Chapter 8
🎶Playlist🎶
.
Joy feat Mark - Dream Me
.
.
Hi...Aku kambek dengan FF ini 😂
.
Adakah yg menanti?
.
.
Vote x Komen jangan lupa ya 😉
.
.
Follow bagi yang belum 😉
.
.
Happy reading
💁💁💁
.
.
Yunhyeong akan menemui Hanbin, ia bergegas mengambil mobilnya saat tiba-tiba Minyeon datang.
"Yunhyeong!" Panggil Minyeon yang turun dari mobilnya. Berjalan dengan riang mendekati tunangannya ini.
"Kau mau kemana? Apa aku boleh ikut?" Tanyanya yang seketika membuat Yunhyeong menghela napas.
"Mianhae, ada sebuah masalah besar yang harus aku urus. Kau lebih baik kembali sekarang, besok aku akan menjemputmu ke sekolah." Kata Yunhyeong yang kini meraih pintu mobilnya.
"Apa ini berhubungan dengannya?" Tanya Minyeon yang menunjukkan wajah kekesalan.
Yunhyeong berhenti dan menoleh. "Siapa maksudmu?" Tanyanya.
"Siapa lagi kalau bukan Hwang Sinb? Bukankah karena keluarganya kau terlibat perjodohan ini? Dan sampai kapan kau harus melindungi keluarganya? Sekarang kalian tak memiliki hubungan apapun!" Ucap Minyeon yang terlihat marah, tidak biasanya gadis ini berperilaku seperti ini? Biasanya ia cukup sopan dan anggun tapi hari ini?
"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal ini?" Tanya Yunhyeong yang jelas merasa cukup aneh.
"Karena aku menyukaimu. Tidak peduli ini perjodohan atau bukan? Yang pasti aku akan mempertahankanmu sampai akhir!" Katanya yang kini memeluk Yunhyeong sambil menangis, membuat pria ini tak tega.
Akhirnya Yunhyeong membiarkan Minyeon menangis dalam pelukannya. Mungkin nanti saja, ia akan berbicara dengan Hanbin.
---***---
Pagi menjelma dengan kumpulan awan putih berarak, sinar mentari yang menyingsing di ufuk timur. Sinb sudah bangun semenjak tadi dan membantu nenek membawa barang dagangannya menuju stasiun.
Dalam perjalanan pulang, ia melihat sebuah selebaran tertempel di sebuah toko bunga. Sebuah pesan tentang di cari seorang pekerja part time. Mata Sinb berbinar dan berharap bisa bekerja disini.
"Wah, ini kebetulan yang luar biasa. Bisakah aku bekerja disini?" Gumannya pada diri sendiri.
"Apa kau membutuhkannya?" Sahut seseorang yang membuat Sinb menoleh dengan segera. Ia melihat seorang wanita paruh bayah, bak dewi yang tiba-tiba turun dari kayangan berjalan mendekatinya.
Woah, bibi ini manusia apa bukan? Kok cantik sekali? Jisoo saja kalah cantik. Aku yakin, jika ini kecantikan alami bukan oplas.
Sinb menganga, tak percaya ada wanita cantik di tempat terpencil seperti ini.
"Apakah anda pemiliknya?" Tanya Sinb dan wanita itu tersenyum, kemudian mengangguk.
Ia mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, namaku Krystal Jung. Kau bisa memanggilku immo saja"
Sinb dengan cepat menyambut tangannya. "Perkenalkan namaku Kwon Sua. Ah, bagaimana aku bisa memanggil immo? Anda masih terlihat sangat muda." Kata Sinb yang merasa kurang pantas.
Wanita dihadapannya ini tertawa. "Tidak masalah, jika anak ku hidup pasti ia berada di bawahmu 2 tahun. Jadi aku sudah pantas untuk kau panggil immo." Lanjutnya dan Sinb pun mengangguk.
"Ah baiklah, immo." Ucap Sinb mulai membiasakan diri.
"Bagus, ayo masuk dan aku akan menjelaskan bagaimana detail pekerjaan yang harus kau lakukan." kata Krystal yang sudah berhasil membuka pintu untuk toko barunya.
"Immo sendirian disini?" Tanya Sinb yang masih memandangi Krystal dengan kagum.
