Chapter 7

🎶Playlist🎶

Wendy feat Jhon Legend - Written In The Star
.
.
Jangan lupa tinggalin jejak ya 😂
.
Ada yang kangen sama aku 😅😅😅
.
.
Sebenernya mau semalem aku up tapi aku nggak kuat sama ngantuk 😧😧😧
.
Jadi nggak pa-pa kan 😂
.
.
.

Hyunjin nampak mondar-mandir didepan sebuah pintu kayu penuh ukir, jika benar dari balik pintu adalah sebuah kamar yang cukup luas.

"Sudah berapa lama Appa didalam sana?" Tanya Hyunjin pada pembantu rumah tangganya. Ia baru saja pulang dari sekolah dan mendapati ajumma penjaga rumahnya terlihat kebingungan didepan kamar Appanya.

"Semenjak sore tuan muda." Jawab Ajumma membuat Hyunjin menghela nafas, berlahan melangkan mendekati pintu dan mulai mengetuknya.

Tok

Tok

"Appa! Buka pintunya." Mohon Hyunjin tapi tak ada jawaban dari balik pintu membuat Hyunjin semakin khawatir saja.

"Ajumma sudah menelepon eomma?" Tanya Hyunjin kepada pembantu rumah tangga itu.

"Ne, tua muda. Mungkin sebentar lagi tiba." Lanjut pembantu tersebut.

"Hyunjin..." Panggilan lembut dari seseorang yang begitu Hyunjin rindukan.

"Eomma..." Hyunjin memeluk eommanya hangat.

"Ada apa?" Tanya Ny. Hwang.

"Appa mengurung dirinya dikamar semenjak kemarin. Bahkan tak keluar hanya untuk makan." Terang Hyunjin dengan wajah cemasnya. Ny. Hwang membelai lembut rambut Hyunjin, merasa kasihan kepada putra kecilnya ini karena harus merasakan banyak hal yang tak seharusnya ia rasakan diusianya yang masih muda ini.

Mata Ny. Hwang semakin berkaca-kaca saat mengingat satu lagi anaknya yang entah pergi kemana?

"Lebih baik kau pergi kekamarmu, biarkan eomma berbicara dengan Appamu." Pinta Ny. Hwang dan Hyunjin menyetujuinya.

Ny. Hwang bergerak, mendekati pintu dan mengetuknya.

Tok

"Hwang, mari kita bicara." Bujuk Ny. Hwang dan keajaiban terjadi, hanya dalam hitungan detik pintu itu terbuka.

Krek

Muncul lah sosok Tn. Hwang yang nampak begitu lesu dengan rambut berantakannya. Ny. Hwang menganga, selama ia hidup bersama Tn. Hwang tak pernah ia melihat pria ini terlihat sangat kacau seperti ini. Seketika perasaan kesal dalam diri Ny. Hwang hilang, berganti dengan perasaan ibah. Sebenernya perasaan itu sudah berubah semenjak Ajumma meneleponnya tadi.

"Apa yang terjadi?" Tanya Ny. Hwang yang menuntun Tn. Hwang masuk lagi kedalam kamarnya.

Tn. Hwang duduk, nampak menghela nafas. "Apa yang harus ku lakukan sekarang Jieun?" Lirihnya dengan suara lemah membuat Ny. Hwang bertambah terkejut dan penasaran.

Percayalah, dari semua hal menyebalkan yang pernah Tn. Hwang tunjukkan, pria ini tidak akan pernah bersikap lemah tepatnya menunjukkan sikap lemahnya. Namun hari ini? Bahkan ia tak merasa sungkan untuk terlihat menyedihkan dihadapan istrinya ini.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Kalau kau tak mengatakannya dengan jelas, mana mungkin aku tau." Desak Ny. Hwang membuat Tn. Hwang memandangnya.

"Sinb..." Perkataannya mengambang saat selesai menyebut nama anak angkatnya.

"Kenapa dengan Sinb? Tidak ada hal buruk yang menimpanya kan? Atau kau berusaha melakukan sesuatu kepadanya? Hwang! Seperti apapun dia, dia adalah gadis kecil kita. Aku yang membesarkannya, kau sendiri tau bagaimana aku membesarkannya." Ny. Hwang menangis, merasa khawatir membuat Tn. Hwang mau tidak mau berdiri dan memeluknya.

"Ani, aku tidak melakukan apapun kepadanya. Percayalah kepadaku." Ucapnya, kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Ny. Hwang dengan serius.

"Yang ingin ku katakan adalah Sinb, putri yang selama ini kau rawat adalah putri dari Junho dan Jessica." Lirih Tn. Hwang.

"Apa? Ka-kau tidak bercanda kan?" Ny. Hwang menatap suaminya ini tak percaya tapi anggukan dan ekspresi Tn. Hwang yang tak berubah membuat Ny. Hwang menganga.

"Dari mana kau tau?" Ny. Hwang mulai menangis. Ia cukup mengenal pasangan itu, pasangan yang memiliki sejarah penting bagi suaminya ini.

"Krystal datang." Ucapan berikutnya dari Tn. Hwang membuat Ny. Hwang menatapnya kembali.

"Mwo? Kenapa kalian bertemu? Kau tidak berfikir untuk kembali kepadanya kan?" Rasanya belum cukup kejutan yang ia terima tentang asal Sinb, suaminya ini pun mengatakan bahwa ia bertemu dengan mantan kekasihnya?

Skema apa yang sebenarnya, suaminya coba lakukan?

"Tidak, bukan itu masalahnya. Krystal sengaja membuatmu mengadopsi Sinb, agar ia bisa memaafkan ku. Junho berkorban untuk kami, Jessica meninggal dan Krystal keguguran. Semua itu adalah ulang Song." Terang Tn. Hwang membuat Ny. Hwang hampir saja terjatuh karena sangking terkejutnya. Ia tak menyangka, jika kejadian puluhan tahun yang menjadi misteri itu kembali muncul. Bahkan kemunculannya kali ini seolah seperti bom dengan jawaban bertubi-tubi.

Ny. Hwang menangis dan Tn. Hwang bertambah sedih. Hanya mengetahui fakta ini saja mereka sudah cukup memahami apa yang terjadi.

Suasana menjadi hening seketika. Kedua orang tua ini terlalu sibuk dengan pemikiran dan dugaan mereka masing-masing.

"Kau harus mencari Sinb, sebelum semua terlambat. Akui dosamu kepada Junho dan Jessica. Jangan biarkan Song, melangkah terlalu jauh. Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika sampai terjadi sesuatu kepada Sinb. Kau dengar itu Hwang?" Desak Ny. Hwang yang kini berusaha melepaskan dirinya dari Tn. Hwang.

"Jangan pergi!" Mohon Tn. Hwang dan ini pertama kalinya pria ini memohon. Ny. Hwang menoleh dan menghela nafas, menatap suaminya ini dengan kasihan.

"Aku tidak akan pergi, aku harus menenangkan putra kita, Hyunjin. Dia lebih lemah dari pada Sinb." Kata Ny. Hwang dan barulah Tn. Hwang melepaskannya.

Memandang punggung Ny. Hwang yang semakin menjauh.

"Sinb...Maafkan Appa." Lirihnya yang kini mulai menangis.

--***--

Hanbin dan Jisoo berjalan bergandengan tangan menuju cafe. Jisoo terlihat begitu bahagia namun Hanbin masih menunjukkan sikap acuhnya. Seperti biasanya, begitulah Hanbin yang selalu acuh.

"Kenapa aku merasa hari ini kamu berbeda?" Jisoo memberanikan diri untuk bertanya. Menatap Hanbin penuh kebahagiaan, berharap sesuatu yang menyenangkan akan keluar dari mulut Hanbin.

"Aku? Biasa saja." Jawab Hanbin yang seketika membuat senyum Jisoo berhenti.

"Biasanya kan, kau tak pernah menggandeng tanganku dan mengajak ku pergi ke cafe berdua saja tanpa yang lain." Jisoo mencoba untuk menjelaskan.

Hanbin tersenyum sinis tanpa Jisoo tau. "Sinb sudah pergi dan dia selalu menceramahiku untuk menjagamu." Jawaban tak terduga muncul dari mulut Hanbin membuat Jisoo membisu dan tak tau harus menjawab apa?

Kenapa disaat seperti ini, mereka harus membahas tentang Sinb? Jisoo sangat kesal karena itu ia melepaskan genggaman tangan Hanbin.

"Apa kau menemukan sesuatu? Apa ada seseorang yang menghubungi mediamu?" Sekali lagi, Hanbin membuat Jisoo benar-benar dongkol tapi sebisa mungkin ia menahannya.

"Tidak, belum ada." Jawabnya dengan suara bergetar karena berusaha menahan emosinya.

"Jika ada seseorang yang menghubungimu..."

"Kenapa kau selalu membahas tentang Sinb dihadapanku?" Jisoo tiba-tiba memotong pembicaraannya. Kali ini Hanbin tertawa, seolah ia berhasil mendapatkan tangkapan besar.

"Kenapa kau tertawa!" Jisoo sedikit meninggikan suaranya.

"Kenapa kau bilang? Seharusnya aku yang bertanya, apa tujuanmu bergabung bersama TB5? Popularitas? Kau cukup populer, ku pikir kau tidak membutuhkan hal itu. Memiliki banyak koneksi? Kurasa keluargamu lebih mudah memperoleh koneksi dibandingkan dengan keluarga kami. Lalu apa yang kau inginkan? Jisoo, bisakah kau memberitahuku?" Tanya Hanbin dengan acuh seperti biasanya membuat Jisoo merasa sakit dan sedih.

"Wae? Kau tidak bisa bicara? Sangat konyol, kau pikir kami ini hanya kumpulan orang-orang bodoh yang dapat kau permainkan? Kau akan menyesal telah melakukan hal semacam ini kepada kami." Ucap Hanbin yang kini berbalik, melangkah menjauh.

"Hanbin saranghae!" Seru Jisoo membuat Hanbin menghentikan langkahnya. Namun, ia tidak menoleh hanya melambaikan tangannya saja.

"Idiot! Aku benci yeoja licik sepertimu! Jangan coba untuk muncul dihadapan ku atau berusaha menyakiti siapapun. Kau bukan lagi bagian dari TB5!" Kata Hanbin dengan tajam.

"Terserah, lagi pula orang tuamu telah menjodohkan kita. Kau tidak bisa menghindari ini." Kata Jisoo tak tau malu.

"Yeoja gila! Berhentilah berfantasi sebelum aku sendiri yang menghentikannya. Jangan menungguku sampai menggila karena jika itu sampai terjadi, tidak akan ada yang selamat dari seranganku. Bahkan jika kau menjadikan orang tuaku sebagai tameng? Ku pastikan kau tidak akan sempat hanya untuk sekedar mengeluh!" Lagi, Hanbin mengancam Jisoo lagi dan pergi meninggalkan Jisoo yang mulai menangis.

Sementara dari kejauhan, terlihat June memantaunya dari hp dengan tampilan perdebatan mereka berdua yang terhubung lewat kamera cctv yang berhasil ia retas.

"Akhirnya serigala mengamuk." Gumannya yang kini ikutan pergi.

Menyisahkan Jisoo dengan segala kesedihannya. Kesedihan oleh cinta yang tertolak, sedih karena ia merasa sendirian lagi.

"Aku tidak akan menyerah, kita lihat saja Hanbin siapa yang akan menang." Gumannya dengan isak tangis yang semakin keras.

---***---

Pagi yang indah dengan rutinitas yang selalu menunggu. Sinb, seperti biasanya membantu nenek Kwon pergi ke stasiun, menata dagangan kaos kaki dan kali ini ada yang berbeda, Jinhwan menemaninya.

Ada apa dengannya? Kenapa harus repot-repot mengantar kami? Ah, ini membuat ku kikuk!

"Saem...Seharusnya anda tidak perlu serepot ini." Kata Sinb tak enak hati, sementara nenek Kwon tersenyum melihat interaksi mereka.

"Tidak masalah, biasanya aku bangun pagi buta hanya untuk duduk menatap langit. Kurasa membantu nenek Kwon tak terlalu buruk." Ucapnya sambil melemparkan senyum kepada nenek Kwon.

Apa aku harus mulai terbiasa dengan kebaikannya?

"Terima kasih nak, nenek juga berharap kau mau membantu cucu nenek ini." Kata nenek Kwon.

Aku sebenarnya tak ingin nenek terus bekerja, nenek sudah sangat tua dan sudah saatnya ia beristirahat. Aku harus membantunya, menangani ini.

"Nek, tunggu sampai aku menemukan part time. Nenek tidak perlu berjualan seperti ini lagi." Kata Sinb dengan ekspresi sedihnya.

"Kau membutuhkannya?" Tanya Jinhwan dan Sinb mengangguk.

"Tidak, kau tidak perlu bekerja. Biarkan aku saja yang bekerja dan kau hanya perlu belajar." Tolak nenek yang membuat Sinb menghela nafas, sementara Jinhwan memandangi dua perempuan ini bergantian, nampak memikirkan sesuatu.

Tidak! Nenek harus istirahat dan aku yang akan bekerja.

"Aku bisa memberimu pekerjaan, jika kau mau." Ucap seseorang yang membuat Sinb menoleh dan ia menemukan June tersenyum dengan kekonyolannya, Sinb melotot terlihat sekali kesal dan sangat ingin menendang pantatnya

June sialan! Kenapa juga dia harus datang disaat seperti ini? Ah, aku sangat ingin menendang pantatnya!

Disini ada Jinhwan dan ia tidak boleh tau tentang jati dirinya. Sungguh, saat ini Sinb hanya ingin mengalihkan dirinya dari luka dimasa lalu, bukan ingin melupakan. Hanya ingin menjalani kehidupan baru yang mungkin dapat memberikannya nafas.

"Bukankah itu temanmu?" Tambah nenek yang ingatannya masih tajam.

"Ah iya..." Jawab Sinb terbata.

Ah, nenek memperparah semuanya. Padahal, aku berencana untuk tidak mengakuinya.

June kini berjalan mendekat dan tiba-tiba merangkul Sinb begitu saja. Sinb yang kesal berusaha menatapnya seolah bertanya, apa-apaan kau ini? Namun bukan June namanya jika ia akan menyerah dan menanggapi kekesalan Sinb.

Bedebah ini apa maunya?

"Jadi kau temannya Sua?" