Chapter 9
🎶Playlist🎶
Park Jeong Woo - When We Were Young
(Lagi demen-demennya sama ni anak, juniornya anak iKON ><)
BRAK
Seorang pria paruh bayah, berkaca mata hitam menggebrak meja dengan serius. Matanya melotot, mengarah pada sosok pria seusianya yang kini berada dihadapannya ini.
"Kemana saja kau selama ini Hwang?" Tanyanya dengan sedikit berteriak, menatap penuh amarah pria yang tak lain adalah Tn. Hwang. Ia hanya mampu mendesah, terlihat sekali berusaha menahan segala emosinya.
"Ada banyak hal yang perlu ku urus Song." Tn. Hwang kembali berusaha menunjukkan ketenangannya dihadapan Tn. Song.
"Seperti menemui mantan wanitamu?" Sahut seseorang dengan sinisnya yang duduk disampingnya membuat Tn. Hwang menoleh dengan tatapan ketidaksukaannya.
"Kim, apa kau memata-mataiku?" Tanya Tn. Hwang yang sangat tidak menyukai seseorang memata-matainya. Tn. Kim yang merupakan adik iparnya ini bahkan berani dengan terang-terangan mengatakan hal ini.
Kedua pria itu terdiam, saling melirik satu sama lain membuat Tn. Hwang semakin yakin jika mereka berdua telah memata-matainya.
"Ani, aku hanya menduga." Sangkal Tn. Kim yang tentu saja membuat Tn. Hwang tertawa sinis.
"Kau tau, aku paling benci sebuah rahasia, karena itu aku akan mengatakannya kepadamu. Jadi dengarkan baik-baik! Ia datang kepadaku dan mengancamku, ia juga menuduhku telah membunuh kakaknya bahkan Junho. Jadi, sekarang aku bertanya kepada kalian. Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Tn. Hwang yang memang tak memahami situasi yang terjadi. Ia juga ingin memastikan apa kedua sahabatnya ini terlibat dalam kejahatan besar?
"Itu..." Tn. Kim hendak mengatakan sesuatu tapi Tn. Song menahannya.
"Aku akan mengurusnya dan kau fokus saja pada dana kampanye. Kita sudah menanti ini, ada banyak pejabat yang perlu kau temui." Kata Tn. Song yang berusaha mengalihkan topik.
Tn. Hwang terdiam, pertanyaannya tidak mereka jawab dan hal ini tentu membuatnya marah. "Wae? Kau hanya perlu mengurus bagianmu Hwang, kami hanya membuat mereka menjauh dari kehidupan kita. Aku tidak melakukan hal-hal yang akan merusak nama baikku." Sangkal Tn. Song yang kali ini membuat Tn. Hwang berdecak.
"Baiklah, aku akan mempercayaimu dan jika tidak ada lagi yang ingin kalian bicarakan, aku akan pergi. Ada banyak pekerjaan yang perlu ku urus." Tn. Hwang pun pergi meninggalkan mereka.
Kini hanya tinggal Tn. Song dan Tn. Kim yang terlihat menghela napas lega. "Kau, berhentilah bertindak bodoh! Dia memang kakak iparmu tapi kalau kau bertingkah gegabah, ia akan membinasakanmu." Tn. Song memperingatkan Tn. Kim.
"Sepertinya kau harus membereskan wanita itu segera Song." Pinta Tn. Kim dan Tn. Song terlihat mengangguk.
"Kau tenang saja, aku tidak akan membiarkan wanita sepertinya menghancurkan rencana yang telah kita bangun semenjak lama." Guman Tn. Song.
"Lakukan secepatnya, aku tidak ingin melihat Hwang menggila lagi." Sepertinya Tn. Kim benar-benar mencemaskan bagaimana tindakan Tn. Hwang saat ia mengetahui segalanya.
