Bab 25

Anne membaca keterangan di atas kertas yang disodorkan detektif dengan terbelalak. Ia sengaja membayar orang untuk mencari tahu soal Rexton, menguntit laki-laki itu, dan menemukan kebenaran. Ternyata informasi yang didapatnya sungguh luar biasa.

"Pak, yakin ini informasi yang benar?" tanya Anne sedikit sangsi.

Detektif partikelir laki-laki bertopi mengangguk. "Tentu saja, Kak. Semua informasi yang tertulis di sana sangat akurat. Rexton Genaro, sebagai pewaris sah dari Genaro Group. Menghabiskan waktunya di luar negeri selama beberapa tahun untuk kuliah. Pulang kemari, mengelola beberapa restoran dan sekaligus mengambil pendidikan pasca sarjana. Punya satu kakak perempuan bernama Riona, yang sudah menikah."

Semua gambaran yang disebutkan oleh detektif sangat cocok dengan Rexton. Beberapa foto diambil saat Rexton sedang memasuki gedung Genaro Group, bicara dengan manajer restoran, dan banyak lagi. Anne menahan napas karena terkejut.

"Jadi, dia benaran anak orang kaya?"

"Kaya saja nggak cukup buat menggambarkan, Kak. Konglomerat baru benar."

"Kenapa berpura-pura?"

"Kalau itu saya kurang tahu. Tidak banyak informasi pribadi yang saya dapatkan. Ini, adalah kediaman keluarga besar Genaro. Tuan Gabino berserta istri dan anak perempuan serta menantu tinggal di sini. Sedangkan Rexton, tinggal di rumah lebih kecil. Semuanya berada di kawasan elit. Sungguh mengherankan, punya banyak uang, mobil banyak, dan rumah mewah tapi memilih tinggal di kosan."

Bukan hanya detektif yang bingung, Anne pun sama bingungnya. Di balik sikap bingung ada penyesalan karena sudah melepaskan Rexton demi Ardan. Ternyata benar kata sang mama ia telah salah melangkah dan juga salah memilih laki-laki. Tidak heran kalau Rexton mampu membeli berlian puluhan juta, karena asetnya memang tidak terbatas.

"Sial! Harusnya aku bertahan. Harusnya aku nggak tergoda Ardan sialan itu!"

Makin memikirkan tentang dirinya yang salah langkah, makin marah Anne. Satu hal yang diyakininya adalah Fiore tidak tahu tentang hal ini. Rexton menyembunyikan identitasnya, yang berarti juga tidak percaya pada Fiore. Dengan asumsi itu ia beranggapan kalau hubungan Rexton dan Fiore tidak sedekat yang terlihat.

"Aku harus mendapatkan Rexton kembali. Entah bagaimana caranya."

Anne teringat akan kejadian tahun lalu, sebuah kecelakaan yang membuat Rexton menaruh hati padanya. Ia akan menggunakan itu untuk menarik kembali Rexton ke sisinya. Kali ini tidak akan dilepaskan lagi. Mempunya pasangan kaya raya adalah impian terbesarnya, dan impian itu sudah di ujung mata untuk menjadi kenyataan.

**

Fiore mulai magang hari ini di Genaro Group. Sebelum pergi, memilih pakaian dengan gugup. Memerlukan pendapat Rexton sampai akhirnya memilih rok hitam selutut dengan blus biru laut. Mengurai rambut dan menjepit di sisi kanan, merias wajah tipis-tipis serta memoles lipstik merah muda di bibir.

"Bagaimana?" Fiore berputar di depan Rexton dengan tampilan bekerjanya.

Rexton mengacungkan dua jempol. "Cocok untuk jadi pekerja kantoran."

"Nggak kelihatan lusuh dan gembel'kan?"

"Mana ada, malah kelihatan serasi. Sudah, jangan banyak mikir. Ayo, berangkat!"

"Kamu mau antar aku?" tanya Fiore kaget.

"Iyalah, emangnya mau naik angkot? Motormu belum diambil dari rusun."

"Iya, juga. Emangnya nggak ngerepotin kamu?"

"Santai aja, sekalian aku berangkat kerja."

