11

Seperti sambaran petir yang langsung mengenai tepat di kepala, Jinhwan tersentak hebat. "A-apa maksudmu?" bola matanya menatap Yunhyeong lekat, tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"K-kau kenapa hyung? Bukannya Chanwoo sudah meninggal. A-ada apa denganmu?"

"KAU GILA?! APA YANG KAU KATAKAN?!"

"HYUNG, SADARLAH! KAU KENAPA?!"

"GILA!! KALIAN SEMUA SUDAH GILA!! BAGAIMANA BISA KALIAN MENGATAKAN IA SUDAH MENINGGAL?! IA BAHKAN SELALU ADA BERSAMA KITA!!"

Hanbin mengusap matanya, terlihat cairan bening yang keluar di sudutnya. "H-hyung.. Ada apa denganmu? Kenapa kau seperti ini?"

"DIAM KAU PEMBUNUH!!"

"KU MOHON HYUNG, KU MOHON SADARLAH! CHANWOO SUDAH TENANG DI ALAMNYA!" Yunhyeong terduduk, menangis keras di hadapan Jinhwan.

"SINTING KALIAN! MENGATAKAN TEMAN SENDIRI SUDAH MENINGGAL! DARI AWAL IA SELALU BERSAMA KITA! KE RUMAH SAKIT, KE RUMAH HANBIN, KE RUMAHKU. IA BAHKAN IKUT KE PEMAKAMAN JUNHOE DAN JIWON!!"

"HYUNG! CHANWOO SUDAH TIDAK ADA! DARI AWAL HANYA ADA KITA BERENAM!!"

Jinhwan terdiam sebelum akhirnya terkekeh pelan dan berucap. "Ah~ Aku mengerti sekarang. Kalian berdua bersekongkol, kan? Selama ini kalian berdua yang melakukannya, dan karena aku sudah menyadarinya lalu kalian sengaja membuatku bingung dan membohongiku, benar kan?"

Yunhyeong berdiri dan mengguncang tubuh Jinhwan sambil masih terisak keras. "TIDAK ADA YANG MEMBOHONGIMU! KAU KENAPA HYUNG?!"

Membuat Jinhwan akhirnya terdiam. Raut wajahnya mulai berubah, nampak kebingungan dengan bola mata yang bergerak cepat ke kiri ke kanan. Keringat mulai membasahi wajahnya, sejalan dengan bibirnya yang mulai bergetar. "J-jadi Chanwoo.. sudah meninggal?"

"Ia meninggal setahun yang lalu." Yunhyeong mengigit bibir bawahnya, menahan sesuatu yang terasa menyakitkan. "Ia meninggal di hadapan kita, di tempat ini. Bagaimana bisa kau melupakan itu?"

Brugh!

Jinhwan terhempas lalu terisak. Menenggelamkan kepala di kedua sisi paha dengan tangan yang mulai meremas kuat rambutnya. "Hiks.. C-Chanwoo sudah meninggal? Bagaimana bisa? Kalian berbohong kan? Kalian hanya mempermainkanku kan?"

"Hyung, ku mohon sadarlah. Tidak ada yang mempermainkanmu." Yunhyeong terus memusut punggungnya, namun suara pelan terdengar dari Jinhwan yang masih menunduk membuat Yunhyeong seketika menghentikan pergerakan tangannya.

"Ha.. Ha.. Ha.."

"H-hyung?"

"Hahahaha!"

"Hyung, kau kenap--?"

HAHAHAHAHAHAHAHAAA!!! KALIAN BENAR!! CHANWOO SUDAH MENINGGAL DAN KALIAN SEMUA YANG MEMBUNUHNYA!!"

"Hyung! Apa maksudmu?!"

Jinhwan berdiri, menatap mereka berdua dengan pandangan tajam. Kilatan penuh amarah terlihat jelas di matanya. "KALIAN SEMUA SUDAH MEMBUNUH CHANWOO! KALIAN MEMBUNUHNYA DISINI, DI ROOFTOP INI!"

"Hyung, apa yang kau bicarakan?"

"KALIAN SEMUA MEMBUNUH CHANWOO DASAR KEPARAT!"

"HYUNG! SADARLAH!"

"Hiks.." raut wajahnya berganti lagi, ia mulai menangis. "Kalau saja kalian lebih menghargainya, kalau saja kalian lebih memperhatikan dan menyayanginya, mungkin semua itu tidak akan terjadi pada Chanwoo."

"Itu semua kecelakaan. Tidak ada yang menginginkan semua itu terjadi."

"TIDAK! ITU BUKAN KECELAKAAN DAN KALIAN SEMUA MEMANG SUDAH MERENCANAKANNYA!"

"TIDAK ADA YANG PERNAH MERENCANAKAN ITU, HYUNG! BAGAIMANA MUNGKIN KAMI BERPIKIR UNTUK MENCELAKAI SAHABAT SENDIRI!" teriak Yunhyeong.

Hanbin ikut berucap. "KAU BAHKAN JUGA BERADA DI SINI SAAT SEMUA ITU TERJADI, HYUNG! APA KAU LUPA? KAU LUPA BAGAIMANA KEJADIANNYA, KEJADIAN SATU TAHUN YANG LALU PADA MALAM ITU?!"

Jinhwan menunduk sambil mengatur emosi di dadanya, ia masih terisak sebelum lanjut berkata. "Kalian tahu? Chanwoo sering menangis di hadapanku karena kalian yang selalu bersikap kasar padanya. Hanya aku yang peduli padanya, hanya aku yang menganggap Chanwoo sebagai sahabatku, sebagai adikku sendiri!"

"Kau benar hyung, kami memang salah karena selalu kasar padanya. Menganggapnya tak ada bahkan selalu menghiraukannya. Tapi kami tak pernah serius dengan itu semua, ia adik kelas kita dan yang termuda dari kita semua. Aku dan yang lain hanya ingin sedikit menggodanya, tak pernah ada pikiran jahat yang terlintas sedikitpun." sahut Hanbin.

"Kalian jahat! Kalian penyebab semuanya terjadi. Kalau saja malam itu kalian tidak merayakan pesta konyol itu!"

Yunhyeong menyahut. "Hyung, tidak ada yang menyangka semua itu akan terjadi. Lagi pula, siapa yang akan mengira bahwa malam itu akan berakhir tragis? Kita hanya merayakan kelulusanku, Hanbin, Junhoe, Donghyuk, dan Jiwon malam itu di sini."

"Arrrgh!! Sialan Kim Jiwon!! Kalau saja si brengsek itu tidak membuat permainan konyol dan memaksa Chanwoo untuk berjalan di pinggir rooftop, Chanwoo pasti tidak akan terjatuh dan masih hidup sampai sekarang!!"

"Jiwon tak pernah berniat mencelakainya, hyung! Itu semua kecelakaan!"

"JIWON SENGAJA MELAKUKANNYA!! IA SENGAJA MENYURUH CHANWOO MEMBUKTIKAN KESETIAANNYA PADA KELOMPOK DENGAN MENYURUHNYA BERJALAN DI SANA!! AKU PADAHAL SUDAH BERUSAHA MENGHENTIKANNYA!! TAPI KALIAN?! KALIAN HANYA TERTAWA SAAT ITU!!"

Yunhyeong dan Hanbin semakin terisak, perkataan Jinhwan benar-benar menusuk dada mereka. Perasaan bersalah yang sudah mulai terkubur itu kembali menyeruak ke permukaan. Rasa bersalah itu tidak pernah hilang, hanya bersembunyi karena mereka yang tidak sanggup untuk terus mengingatnya. 

"Hiks.. Aku benar-benar bodoh, Chan. Seharusnya aku berteriak mencegahmu tapi aku malah tidak melakukan apa-apa." Yunhyeong terduduk lemas, terisak keras dengan kedua tangan menutup wajahnya.

Hanbin menekan dadanya, rasa sakit itu sepertinya terkumpul semua di sana. "Tidak pernah sekalipun dalam sehari aku tidak meminta maaf padanya, hyung."

"Kalau begitu tebus dosa kalian dengan cara mati agar bisa menemaninya di sana." potong Jinhwan.

Hanbin menyahut. "Hyung, aku tahu kalau perbuatan malam itu benar-benar salah. Tapi semua itu juga sudah berlalu dan kita tidak bisa memutar balikkan waktu untuk mencegahnya. Kau juga tahu bagaimana kita bersujud meminta maaf dan ampunan berkali-kali di hadapan orang tuanya setelah kejadian itu. Kita semua terluka, hyung. Kita semua tak menginginkan itu terjadi pada Chanwoo."

