengkel menghadapi Killua yang terlalu bertele-tele hanya karena ingin mengungkapkan suatu rahasia kepadanya.
"Rahasia ini tak aku mengerti, dan hanya kau yang akan mengerti!" tukas Killua mantap, seakan apa yang akan dikatakannya sangatlah hebat.
"Huh, baiklah, apa itu?"
Killua tersenyum misterius pada Kurapika. "Tidak di sini," jawabnya. Killua masuk ke dalam ruangan yang ditunjuknya tadi dan melompat ke atas sebuah meja reyot tempat (name) bersembunyi.
Bugh!
Kalau saja Killua tidak bertubuh ramping, mungkin meja reyot itu sudah hancur lebur akibat dipijak dan didudukinya.
'Mama, dia akan menemukan aku!' batin (name) panik. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya, gadis itu selalu merasa panik saat bersembunyi lantaran takut langsung ditemukan si pencari. Baik itu ketika bermain petak umpet atau sedang kejar-mengejar dalam misi, (name) selalu merasa panik ketika bersembunyi.
"Ayolah, kau terlalu lama," dengus Kurapika.
"Kau penasaran sekali, ya."
Killua tertawa saat Kurapika menatapnya sebal. "Baiklah, akan kukatakan sekarang!" ucap Killua riang, seakan rahasia yang disimpannya itu sangat hebat untuk diceritakan.
(Name) yang sedari tadi menguping pun ikut penasaran, gadis itu juga ingin tahu lebih banyak infromasi tentang Killua.
"Hm, cepatlah," pinta Kurapika tak sabaran.
"Sebelum aku menceritakan rahasiaku, apa kau ingin bertanya lebih dulu? Jadi, tidak akan ada jeda saat aku bercerita nanti," saran Killua. "Bagaimana? Kalau kau bingung dengan ceritaku, akan aku jawab pertanyaanmu saat aku selesai," lanjutnya.
"Iya saja biar cepat," balas Kurapika ketus.
"Haha, santai saja, Kurapika," kelakar Killua, menertawakan seorang Kurapika adalah hal yang asyik menurutnya. "Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?" tanyanya kemudian.
"Kenapa jadi kau yang bertanya?" Kurapika menaikkan sebelah alisnya heran, Killua yang tidak mengerti terhadap apa yang Kurapika tanyakan pun kebingungan.
"Ah, sudahlah, lebih baik kau tanyakan apa saja daripada kau mati bosan di sini karenaku," ujar Killua seraya membenarkan posisi duduknya di atas meja reyot yang malang tersebut.
Kurapika mendengus sebal. "Sebenarnya kau ini kenapa? Tidak biasanya kau seperti ini, ada apa dengamu?" tanya Kurapika.
Killua kembali dibuat bingung. Namun, cepat-cepat Kurapika menambahkan pertanyaannya, "Kau jadi aneh, apa karena rahasiamu ini kau aneh seperti ini?"
Kurapika sempat heran, kenapa tidak ada yang menyadari keanehan Killua belakangan ini. Tetapi, Kurapika segera ingat kalau Gon dan Leorio sama saja seperti Killua; tidak peka terhadap hal-hal tertentu seperti perasaan.
"Ya ... kau orang pertama yang benar-benar curiga padaku," jawab Killua, dia mengusap tengkuknya dan membuang muka. "Apakah Gon atau Leorio tidak curiga?" tanya Kurapika lagi, Killua pun menjawab, "Sepertinya tidak, mereka hanya mengatakan bahwa aku aneh."
Padahal, tadi Kurapika bilang begitu.
"Oh, begitu." Kurapika manggut-manggut, kemudian bertanya, "Jadi, apa rahasiamu?"
Pertanyaan yang to the point sekali, dan itu memulai rahasia Killua diungkapkan.
***
Bersambung....
Catatan, suku Kuruta adalah suku yang tinggal di desa terpencil di daerah Rukuso. Memiliki mata merah yang akan muncul ketika mereka emosi. Suku Kuruta dibantai *Genei Ryoudan, satu-satunya yang selamat hanya Kurapika.
Zetsu, menghilangkan hawa keberadaan. Menghilangkan total pancaran aura kita agar tidak terdeteksi pengguna *Nen lain.
Nah, jadi, kata-kata yang aku beri (*) itu akan dijelaskan di catatan, di A/N ini.
Tunggu chapter selanjutnya, ya! Aku bisa online karena curi-curi hotspot mamaku loh, hehehe. Jadi, tunggu aku ya! Aku minta maaf atas segala kesalahan dalam cerita ini, dan kalau punya krisar silakan diungkapkan, mau vomment juga silakan.
Terima kasih banyak atas segalanya!
Salam, Afina.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top