Fiore tidak tahu, bagaimana menjalani hari-harinya tanpa bantuan Rexton. Pulang pergi kuliah dan bekerja selalu diantar. Sekarang magang pun sama. Rasanya seperti punya kekasih atau abang yang selalu menjaga dan mengiringi langkahnya. Fiore merasakan perhatian dan kasih sayang yang tidak didapatkannya dari keluarga melalui diri Rexton.

"Hari pertama kerja pasti gugup. Itu namanya manusiawi, hal normal aja jadi jangan terlalu dipikirkan. Tetap fokus dengan perintah manajer atau pun orang yang mimpin kamu. Semoga tiga bulan ini hasilnya baik dan kamu bisa jadi pegawai tetap Genaro Group."

"Amin, semoga doamu terkabul."

"Sudah pasti itu, aku'kan anak baik."

Saat tiba di parkiran gedung, Rexton memberikan sebuah arlogi cantik dengan paduan warna rose gold dan putih. Dengan bentuk melingkar seperti ular tanpa pengait, jam dengan design unik itu membuat Fiore ternganga.

"Merek Bvlgari? Bukannya merek mahal?"

"Memang, kalau asli dan baru. Aku dapatkan ini dari tempat lelang jadi harganya murah."

Fiore mengamati jam yang melingkari pergelangan tangannya. "Apa nggak berlebihan pakai jam ini? Takut dibilang pamer atau malah dikatain barang palsu."

"Kamu suka jam ini?"

"Sangat suka, aku suka semua pemberianmu."

"Kalau begitu simpan saja. Jangan dipakai saat kerja. Kalau jalan-jalan atau pergi ke pesta baru pakai."

Fiore tergelak. "Pesta apaan? Kayak orang kaya aja pesta. Aku pakai kalau nanti aku gajian pertama dan traktir kamu makan."

Rexton mengacungkan dia jempol. "Siip, aku tunggu traktiranmu."

"Terima kasih, untuk hadiah dan perhatiannya, Rexton. Kamu baik sekali."

Rexton masih duduk di atas motor, menatap punggung Fiore yang menjauh. Ucapan terima kasih Fiore membuat hatinya tersentuh. Gadis yatim piatu itu, memikul banyak beban di pundak, tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha menyelesaikan semua masalah sendirian. Rexton pun tidak banyak membantu, karena terbentur dengan identitasnya yang dirahasiakan. Bantuan terbesarnya untuk Fiore adalah memberikan satu kesempatan untuk magang di perusahaan keluarganya. Dengan kemampuan serta kepandaian Fiore, yakin kalau magang ini tidak akan ada masalah. Rexton menyalakan mesin motor, melaju meninggalkan parkiran. Tidak menyadari dua orang yang mengamatinya dari dalam mobil yang sedang parkir.

"Bukannya itu Rexton? Sedang apa dia di sini?" Martin mengawasi sepupunya yang keluar dari gedung dengan motor yang melaju perlahan.

"Pak, saya dengar Tuan Muda sering datang ke kantor." Sopir yang sekaligus asisten Martin menjawab dari belakang kemudi. "Beberapa hari lalu juga datang. Sepertinya ada urusan penting."

"Kenapa kamu baru memberitahuku?"

"Maaf, Pak. Saya juga lupa karena mengerjakan hal lain."

Martin termenung mendengar laporan asistennya. Rexton sering datang ke kantor, padahal dulu tidak pernah terjadi. Sepupunya itu sangat enggan kalau harus berurusan dengan perusahaan. Kenapa kali ini berbeda? Apa yang diinginkannya?"

"Satu informasi penting, Pak. Dari Tuan Besar Genaro."

"Dari Kakek? Menyangkut Rexton?"

"Benar, beliau berniat menjodohkan Tuan Muda dengan cucu sahabatnya."

"Perusahaan mana?"

"Data dan nama si perempuan ada di dalam map. Saya letakkan di atas meja, Anda."

"Nanti aku periksa."

Martin keluar dari mobil dengan beragam pikiran berkecamuk. Tentang Rexton, rencana sang kakek tentang perjodohan dan banyak lagi. Rupanya ada banyak hal berkembang di perusahaan dan ia sama sekali tidak tahu menahu masalah ini, karena tidak ada yang memberitahunya. Martin memaki dalam hati, merasa sangat diremehkan dan tidak dianggap oleh kakeknya sendiri.