Jinhwan semakin terisak, sejalan dengan tangannya yang semakin erat memegang gagang pistolnya.

"Hyung, Jiwon mengurung diri berminggu-minggu. Aku, Donghyuk, dan Junhoe sampai sakit karena terus menyalahkan diri sendiri. Yunhyeong pun sama, dalam sebulan ia terus pingsan karena masih tak bisa menerima kematian Chanwoo. Bukankah kau mengetahui itu semua hyung? Kau bahkan sempat di bawa ke psikiater karena hal itu bukan?"

"ARRRGH ARRRGHHH!!!" Jinhwan mengacak kasar rambutnya.

"AKU TAK PERNAH KE PSIKIATER!! AKU TIDAK GILA!! HAHAHA! BENAR, AKU TIDAK GILA! YANG GILA ITU KALIAN! HAHAHAHAHA!!"

DOR!

"ARGH!!"

Jinhwan dengan tiba-tiba menembakkan pistolnya ke arah Hanbin. Hanbin sontak terjatuh, peluru itu melesat ke dalam perutnya.

"HANBIN!" Yunhyeong segera berlari ke arahnya, dengan panik mencoba menutup luka di perut Hanbin dengan tangannya. "HANBIN BERTAHANLAH!"

Jinhwan menyapu air matanya, berjalan menuju mereka berdua lalu menempelkan ujung pistol ke kepala Yunhyeong. "Berdiri."

"A-apa yang kau lakukan, hyung?"

"BERDIRI!" menempelkan ujung pistol itu lebih kuat, membuat Yunhyeong berdiri perlahan.

"Jangan menyakitinya hyung, aku mohon.." lirih Hanbin sambil menahan darah yang keluar banyak di perutnya.

"Duduk ke kursi itu."

Yunhyeong terpaksa menurutinya, berjalan dan mendudukkan badannya ke atas kursi di mana ia terikat beberapa saat lalu.

"Pasang tali itu ke tangan kirimu."

"Hyung, ku mohon jangan seperti in--"

"PASANG! KALAU TIDAK AKU AKAN MENEMBAKMU!"

Jinhwan mendekati Yunhyeong yang sudah selesai mengikat sebelah tangannya. Ia mengambil lagi sebuah tali dan mengikat tangan kanan serta kedua kaki Yunhyeong. "Huah~ Lihat dirimu, kau benar-benar tidak berdaya."

"Hyung.. K-ku mohon hyung, jangan.." Yunhyeong sudah menangis sesenggukan, ia sangat ketakutan sekarang. Terlebih matanya juga tertuju ke arah Hanbin, melihat Hanbin yang mulai lemah dengan cairan merah yang terus membesar di permukaan bajunya.

"Hm, apa yang harus ku lakukan?" Jinhwan memusut dagunya, menyipit menatap Yunhyeong dari ujung kepala sampai kakinya. "Ah, benar! Aku sudah menyiapkan itu!"

Pria itu melihat ke sebelah kiri Yunhyeong yang terikat di kursi, menatap jerigen bensin beserta pemantik api yang tergeletak di tutup jerigennya.

"Jangan lakukan itu hyung!" Hanbin mencoba berdiri, namun ia kembali terjatuh karena luka tembak di perutnya cukup parah.

"Hust! Diam kau! Hahahaha! Setelah ini semuanya akan selesai. Artinya hasil karya ku sudah lengkap semua!" sahutnya bersemangat, bertepuk tangan kecil sambil tersenyum-senyum di sela perkataannya.

Ia kemudian berjalan ke belakang Yunhyeong, menghempaskan tangannya ke bahu pria itu dan mencengkeramnya. "Hei, lihat ke sana." menunjuk kamera recorder yang sedari tadi masih menyala. "Buat pengakuan dosamu dan dosa sahabatmu yang lain."

"Hyung, aku tid--"

"JANGAN MEMBANTAH!"

Jinhwan kembali menempelkan ujung pistol ke kepala Yunhyeong lalu menunduk mendekatkan bibir ke telinganya. "Ucapkan Yunhyeong. Apa kau ingin benda ini melubangi kepalamu?"

"A-aku salah, kami salah." Yunhyeong menangis hebat, seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. "Kalau saja kami menghentikan Jiwon malam itu di tempat ini, mungkin Chanwoo masih hidup sampai sekarang."

"Ck! Kim Jiwon, bedebah itu seharusnya menjadi yang mati pertama kali! Tapi sudahlah, lagi pula aku sudah puas bermain-main dengannya di rumah sakit malam itu, hihihii."

"Hyung, kau.. kau tega sekali melakukan semua ini."

"DIAM DAN MATI SAJA SANA PERLAHAN!" teriak Jinhwan kepada Hanbin, kemudian beralih lagi kepada pria yang terikat di depannya. "Kau! Cepat katakan lagi, katakan semua dosa-dosa yang telah kalian perbuat padanya!"

"M-maafkan kami Chan, seharusnya kami lebih menghargaimu. Kalau saja kami bisa kembali ke masa itu, aku yakin kami semua sangat ingin memperbaikinya. Aku menyesal, kami semua menyesal karena permainan konyol itu menjadi petaka bagimu. Kami benar-benar minta maaf Chan.."

"Ya, bagus seperti itu."

"Aku sudah meminta maaf hyung, jadi ku mohon lepaskan aku dan Hanbin."

Jinhwan tertawa dengan ujung pistol bergerak-gerak tak setuju. "Tidak-tidak, itu tidak cukup. Kau pikir aku akan dengan mudah melepas kalian hanya dengan permintaan maaf seperti itu? Hah, menggelikan."

"Kau benar-benar biadab hyung, bagaimana bisa kau melukai kami seperti ini?"

"Karena ini semua yang di inginkan Chanwoo."

Yunhyeong berteriak. "CHANWOO TIDAK MENGINGINKAN SEMUA INI HYUNG!! AKU YAKIN CHANWOO PASTI SANGAT MARAH PADAMU DI ATAS SANA!!"

Burgh!

Gagang pistol itu menghantam keras kepalanya.

"SIALAN KAU!! INI YANG DI INGINKAN CHANWOO! IA PASTI MENGINGINKAN SEMUA INI!"

Burgh! Burgh! Burgh!

"KAU SALAH HYUNG! CHANWOO TIDAK INGIN KAU MENJADI PEMBUNUH SEPERTI INI! HENTIKAN KU MOHON!" Hanbin berteriak dengan sisa tenaganya ketika melihat kepala Yunhyeong mulai terlihat darah yang mengalir di pelipisnya.

"AKU AKAN MEMBALASKAN DENDAMNYA!! AKU AKAN MEMBAYAR KEMATIANNYA DENGAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA!!"

Jinhwan dengan cepat meraih jerigen bensin, membuka tutupnya tak sabaran dan meyiramkan cairan berbau menyengat itu dari kepala sampai membasahi seluruh tubuh Yunhyeong.

"TIDAK!! TIDAAAK HYUNG!!" teriak Yunhyeong kencang sesaat cairan itu membasahinya. Mencoba meronta namun ia tidak ada daya untuk melepaskan diri.

Jinhwan menaikkan sudut bibirnya, tersenyum kemudian berjalan menjauh dan melempar pemantik yang sudah ia nyalakan ke tubuh Yunhyeong.

Hanbin terbelalak, dunianya terasa runtuh seketika. "HYUNG! JANGAN LAKUKAN ITU!!"

BLAAARR!

Kobaran api dengan cepat merambat ke sekujur tubuh Yunhyeong. Hanbin terdiam, benar-benar shock ketika ia dengan mata kepalanya sendiri melihat sosok di dalam api itu meronta kepanasan.

"ARRRRRGHHH!! PANAS PANAAAAAAAS!! HENTIKAAAAN!! TOLONG AKU!!! KU MOHOOOON!!!!!"

"YUNHYEOOONG!! KU MOHON HENTIKAN HYUUUNG!! KU MOHON PADAMU HYUNG!!" Hanbin kembali mendapat kesadarannya. Yunhyeong yang ia lihat sekarang seperti siluet bayangan samar yang meronta hebat di dalam api karena Hanbin tak bisa melihat dengan jelas lagi, pandangannya benar-benar kabur oleh air mata. Mengumpat dan mengutuk dirinya yang hanya bisa berteriak tak dapat berbuat apa-apa. Ia tak sanggup berdiri, seluruh badannya sudah begitu lemah. "HYUNG!! KU MOHON HENTIKAN!!"