"Hoh, aku akan membereskannya serta semua orang yang membantunya." Kata Tn. Song yang kini menyeduh kopi dalam cangkirnya dan ketegangan diantara mereka pun berangsur menghilang.
Namun, sepertinya mereka tidak mengetahui jika ada orang lain diruangan ini yang mendengarkan percakapan mereka. Yunhyeong, sepertinya mendengarkan semuanya dan mulai menduganya.
Membunuh? Krystal? Kakak? Junho? Apa aku harus mencaritahu semuanya? Pasti ada dalam album Appa, kalau seandainya mereka dekat satu sama lain kan?
---***---
Disebuah cafe dengan nuansa black dan di iringi musik hard rock. Setiap tempat duduk, tertutupi skat, Hanbin terlihat duduk disebuah sofa kulit warna hitam, meminum sebotol bir dan menghisap sebatang rokok, sementara Yunhyeong terlihat meminum segelas anggur. Mereka duduk berhadapan layaknya seperti teman yang sedang berbincang tentang suatu hal, nampak terlihat santai.
Seharusnya, anak seumuran mereka tak layak untuk meminum minuman keras kan? Tapi, dengan uang hal ini bisa saja terjadi, mengingat cafe ini adalah cafe para chaebol saat ingin melakukan sesuatu di luar kebiasaan dan hebatnya setiap hal yang terjadi di cafe ini, tidak dapat bocor begitu saja. Sistem keamanan disini sangat ketat, bahkan kejaksaan saja tak berhasil memeriksa tempat ini.
"Kenapa dengan Sinb?" Tanya Hanbin saat ia berhasil menghisap rokok terakhirnya sebelum membuangnya.
Yunhyeong nampak menghela napas dan itu cukup membuat Hanbin semakin penasaran. "Jangan membuatku kesal, aku sedang tidak ingin melihatmu, apa lagi aku sangat kesal dengan kekasihmu itu." kata Hanbin yang selalu saja bla-blakan seperti biasanya.
"Jika dugaanku tak salah, ia adalah anak dari kekasih paman Hwang atau kemungkinan keduanya, Sinb adalah anak dari teman paman Hwang, Appa dan paman Kim." Yunhyeong mengatakan dengan lantang segala keraguannya. Terlihat sekali dahi Hanbin mengkirut, berusaha untuk memahami perkataan temannya ini.
"Siapa kekasih paman?" Di dalam kebingungan ini, Hanbin ingin menanyakan hal ini terlebih dahulu.
"Krystal Jung, ia mantan model sekaligus artis 17 tahun silam. Setelah aku mencaritahu tentangnya, ia juga memiliki seorang kakak bernama Jessica yang wajahnya begitu mirip dengan Sinb. Aku bahkan berfikir jika mereka ibu dan anak." Yunhyeong mengungkapkan segala dugaannya dan Hanbin terlihat mulai tertarik.
"Jadi menurutmu Sinb kemungkinan anak dari Krystal atau Jessica?" Hanbin mengambil kesimpulan dan Yunhyeong mengangguk.
"Tapi Hanbin, ada hal yang lebih mengkhawatirkan yang perlu kau tau." Lanjut Yunhyeong yang tentu saja membuat Hanbin menatapnya serius.
"Wae? Katakan saja!" Pinta Hanbin yang terlihat mulai tak sabaran.
"Ada kemungkinan orang tua kita yang menyebabkan bibi Jessica dan paman Junho mati." Ungkap Yunhyeong dengan suara berat.
Hanbin membatu dengan segala keterkejutannya. "Kau boleh tidak mempercayai ucapanku, tapi aku mendengarkan sendiri secara langsung. Hanya saja, aku belum menemukan jawabannya. Bibi Krystal atau bibi Jessica yang telah melahirkan Sinb tapi wajah Sinb sangat mirip dengan bibi Jessica. Paman Junho adalah suami bibi Jessica, mereka dekat bahkan wamil bersama dengan orang tua kita tapi saat itu, saat mereka bergabung dalam pasukan khusus sepertinya terjadi sesuatu, membuat orang tua kita terlibat dalam kematian paman Junho dan bibi Jessica menghilang bersama bibi Krystal. Kalau saja ia tidak muncul dan di bicarakan oleh orang tua kita, mungkin aku tidak akan sampai pada dugaan sebesar ini." Kata Yunhyeong yang berhasil menduga sampai sejauh ini. Sepertinya ke jeniusannya itu tak dapat diragukan lagi.
