01

Universitas Konkuk
04.20 PM

"Shit, badanku masih saja bergidik!"

"Kenapa? Kau melihat hantu di siang bolong?"

"Kau tidak tahu ya?"

"Apa?"

"Kau tahu kucing-kucing yang suka berkeliaran di parkiran gedung A, kan? Kasian sekali mereka mati, bahkan si putih yang baru melahirkan, semua anaknya juga ikut mati."

"Kenapa?! Ada yang meracuni mereka?"

"Mati terlindas, semuanya."

"Terlindas mobil maksudmu?!"

"Iya, kucing-kucing itu bahkan sampai tak berbentuk. Tubuhnya berserakan seperti daun musim gugur warna merah. Ah! Aku mual kalau mengingatnya!"

"Gila! Bagaimana bisa?"

"Entahlah, ku rasa ada orang gila yang berkeliaran di kampus kita."

Di sudut kampus lain beberapa pria berjalan keluar dari gedung, melangkah membawa kaki menuju tempat biasa mereka berkumpul setelah penat di dalam kelas masing-masing. Sesekali mendorong dan memukul lengan satu sama lain, hal wajar karena sudah bersahabat lama.

Untungnya sore itu teduh dan sejuk, di tambah pepohonan tinggi rindang yang berjejer di sepanjang jalanan kampus membuat mereka tidak perlu mengeluarkan keringat di kening menuju kantin kampus yang lumayan jauh.

"Donghyuk?"

"Ada apa?"

"Kapan jam kuliahmu berakhir?"

"Aku? Kalau si kepala botak itu sedang dalam mood mengajar yang bagus–ku rasa sampai malam aku tak bisa keluar kelas."

"Haha, kasihan sekali kau. Jadi bagaimana? Bukannya jam tujuh malam ini kita akan berkumpul di rumah Hanbin?" sahut pria yang bertanya, Song Yunhyeong. Di ikuti pandangan dari yang lain karena mereka yang memang sudah berjanji berkumpul nanti malam.

"Tenang saja. Setelah selesai aku akan segera ke sana."

Kim Jiwon, pria berhoodie ungu longgar dengan earphone menggantung di leher tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. "Tunggu. Sepertinya aku juga ada kuliah tambahan hari ini."

"Bukannya tidak ada? Kau bilang tadi siang sudah selesai dengan mata kuliahmu?" Hanbin ikut menghentikan langkahnya.

"Hehe, sepertinya aku lupa siang tadi."

Mereka baru berada di tahun pertama perkuliahan, terkecuali dengan Jinhwan yang memang lebih tua satu tahun sehingga kini sudah berada di tahun kedua.

Kantin kampus sudah terlihat, mereka segera menuju meja kosong dan mendudukan diri di kursi panjang berhadapan. Beberapa memesan cemilan dan minuman, beberapa hanya minum di temani rokok elektrik di tangan. Hingga tak membutuhkan waktu lama bagi mereka larut dalam obrolan.

Hari semakin sore, Donghyuk dan Jiwon melambaikan tangan kepada mereka yang pergi menuju parkiran kampus untuk pulang ke rumah masing-masing karena memang tidak ada perkuliahan lagi. Tinggal mereka berdua yang kini berjalan di koridor menyusuri lantai marmer termakan usia yang hampir tiap hari di lalui.

"Kalau begitu aku ke kelasku dulu." ucap Jiwon menepuk pundak Donghyuk.

"Ya, tapi awas kalau kau tertidur di kelas lagi, Kim Jiwon. Kita sudah kuliah sekarang."

"Hahaha, aku tak bisa berjanji untuk yang satu itu." sahut Jiwon sambil berlalu, namun satu teriakan dari belakang membuatnya menghentikan langkah kaki.

"Jiwon!"

"Apalagi?"

Donghyuk menghadap ke arahnya dengan sunggingan di kedua sudut bibir. "Kau tahu kalau aku sangat peduli padamu, kan?"

Jiwon hanya tersenyum sambil mengangguk dan mulai berjalan lagi. Namun baru beberapa langkah, ia kembali berpaling dan menatap punggung Donghyuk yang mulai menjauh lalu balas memanggilnya. "Hei Kim Donghyuk!"

"Ya?"

"Jangan terlalu keras pada dirimu!"