"ARRRRGHHH!!! PANAAASS!!! PANAAAASSS!!!"

Hanbin tak sanggup melihatnya. Ia memejamkan mata berharap dapat mengurangi sakit di hatinya, namun suara Yunhyeong yang berteriak keras membuatnya begitu hancur.

"M-maafkan aku. Song Yunhyeong maafkan aku.."






***






Setelah beberapa saat semuanya hening, tak ada lagi teriakan Yunhyeong yang terdengar. Hanbin mencoba membuka mata perlahan, matanya tertuju ke mayat Yunhyeong yang sudah menghitam dengan kulit mengelupas di sekujur tubuhnya.

"Hiks hiks.. bajingan kau.."

Jinhwan mendekat dan menjongkokkan badan di hadapan Hanbin. "Huuuh~ Kau membosankan. Padahal aku sudah memberikan pertunjukan hebat padamu. Kenapa kau tak mau melihatnya? Apa itu tidak cukup menyenangkan?"

"K-kau gila, hyung. Kau benar-benar sudah sinting." Hanbin meringis kesakitan dengan gigi bergemeretak geram, wajahnya sudah memucat dengan darah yang semakin banyak keluar dari perutnya.

"Bagaimana? Tidak sesakit saat kau tertabrak malam itu, kan?" Jinhwan menekan-nekan luka di perut Hanbin dengan ujung pistolnya.

"Argh! Kau akan mendapatkan balasannya. Aku yakin tuhan akan menghukum perbuatanmu!"

Jinhwan tak menghiraukan, ia masih menikmati pemandangan cairan merah yang mengalir dari perut Hanbin. "Kau kuat juga ya? Sepertinya ini akan memakan waktu yang lama. Apa harus ku percepat agar kau bisa segera bertemu sahabat-sahabatmu? Kau merindukan mereka, kan?" Jinhwan lalu berdiri dan meregangkan bahunya sebelum akhirnya mengacungkan pistol ke kepala Hanbin. "Kim Hanbin, lihat aku. Apa permintaan terakhirmu?"

"Aku ingin kau membusuk di neraka!"

"Hahaha! Sepertinya kau yang akan lebih dahulu berada di sana." ucap Jinhwan yang kemudian menekan pistol itu lebih dalam ke kepala Hanbin. "Baiklah. Selamat tinggal Kim Hanbin."

Hanbin memejamkan mata, sudah pasrah dengan semuanya.

Click!

Click!

Pistol tak menembakkan pelurunya.

"Ah sial!"

Jinhwan berdiri, mengambil jerigen bensin yang masih bersisa sedikit. "Sayang sekali pelurunya habis. Tapi tidak apa-apa, karena sepertinya kau juga akan berakhir seperti Yunhyeong."

"Ya, bunuh saja aku sekarang. Ku rasa aku juga tak bisa hidup setelah kau membunuh semua sahabat kita."

"Sahabatmu, bukan sahabatku."

Cairan berbau menyengat itu tumpah ke tubuh Hanbin. Hanbin kembali memejamkan matanya ketika ia lihat Jinhwan yang sudah bersiap menyalakan pemantiknya.

"Selamat tinggal. Titipkan salamku pada mer--"

BRAK!

"JANGAN BERGERAK!! ANGKAT TANGANMU DAN JATUHKAN BENDA ITU!!"

Beberapa orang polisi mendobrak pintu dengan keras, tiga orang polisi yang bertugas menjaga mereka juga terlihat ada di sana.

Jinhwan terkejut dengan umpatan yang langsung keluar dari mulutnya. Ia pun mengangkat tangan perlahan, namun jarinya diam-diam bergerak menyalakan pemantiknya.

DOR!

Pak Kim dengan cepat menembak tangannya.

"ARGH!! SIALAN KAU!"

Dua orang polisi segera berlari memberi pertolongan kepada Hanbin yang tergeletak. Mata pria itu menatap Jinhwan yang memberontak hebat ketika para polisi mencoba memborgolnya. Ia mengerjap lemah, inderanya tak merasakan apa-apa lagi, kemudian semuanya hening.

Hening dan gelap.

*Its not the end yet. Masih ada chapter penjelasan flashback semua member dan chapter final.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top