Ini tidak benar kan? Bagaimana bisa mereka melakukan hal sekejam ini?
Hanbin masih saja bungkam, sibuk dengan segala kemungkinan yang bergejolak dalam fikirannya.
Semenjak mendengarkan perbincangan ketiga pria paruh bayah itu, Yunhyeong mulai mendapatkan lebih banyak informasi dan menyambungkan semuanya.
"Hanbin...Kau mengerti maksudku kan?" Tanya Yunhyeong yang melihat Hanbin terdiam tak mengatakan apapun.
"Jika dugaanmu benar, aku tidak sanggup untuk bertemu dengannya." Lirih Hanbin yang tentu saja membuat Yunhyeong mendesah.
Disini, dari mereka berlima yang cukup terkenal baik seperti sosok malaikat bagi para siswa adalah Yunhyeong. Jika Hanbin mengatakan bahwa ia tak sanggup untuk menemui Sinb, lalu bagaimana dengan Yunhyeong?
"Aku akan melakukan apapun untuk menebus dosa yang telah di lakukan Appa." Guman Yunhyeong yang juga terlihat begitu sedih.
Begitu hebat rasa peduli mereka bukan? Seperti inilah sebuah persahabatan.
"Ini tidak bisa membiarkan! Yunhyeong..." Panggil Hanbin yang kini telah berdiri.
"Wae?" Tanya Yunhyeong yang terlihat menantikan ucapan Hanbin selanjutnya.
"Aku akan menemuinya dan kau yang urus kebenaran semua ini. Minta bantuanlah pada June, aku akan mencarinya dan membawanya kembali. Ia tidak pantas untuk menderita sendiri seperti ini." Ucap Hanbin penub tekat dan Yunhyeong pun mengangguk.
Hanbin pun meraih handphonenya. "June, dimana Sinb sekarang?" Ucap Hanbin yang dapat Yunhyeong dengar dan ia pun melihat Hanbin menutup sambungan teleponnya.
"Aku pergi..." Kata Hanbin dan Yunhyeong dapat menyimpulkan jika Hanbin sudah mengetahui keberadaan Sinb.
"Sampaikan salahmu untuknya." Kata Yunhyeong yang membuat Hanbin mengangguk. Kini langkah Hanbin semakin menjauh, membuat Yunhyeong memandang kepergian Hanbin dengan sedih.
"Kenapa kami menjadi seperti ini?" Gumannya yang merasa semua kacau.
---***---
Sinb sudah berada di toko bunga, melayani beberapa pelanggan. Krystal datang dengan membawakan secangkir teh hangat. "Ini minumlah. Pekerjaanmu sudah selesai, kau boleh pulang" Katanya dengan mengulurkan cangkir itu ke arah Sinb.
Sinb tersenyum. "Khamsamida Immo." Ucapnya dengan senang dan Krystal pun mengangguk.
"Wah, siapa dia?"
"Tampan seperti idol saja!"
Terdengar suara berisik diluar toko. "Kenapa berisik sekali?" Guman Krystal yang kini berdiri, mencoba mengecek keadaan diluar.
Sinb yang tak mau ambil pusing, lebih memilih meminum tehnya dan duduk untuk beristirahat. Semenjak tadi ia terus berdiri.
Ternyata seperti ini kerja part time? Melelahkan, padahal hanya toko bunga. Bagaimana jika ini sebuah restaurant dengan banyak pelanggan. Aku pastikan tubuhku akan penuh dengan tempelan koyo seperti nenek.
Arrggghhh, hidup memang tidak semudah yang di bayangkan banyak orang. Kalau saja ada Hanbin atau June, aku pasti menyuruh mereka untuk memijat kakiku.
"Sua, ada yang mencarimu." Panggil Krystal yang seketika membuat lamunan Sinb buyar. Dilihatnya sosok yang berdiri di belakang Krystal dan mata Sinb langsung melebar.
"Hanbin-ah!" Guman Sinb dengan berdiri dan Hanbin pun berjalan cepat dan memeluknya.
Benarkah ini Hanbin? Bagaimana bisa ia berada disini? Wae? Apa ia menyadari bahwa aku merindukannya?
Sinb pun menangis dalam pelukan Hanbin.
"Kalau begitu, aku akan meninggalkan kalian. Ingat, jangan pulang larut malam." Ucap Krystal yang membuat Sinb mengangguk.
Hanbin masih memejamkan matanya, menikmati momen pertemuan dengan gadis yang selama ini ia fikir adalah sepupunya.
"Kau benar-benar penyihir jahat, bagaimana bisa kau melupakanku dengan mudahnya?" Guman Hanbin yang masih memeluk erat Sinb. Sinb pun tersenyum mendengarkan protes dari Hanbin.
Dia masih sama saja, suka sekali mengomel. Ngomong-ngomong, sepertinya ia lebih kurusan.
Sinb pun melepaskan pelukannya. "Kenapa kau seperti tengkorak hidup? Apa kau jatuh miskin dan tak dapat membeli Jajamyun?" Cibir Sinb, selalu saja seperti ini saat mereka berdua bersama. Saling mencibir dan tak ada yang mau mengalah. Sering kali, June menjadi sasaran perdebatan konyol mereka dan Yunhyeong akan menjadi penengah.
"Aku tidak jatuh miskin tapi aku jatuh karena kau. Berhentilah melarikan diri seperti ini, ayo kita kembali dan biarkan oppamu ini yang menyelesaikan semuanya untukmu." Hanbin menarik tangan Sinb tapi gadis ini mencoba menahannya, tak bisa menuruti perkataan Hanbin.
Mengertilah, aku tidak memiliki hak untuk kembali.
"Hanbin-ah, jebal! Kalau aku kembali, aku harus kembali kemana? Aku tidak punya siapa-siapa disana." Ucap Sinb yang kini kembali duduk.
Hanbin pun mengikutinya, duduk disamping Sinb. "Kau punya aku, June dan Yunhyeong." Kata Hanbin dan pernyataan ini hampir sama dengan ucapan June tempo hari.
Peesahabatan itu adalah hal kedua yang terpenting selain keluarga karena keluarga bagiku adalah rumah yang akan selalu memberikan kenyamanan dan perlindungan.
"Kalian masih terlalu muda untuk menjagaku, lebih baik kalian fokus saja pada sekolah kalian. Aku disini sudah cukup beradaptasi dengan baik." Kata Sinb yang jauh berbeda seperti biasanya. Dulu disetiap kesempatan, Sinb akan terus mengeluh kepada Hanbin tentang banyak hal. Namun saat ini, ia terlihat mencoba untuk lebih dewasa dalam menanggung hidupnya sendiri.
Hanbin segera meraih tangan Sinb, mencoba meyakinnya mungkin. "Ayolah, jangan seperti ini. Apa kau lupa seperti apa kami? Kita bukanlah remaja biasa, di usia ini kita sudah beberapa langkah menghadapi banyak hal. Katakan kepadaku, kapan aku pernah memohon kepadamu? Bibi sangat merindukanmu dan ingin menemuimu, semua bisa kita selesaikan jika kita bersama." Bujuk Hanbin yang hanya akan menjadi cukup lembut seperti ini jika dihadapan tiga wanita yaitu eommanya, Sinb dan bibinya.