"Ani, aku memiliki suami tapi pekerjaannya di luar kota. Jadi, ia akan pulang paling cepat dua minggu sekali atau lebih." Terang Krystal yang tentu membuat Sinb berfikir.
Heran, apa hubungan mereka buruk? Bagaimana bibi secantik ini dicampakan oleh seorang pria?
"Apa kau berfikir kalau kami memiliki masalah? Tentu sama sekali tidak." Kata Krystal yang sepertinya bisa membaca jalan fikiran Sinb membuat Sinb meringis, merasa malu karena ketahuan, menduga yang tidak-tidak.
"Lalu apa yang immo lakukan disini? Bukankah seharusnya memiliki keluarga itu harus tinggal bersama? Bagaimana dengan anak-anak nanti? Pastinya membutuhkan sosok Appa kan?" Entah apa? Yang mendorong Sinb memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar kepada.
Krystal terdiam, memandang Sinb dengan ekspresi ibanya. Ia tau, Sinb mengatakan hal itu karena ia pernah mengalaminya, jadi gadis ini tak ingin hal itu terjadi pada orang lain.
"Ah, apa aku berbicara terlalu jauh immo?" Tanya Sinb yang tiba-tiba sadar jika ia adalah orang asing yang baru saja melamar pekerjaan paruh waktu disini dan Sinb merasa ia sudah lancang.
Krystal tersenyum. "Ani, justru aku sangat terkejut. Diusiamu yang masih semudah ini, kau sudah berfikir terlalu jauh. Apa selama ini hidupmu sangat sulit? Atau kau memiliki banyak keluhan?" Tanya Krystal dengan lembut. Tidak ada yang akan mengira, jika wanita yang semenjak dulu terkenal dingin ini, benar-benar menjadi bidadari dihadapan Sinb.
Sulit?
Apa kata itu pantas untuk menggambarkan semuanya yang terjadi kepadaku?
Bahkan aku juga tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluh tentang banyak hal. Karena aku juga tidak tau pada siapa aku harus mengeluhkan masalah hidupku ini.
Krystal melihat semuanya, saat wajah Sinb berubah sedih dan dengan cepat Sinb merubahnya kembali. "Ani, aku tidak memiliki keluhan apapun. Jadi mulai kapan aku harus berkerja disini immo?" Tanya Sinb yang seolah beruasaha mengubah topik.
"Besok, sepulang sekolah. Kau boleh langsung kemari. Akan ada seragam untukmu, aku akan mengajari bagaimana cara menata bunga nanti." Kata Krystal yang tentu membuat Sinb terkejut dengan dugaan Krystal.
"Dari mana immo tau, jika aku masih seorang pelajar?" Tanya Sinb dan Krystal pun tersenyum.
"Penampilanmu sangat memperlihatkan jika kau adalah pelajar." Komentar Krystal dan Sinb pun tersenyum.
"Dan satu hal lagi. Beberapa hari yang lalu aku memang tinggal di kota dengan aktifitas yang padat, aku sampai tidak punya waktu untuk diriku sendiri dan untuk memperoleh keturunan. Jadi, aku dan suamiku memutuskan bagiku untuk istirahat disini. Membuka toko bunga dan mengurangi kegiatan yang terlalu, jadi kau tidak perlu khawatir kalau aku memiliki masalah dengan suamiku." Terang Krystal yang tentu saja membuat Sinb tertawa.
"Syukurlah immo, kalau begitu bolehkah aku pergi? Aku akan terlambat sekarang." Kata Sinb dan Krystal mengangguk.
"Sampai jumpa besok!" Kata Krystal sembari melambaikan tangannya dan Sinb pun tersenyum, melambaikan tangannya.
---***---
Hanbin sudah berada di dalam markas TB5, tubuhnya terlentang di sebuah kasur lantai. Tangan kanannya sibuk memakan beberapa snack dan tangan kirinya mengganti-ganti beberapa chanel, terlihat sekali jika ia cukup frustasi. Sementara June, duduk di sofa dan seperti biasa asyik dengan game.
"Kau menemuinya kan kemarin?" Tanya Hanbin yang menyadari June tiba-tiba saja menghilang.
June menghentikan aktiftasnya bermain game. Memandang Hanbin dengan tatapan menimbang.
"Apa dia baik-baik saja?" Hanbin masih terus bertanya dan June mengela nafas panjang.
"Kau pikir dengan semua yang terjadi? Ia akan baik-baik saja? Bahkan ia terlihat lebih kurusan." Ucap June yang seketika membuat Hanbin menghentikan aksi makannya.
Menoleh kepada June. "Lalu kenapa kau biarkan dia seperti itu? Bukannya kau harus mengusahakan semua hal agar ia tak kekurangan apapun!" Ucap Hanbin dengan kekesalannya dan June lagi-lagi mendesah.
"Kau pikir, aku bisa menang dengannya? Sekarang kau pilih, tetap bisa menemuinya atau tidak bisa menemuinya?" Tanya June yang seketika membuat Hanbin membantingkan makanannya begitu saja.
Ia berdiri dan segera meraih ponsel June. "Apa yang akan kau lakukan?" Tanya June.
"Aku akan mencarinya dan membawanya kembali!" Kata Hanbin dengan amarahnya.
"Andwae! Jika kau melakukannya, ia tidak akan pernah muncul lagi." Kata June yang terlihat khawatir.
"Aku tidak peduli! Apa kau tidak tau bagaimana rasanya menjadi diriku sekarang? Hah! Aku, aku yang selalu bersamanya semenjak kecil, aku yang selalu mengkhawatirkannya jika ia terus bertingkah ceroboh! Dia begitu tergantung kepadaku dan sekarang, ia diluar sana sendirian."
DUAK
Hanbin membanting handphone June dan Yunhyeong datang disaat kondisi tak kondusif.
"Apa yang terjadi?" Tanya Yunhyeon dan Minyeon ternyata menyusulnya.
"Wae? Apa yang kau lakukan disini? Bukannya kau sibuk berkencan dengannya?" Bentak Hanbin yang moodnya benar-benar buruk.
Yunhyeong menghela napas. "Aku tidak sedang ingin bertengkar denganmu. Aku hanya ingin mengatakan tentang Sinb." Kata Yunhyeong.
"Wae? Kenapa kau membahasnya lagi? Kau sudah di jodohkan denganku Yunhyeong, kenapa kau membahas yeoja itu lagi?" Protes Minyeon yang jelas saja membuat amarah Hanbin bertambah.
"Yeoja itu katamu? Jangan pernah menyebut Sinb kami dengan celaan seperti itu. Justru kau, orang baru disini! Perlu kau ingat itu!" Hanbin memperingatkan Minyeon membuat gadis ini ketakutan.
"Hanbin sudahlah, jangan lampiaskan semua amarahmu kepadanya." June memperingatkan.
"Biarkan saja, sejak dulu aku memang membenci yeoja yang terlihat anggun tapi hatinya penuh kedengkian. Lihatlah Jisoo, dengan baiknya Sinb membawanya kemari dan ia yeoja yang tak tau terima kasih. Yunhyeong kau lihat saja, kau akan menyesal karena berani membuat Sinb ku sedih. Bahkan yeoja ini tak memiliki hati sehebat Sinb kami." Kata Hanbin yang kini pergi.
"Bin!" June berusaha mengejarnya tapi berhenti dihadapan Yunhyeong dan menepuk pundaknya.
"Maafkan Hanbin. Ia sensitif jika menyangkut Sinb dan aku hanya bisa memperingatkanmu, jika kau masih merasa bagian TB5, tolong jangan biarkan orang asing masuk kemari. Bahkan Jisoo sekarang, bukan lagi bagian dari kita." Ucap June sembari melirik kearah Minyeon.
Yunhyeomg sedikit terkejut tentunya. "Wae? Apa yang dilakukan Jisoo sampai membuat kalian marah seperti ini?" Yunhyeong sungguh penasaran.
"Ia yang menyebarkan berita tentang Sinb." Jawab June yang seketika membuat Yunhyeong menatapnya tak percaya.
"Ada banyak hal yang menjadi misteri. Bahkan semuanya tidak bisa kita percaya begitu saja. Bagaimana ini? Kini hanya tersisa kita, ku harap kau tak semakin jauh dari kami." Ucap June ambigu tapi Yunhyeong yang memang jenius cukup memahami apa yang temannya ini katakan.
Banyak hal yang terjadi dan terlihat terencana, bahkan siapapun tidak bisa dipercaya. Hanya tersisa mereka bertiga dan June berharap Yunhyeong tidak akan semakin jauh dari jangkauan mereka.
Seperti ini lah, hal yang mampu Yunhyeong pahami dari ucapan June yang kini sudah berjalan pergi.
"Ayo kita pergi." Ajak Yunhyeong dan Minyeon masih diam.
"Kau marah padaku?" Tanya Minyeon.
"Ani, aku akan mengantarmu ke kelasmu. Tapi sebelum itu, aku ingin mengatakan satu hal. Aku dan Sinb setelah kami berpisah, ia tetap menjadi sahabatku. Apapun yang kami bahas tentang Sinb, itu adalah urusanku. Jadi aku mohon kepadamu untuk tak melangkah terlalu jauh, mungkin aku akan selalu bisa memaklumi tapi kedua temanku itu, mereka bukanlah seseorang yang akan memaklumi sikapmu." Kata Yunhyeong yang kini menarik Minyeon, meninggalkan markas TB5.
Minyeon terdiam, nampak tidak suka dengan ucapan Yunhyeong.
---***--
Sinb sudah berjalan menuju sekolahnya, tidak seperti beberapa hari yang lalu, disaat sepanjang jalan ia terus-terusan menggerutu karena kelelahan. Tidak terlalu jauh memang jaraknya, menurut pandangan penduduk disini tapi bagi Sinb? Tentu cukup jauh, apa lagi selama ini kebiasaannya kemana-mana menaiki mobil sendiri atau kalau tidak ia memiliki sopir panggilan yang akan selalu mengantarkannya kemana pun ia ingin pergi, sebut saja Hanbin.
"Rupanya aku sudah terbiasa dengan semuanya." Gumannya sendiri, menatap keatas dan melihat beberapa dedaunan gugur, sinar mentari terasa hangat dan menyilaukan saat bersama.
Sinb mengembangkan tersenyumannya, berusaha menyapa pagi yang terik.
"Kalau kau terus berdiri dan tersenyum sendiri seperti itu, aku yakin besok kau akan di bawa kerumah sakit jiwa." Celetuk seseorang, Sinb pun berusaha mencari sumber suara itu dan ia menemukannya.
Ah, namja menyebalkan yang sok pintar ini.
Jung Chanwoo!
Terlihat Chanwoo mengendarai sepeda ontel, berhenti tepat dihadapan Sinb.
"Gila atau tidak, itu urusan ku!" Galak Sinb yang kini pergi meninggalkan Chanwoo.
Chanwoo hanya tertawa dan mengayunkan sepedanya mengikuti Sinb, bahkan ia mencoba mengganggu gadis ini dengan memainkan bel sepedanya.
Kriiinggg
Kriiinggg
Sinb berhenti dan membalikkan badan. Menatap Chanwoo kesal. "Yak! Ka!" Usir Sinb yang berbalik lagi dan berjalan lebih cepat tapi Chanwoo nampaknya tak mau menyerah begitu saja.
Kriiinggg
Kriiinggg
"JUNG CHANWOO! APA KAU BOSAN HIDUP!" Ancam Sinb yang seketika membuat Chanwoo terbahak.
"Inilah dirimu yang sebenarnya kan? Kwon Sua!" Katanya dengan penekanan membuat Sinb menatapnya tajam.
"Wae? Kenapa jika aku seperti ini? Masalah buatmu?" Sinb tak merubah intonasinya dan tatatapan mengecek itu tergambar jelas di wajah Chanwoo.
"Ani, hanya saja kau tak pantas menjadi murid di Anseo yang selalu menjujung tinggi nilai-nilai kebaikan." Katanya yang kino mengayuhkan sepedanya lagi.
Memang siapa dia? Seenaknya menilaiku seperti itu!
"Eh Jung Chanwoo!" Teriak Sinb, membuat Chanwoo menoleh.
"Kau pikir manusia hanya memiliki sisi baik? Terkadang manusia juga harus mengeluarkan emosinya dari pada terus memendamnya. Jujur pada diri sendiri itu lebih penting dari pada penuh dengan pencitraan tapi nyatanya di balik semua itu, ada banyak keluhan. Kalau kau tak menyukai aku karena sebangku denganmu, bahkan karena kita satu sekolah, itu urusanmu! Lagi pula, aku tidak pernah mengganggumu atau pun yang lain, kenapa kau sibuk sekali mengusikku!" Kata Sinb yang kali ini berjalan cepat, meninggalkan Chanwoo yang masih terdiam.
Chanwoo menghela nafas. "Susah untuk tak mempedulikanmu. Dilihat dari sudut mana pun, kau selalu menarik. Memiliki pikiran dan pendapat dengan bebas. Jiwa yang bebas, aku ingin sepertimu." Guman Chanwoo yang kini mengayuhkan sepedanya kembali.
---***---
Di kediaman keluarga Hwang. Saat Tn. Hwang dan Ny. Hwang berada dalam ruang kerja.
"Bagaimana? Kau menemukan Sinb?" Tanya Ny. Hwang yang terlihat menyeduh teh.
Tn. Hwang menggeleng. "Belum, aku menambah beberapa orang lagi untuk membuatnya semakin cepat dan lagi aku harus menyembunyikan hal ini dari Song dan Kim." Ucap Tn. Hwang sembari menghela napas dalam, kelelahan secara fisik dan emosional.
"Kalau begitu temui mereka seperti biasa. Urus semua pekerjaanmu dan rencana kalian seperti semula. Biarkan aku saja yang menanganinya, sehingga mereka tidak mencurigaimu. Bahkan aku pikir mereka saat ini mengirim mata-mata di sekelilingmu. Yeobo, kita harus bergerak dengan hati-hati. Kau jelas tidak bisa menjauh karena kau sudah terlalu dalam terlibat dalam rencana besar ini. " Ucap Ny. Hwang dan Tn. Hwang pun memeluknya.
"Aku tau itu. Karena itu aku ingin menebus semua dosaku. Setiap malam, aku tidak bisa tidur karena memikirkan Sinb. Sungguh, aku sangat bersalah kepadanya." Lirih Tn. Hwang.
"Apa lagi aku? Dia bayiku dan aku yang membesarkannya. Bahkan jika kenyataannya, ia bukan anak Junho dan Jessica, dia tetap putriku." Ny. Hwang menangis, rindu dan sedih bercampur dengan keadaan yang semakin rumit.
Hyunjin hanya mampu mendengarkannya dari balik pintu, berharap semua masalah ini akan terselesaikan.
"Noona mianhae...Aku merindukanmu." Guman Hyunjin dengan matanya yang berkaca-kaca.
Sementara, di kediaman keluarga Kim. Hanbin tiba dirumah dan hendak masuk saat ia melihat beberapa orang berada di ruang tamu.
"Hanbin, kemari nak. Ada Tn. Kim Jinhyuk dan Jisoo." Panggil eomma Hanbin yang seketika membuat Hanbin berhenti sesaat, membungkuk sebagai penghormatan, kemudian pergi begitu saja.
"Hanbin!" Kali ini Appanya memanggilnya tapi Hanbin tak menghiraukannya. Ia lebih memilih masuk kedalam kamarnya dan membanting tubuhnya diatas kasur.
Handphonenya berdering dan tertera dilayar jika panggilan ini dari Yunhyeong, Hanbin pun mematikannya tapi hp itu terus bergetar membuat Hanbin benar-benar hilang kesabaran. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengangkatnya.
"Wae?" Tanya Hanbin.
"Aku tau tidak ingin berbicara denganku tapi, ini mendesak dan ada hubungannya dengan Sinb." Kata Yunhyeong diseberang.
"Baiklah, ayo kita bertemu dan ceritakan semuanya kepadaku!" Pinta Hanbin.
"Baik, ayo sekarang ke cafe dekat rumahmu"
Balas Yunhyeong diseberang.
"Aku tunggu kau 30 menit, jika kau tak datang? Aku akan menghajarmu!" Ancam Hanbin seperti biasanya.
"Hoh, kau boleh melakukan apapun!" Balas Yunhyeong yang membuat Hanbin bertambah penasaran.
"Kita lihat saja, apa omonganmu ini penting atau tidak?" Ucap Hanbin dan terus saja menggerutu.
"Tentu saja, aku selalu menggunakan mengatakan yang sebenarnya." Balas Yunhyeong.
Tutt
Hanbin pun memutuskan untuk menutup saluran telponnya secara sepihak.
-Tbc-
T H A N K S
🙏🙏🙏
KALIAN SEMUA YANG TERBAIK 😘😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top