Tiba di lorong menuju kantornya, ia melewati bagian HRD dan melihat supervisor sedang memberi pengarahan pada enam orang pegawai baru. Ia mengamati mereka sekilas sebelum masuk ke dalam ruangannya sendiri dan mulai membaca informasi tentang perempuan yang dijodohkan dengan Rexton.

**

Ada enam orang yang diterima sebagai pegawai magang, Fiore akan berada di bagian pemasaran produk secara digital bersama satu cowok. Memakai kacamata tebal, cowok yang akan menjadi rekan kerjanya bernama Hendri.

"Kalian akan ditempatkan di tempat masing-masing, sesuai dengan kriteria kalian. Bersaing secara sehat, karena hanya orang yang memenuhi kualifikasi yang akan tetap bekerja di sini. Mengerti?"

"Iya, Pak. Kami mengerti."

Para pekerja saling pandang dengan tatapan bermusuhan. Untuk kali ini Fiore merasa menjadi pusat perhatian karena berada di divisi yang berbeda dari empat lainnya. Mereka berada di divisi pekerjaan umum. Entah apa yang dilakukan bagian itu, Fiore tidak mengerti. Yang terpenting sekarang, bekerja dengan serius bersama Hendri yang sangat pendiam.

Mereka dipisah dan diantar ke ruangan masing-masing. Fiore berada di lantai delapan, sedangkan divisi pekerjaan umum di lantai enam. Hari pertama kerja ia dibuat sibuk membuat diagram untuk laporan penjualan secara online, berdua dengan Hendri tentu saja. Tidak mudah melakukannya karena banyak yang harus dicatat dan dikerjakan. Pimpinan divisi memberikan waktu dua Minggu untuk laporan selama satu tahun. Otak Fiore terasa pecah tapi senang karena ada pengalaman baru.

Seminggu pertama, Fiore dan Hendri tidak pernah makan di kantin karyawan. Hendri membawa bekal buatan ibunya, sedangkan Fiore selalu mendapat kiriman makanan dari Rexton. Membuat Hendri iri karena lauk dan nasi Fiore terlihat sangat lezat.

"Lo orang kaya? Makan dari restoran tiap hari?"

Fiore menggeleng, menyumpit mi sapi lada hitam miliknya. Mereka makan berdua di ruang belakang khusus untuk karyawan istirahat. "Mana ada? Kalau kaya gue mah buka usaha dari pada kerja."

"Ngeles apaan lo, tiap hari makan enak gitu. Kalau lembur malah sehari dua kali."

"Hahaha, ada teman kerja di restoran. Dia yang ngirim gue makan."

"Teman apa teman? Yang selalu nganterin lo naik motor itu'kan?"

Wajah Fiore bersemu merah. "Benar, kok lo tahu?"

"Pernah lihat soalnya. Kenapa nganterin cuma di pinggir jalan? Nggak masuk ke parkiran?"

"Biar cepat, karena dia juga kerja."

Setelah itu Hendri tidak lagi banyak tanya karena Fiore selalu membagi lauk berupa daging atau ikan miliknya. Meski begitu dengan kesungguhan hati ia berkata kalau ingin makan bekal buatan ibu, sayangnya sudah tidak punya.

Dua Minggu bekerja, Fiore dibuat tercengang saat pimpinan divisi mengatakan wakil direktur akan meninjau ruangan. Ternyata ia mengenal wakil direktu itu, perempuan yang menolongnya di pesta Fania. Saat Riona berdiri di hadapannya, Fiore membungkuk sopan.

"Nona, apa kabar?"

Senyum Riona merekah. "Fiore, kabar baik. Kamu jadi anak magang?"

"Benar, Nona."

"Wah, nggak nyangka. Aku senang ketemu kamu di sini. Kapan-kapan makan siang di kantorku, ya?"

Bukan hanya Fiore yang terkejut, semua pegawai pun sama. Bagaimana bisa wakil direktur mengundang anak magang? Siapa Fiore sebenarnya? Pertanyaan itu terlontar dari pikiran para pegawai.

**

Baca lengkap di buku, karyakarsa dan playbook

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top