"Maksudmu?" Donghyuk mengerutkan keningnya bingung.

"Maksudku kau sudah pintar jadi tidak usah belajar terlalu keras! Bisa-bisa kau mati kelelahan!"

"Ck. Seorang Kim Donghyuk tidak akan mati semudah itu."

"Bisa saja kan?"

"Apa?"

"Hahaha! Aku bercanda. Ya sudah cepat sana ke kelasmu!"

"Baiklah!"





***





Kediaman Hanbin.
Malam hari, 09.12 PM

"Kenapa mereka belum datang juga?" tanya sang empu rumah, Kim Hanbin. Terlihat gelisah sambil terus melirik jam digital di atas meja belajarnya.

Jinhwan menghela nafas panjang dan bersuara. "Biarkan saja. Sepertinya mereka masih sibuk belajar."

"Seorang Kim Jiwon belajar? Mustahil sekali, paling-paling ia tertidur lagi di kelasnya." sahut Yunhyeong.

Jinhwan kembali menimpali. "Lagi pula kita sudah sangat sering berkumpul seperti ini sejak sekolah menengah atas. Jadi wajar saja kalau di antara kita sekarang ingin melakukan hal lain."

"Ya, kau benar. Sebenarnya tidak ada yang kita lakukan selain mengobrol. Tapi dari dulu kita sudah seperti ini, berkumpul di rumah Hanbin setidaknya seminggu sekali."

"Hei, apa aku harus meminta mereka membeli cemilan nanti di jalan? Coba lihat, semua yang ku beli sudah habis kalian makan." tunjuk Hanbin pada bungkusan snack dan kaleng minuman yang kosong.

"Sepertinya akan lama. Apa aku saja yang keluar?" usul Yunhyeong.

Chanwoo langsung berdiri antusias. "Aku ikut, hyung!"

"Tak perlu, kita minta belikan pada mereka saja. Ku rasa jam kuliah mereka sebentar lagi berakhir. " jawab Jinhwan.

"Benarkah?"

"Dosen yang mengajar di kelas Jiwon dan Donghyuk itu juga pernah mengajar sampai malam di kelasku. Tapi mereka tak pernah mengajar lebih dari jam sepuluh malam."

"Baguslah mereka tak mengajar di kelasku."

Junhoe yang sedari tadi berbaring tiba-tiba membangunkan badan dan meraih ranselnya, membuat pandangan yang lain tertuju ke arahnya.

"Mau kemana kau?"

"Sepertinya aku harus pulang."

"Sekarang?"

"Aku berjanji tidak akan pulang larut malam lagi pada ibuku. Kau tahu kan bagaimana ibuku kalau marah?"

"Heol! Benarkah? Kau sudah menjadi anak baik ya Koo Junhoe!"

Junhoe langsung mengambil bantal Hanbin dan melemparnya ke wajah Yunhyeong. "Sialan! Kau baru tahu, ya?"

"Ya sudah cepat sana kau pulang." ucap Hanbin mengambil bantalnya kembali sebelum memukulkan sekali ke punggung Yunhyeong. "Dan kurangi kecepatan motormu itu Koo Junhoe! Melihatnya saja sudah membuatku merinding. Pokoknya hati-hati di jalan!"

Yunhyeong langsung menyahut "Bukan hati-hati di jalan menuju rumah, tapi hati-hati di jalan menuju club, hahaha!"

Junhoe mendecih, memasang jaket leather hitamnya dan mengeluarkan kunci motor besarnya dari dalam kantong celana jeans sebelum memberi acungan jari tengah kepada Yunhyeong.

Hanbin hanya terkekeh melihat kedua sahabatnya yang saling beradu jari tengah. Sementara Jinhwan pergi keluar kamar bersama Chanwoo, mencari angin malam di teras Hanbin.




***




"Kau percaya kalau Junhoe langsung pulang ke rumahnya?" tanya Yunhyeong pada Hanbin yang sedang mengutak-atik ponselnya.

"Tentu saja tidak. Aku berani bertaruh ia sedang pergi ke club seperti katamu tadi atau sedang pergi ke rumah teman perempuannya."

"Yang mana?"

"Entahlah. Memang kita pernah mengetahui teman perempuannya dengan jelas? Anak itu, aku selalu penasaran seberapa banyak stok perempuan yang ia miliki."

"Kau iri karena kau yang tidak mempunyai satupun, kan?"

"Kau gila? Aku bahkan mampu mengencani semua mahasiswi kampus kalau aku mau."

"Baiklah-baiklah. Aku percaya padamu tuan Kim yang terhormat." ucapnya terkekeh sambil memberi hormat sarkas.

"Dasar, kau selalu saja meragukan kepopuleranku."

"Ya, kau memang populer. Populer di kalangan pria, hahahaha!"

"Kau sudah lama tak menerima pukulan dari ku ya, Song Yunhyeong?" Hanbin hampir memukul punggung Yunhyeong ketika sebuah suara menghentikannya.

"Hanbin."

"Kau mengejutkanku hyung!" pekiknya melihat Jinhwan yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Aku harus pulang sekarang. Aku lelah dan baru ingat kalau besok ada kuliah pagi."

"Oh ya? Tidak jadi menunggu Jiwon dan Donghyuk?"

"Ku rasa tidak."

"Ya sudah hyung. Kalau begitu sampai ketemu besok."

"Ya, sampai ketemu besok di kampus."

"Kalau begitu aku pulang juga hyung." ucap Chanwoo dan langsung menyusul Jinhwan yang sudah menjauh.

Malam semakin larut dan dua orang yang seharusnya ikut berkumpul di rumah Hanbin malam itu tak juga datang. Hanbin sudah menghubungi mereka namun nomor keduanya sama-sama mengeluarkan bunyi nada tunggu membosankan, membuat Hanbin dan Yunhyeong berpikir kalau Jiwon dan Donghyuk mungkin saja tidak jadi datang dan sudah pulang ke rumah masing-masing.

Hanbin menyentuh ponselnya, terlihat waktu sudah menunjukkan setengah sebelas malam. Ujung matanya kemudian beralih melirik Yunhyeong di sampingnya, berujar pelan. "Yunhyeong."

"Apa?"

"Aku tak bermaksud mengusirmu. Tapi aku tiba-tiba merasa tak enak badan."

"Kenapa? Kau sakit?"

"Sepertinya iya."

Yunhyeong segera menaruh punggung tangan ke kening Hanbin. "Tak panas."

Dengan cepat Hanbin menepis tangannya. "Aku benar-benar merasa tak enak badan. Kepalaku pusing, sepertinya tidur akan membuat tubuhku membaik."

"Kau yakin? Apa perlu ku temani ke dokter?"

"Tak perlu, kau pulang saja."

"Kau serius? Benar kau tidak apa-apa?"

"Aku serius. Sepertinya aku hanya kelelahan. Ku rasa hanya membutuhkan istirahat untuk kembali pulih."

"Ya sudah, aku pulang kalau begitu. Lagi pula ada yang ingin ku kerjakan setelah ini."

"Cih, kau pasti sibuk dengan endorsement di media sosialmu itu bukan?"

"Haha, aku tak bisa mengatakannya. Itu rahasia."

"Ck, ya sudah sana pulang."




***




Di pagi buta sebuah notifikasi ponsel berhasil membangunkan mereka yang masih terlelap, membuat pria-pria dengan mata meraput itu segera membuka pesan di dalam grup chat dan membacanya.

05.24 AM
Hanbin : Ibu Donghyuk menelponku. Katanya Donghyuk masuk rumah sakit!

05.25 AM
Jiwon : Ada apa? Donghyuk sakit?

05.26 AM
Jinhwan : Bukannya tadi sore ia baik-baik saja? Apa yang terjadi?

05.27 AM
Junhoe : Hanbin? Kau tidak bercanda kan?

05.29 AM
Junhoe : Hanbin?

05.31 AM
Junhoe : Aku akan menghajarmu kalau kau bercanda di pagi buta seperti ini!

05.32 AM
Jinhwan : Hei Kim Hanbin, ku tanya apa yang terjadi? Kenapa Donghyuk masuk rumah sakit?

05.33 AM
Junhoe : Astaga hyung, tak usah memperdulikannya. Ku rasa Hanbin hanya bercanda.

05.33 AM
Jiwon : Shit! Kau bercanda ya?

Cukup lama mereka menunggu balasan. Bergumul dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya bunyi notifikasi kembali terdengar.

05.38 AM
Hanbin : Seseorang menusuk perutnya tadi malam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top