Eomma ingin menemuiku? Apa Appa tau? Apa Appa mengizinkan? dan yang terpenting, APAKAH AKU PUNYA HAK UNTUK MENEMUINYA?
Air mata Sinb mulai jatuh kembali dan itu cukup membuat Hanbin sedih. Ia meraih tubuh rapuh itu dan memeluknya kembali.
"Aigo, kenapa kau menjadi cukup pendiam seperti ini? Apa kau mencoba menutupi semua emosimu? Jangan terlalu bekerja keras, aku sudah sangat mengenal seberapa buruknya tempramenmu itu." Ucap Hanbin yang tentu saja membuat tangis Sinb semakin pecah.
"A-aku me-rin-du-kan ka-li-an." Ucap Sinb terbatah dan Hanbin pun tersenyum mendengarnya, membelai pucuk kepala Sinb penuh sayang.
"Maka itu kembalilah bersamaku, agar aku bisa menjagamu dari orang-orang jahat. Tidak akan ada orang yang lebih menyayangimu dari pada kami." Kata Hanbin dan itu adalah kebenarannya.
Selain sebuah fakta bahwa dapatkah mereka menerimaku kembali, aku juga menemukan fakta lain yang terus mengganggu fikiranku.
Aku memiliki kekecewaan yang teramat pada mereka yang selalu ku sebut sebagai keluarga, pada akhirnya aku harus menerima kenyataan memilukan ini.
Jika dasarnya darah lebih kental dari apapun, karena itulah mereka dapat membuangku dengan mudah.
Hanbin pun melepaskan pelukannya, agar dapat melihat wajah Sinb yang masih dipenuhi air mata. Diusapnya dengan lembut, jejak air mata itu. "Aku tau kau masih marah dan kecewa kepada keluargamu." Tebak Hanbin dan Sinb menghela napas.
"Ya, kau memang lebih memahami diriku dari pada siapapun. Tapi beberapa waktu lalu, saat aku merenungkan semuanya. Aku sudah memutuskan untuk tetap disini, aku harap kau bisa memahaminya. Jangan bertanya lagi kenapa? Kau tidak akan lebih mengerti dari pada diri ku sendiri." Kata Sinb dan Hanbin menunjukkan ekspresi penuh tanyanya.
Aku tak ingin menghukum siapapun dengan bersikap seperti ini tapi aku juga tak bisa melihatku terus tergantung pada seseorang seperti mereka.
"Untuk saat ini, mungkin aku hanya bisa mengatakan ini. Bahwa, aku lelah menjadi beban bagi orang lain, aku ingin hidup bertopang pada kakiku sendiri." Lanjut Sinb yang kali ini dapat ia lihat mata Hanbin berkaca-kaca.
Ini sulit, lebih sulit dari sakit apapun. Jebal, jangan membuatku bertambah kesusahan dengan mengkhawatirkanmu Hanbin.
"Uljima, aku benci kau menjadi lemah seperti ini karena aku." Kata Sinb yang kali ini menyentuh wajah Hanbin dan Hanbin pun memejamkan matanya, berusaha menikmati setiap sentuhan lembut dari tangan Sinb.
Jika dugaan Yunhyeong itu benar, apa yang harus ku lakukan kepadamu? Aku tak sanggup menghadapimu saat semua alasan dimana kau menjadi seperti ini karena kami!
Sinb-ah, kau harus bahagia!
Hanbin membuka matanya dan tiba-tiba saja menarik Sinb lebih dekat.
"Han-bin-ah, wae?" Tanya Sinb terbata. Merasa terkejut sekaligus gugup.
Hanbin masih diam, matanya menelusuri jejak wajah Sinb. "Jika suatu saat nanti semua menjadi kacau. Aku harap kau selalu ingat, jika aku cukup mempedulikanmu." Lirih Hanbin dan Sinb mengangguk.
"OMMO!!" Pekik seseorang saat melihat Sinb dan Hanbin berdekatan, seketika mereka terkejut dan Sinb mencoba menjauhkan dirinya dari Hanbin.
"Eunha..." Seru Sinb saat tau jika gadis dihadapannya ini adalah teman satu sekolah dengannya.
OTTOKAE??? BAGAIMANA INI?
"Nugu? Temanmu?" Tanya Hanbin yang terlihat sekali santai, tak merasa malu sedikit pun.
"Ne, aku temannya Sua. Apa kau kekasih Sua?" Tanya Eunha antusias dan Sinb menggeleng sementara Hanbin nampak berfikir.
"Sua?" Gumannya yang kini menatap Sinb dan gadis ini pun mencoba memberikan kode dengan mengedip-ngedipkan matanya. Hanbin pun tertawa, ia sadar jika Sinb mencoba menyamar dan sepertinya ia akan sedikit bermain-main.
"Apa kami cocok?" Bahkan kini Hanbin merangkul Sinb yang tentu saja membuat Sinb jengkel.
Wah, dia kembali pada mode menyebalkannya!
"Tentu saja, aku pikir Bobby akan patah hati mendengar ini." Lanjut Eunha antusias.
"Ani..." Belum selesai Sinb memberikan sangkalannya, Hanbin memotong perkataannya.
"Bobby? Siapa dia? Bedebah yang mencoba merayumu, chagia?" Tanya Hanbin yang berusaha mengerjai Eunha dan tentu Sinb juga.
YAK! BEDEBAH SIALAN INI!
"Kau bedebah sialan, berhenti menggoda gadis polos ini." Bisik Sinb dan Hanbin pun tertawa.
Eunha masih memandangi keduanya penuh antusias dan rasa penasaran.
"Katakan kepadaku, apa keperluanmu kemari?" Tanya Sinb yang juga ingin mengalihkan topik menjengkelkan ini.
"Apa kau lupa kalau kita ada tugas kelompok?" Kata Eunha dan mulut Sinb seketika membuka.
"Astaga, kenapa aku menjadi sepikun ini? Hanbin, aku harus pergi dan pekerjaanku juga sudah selesai." Kata Sinb yang terlihat terburu-buru.
"Mau aku antar?" Tawar Hanbin dan Sinb terdiam.
"Tentu saja boleh, ini akan menggemparkan seisi sekolah, jika Sua memiliki kekasih yang mirip dengan member iKON BI. Aku tidak bisa membayangkan ekspresi para namja, terutama Bobby." Ucap Eunha yang terlihat tertawa geli.
"Ania, kau harus pulang sebelum larut malam." Kata Sinb yang kini menarik tangan Hanbin untuk berdiri tapi pria ini enggan untuk berdiri. Malahan ia membuat Sinb harus menahan mati-matian agar tubuhnya tak tertarik Hanbin.
"Ah so sweet sekali." Guman Eunha mengartikan bahwa mereka berdua berusaha menunjukkan kemesraan mereka.
"YAK! APA YANG KAU LAKUKAN KEPADANYA?" Suara serak nan tinggi itu, seketika membuat Sinb, Hanbin dan Eunha harus menoleh.
Dari balik pintu toko, tubuh kekar Bobby berjalan cepat masuk, disusul Dong Hyuk dan Chanwoo.
MATI KAU SINB! Hanbin pasti akan menghajar Bobby yang selalu menempel padaku. Belum lagi bedebah Chanwoo dengan segala keingintahuannya.
OTTOKAE!!! BAGAIMANA AKU HARUS MENANGANI INI???
-Tbc-
Hi...Aku kembali dengan FF ini 😂😂
Adakah yang menunggu??? Seperti aku menunggu Lucas berhenti nyabe 😅
VOTE X KOMEN
Jangan lupa!!!
😉😉😉
FOLLOW JUGA!!!
😳😳😳
T H A N K S
🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top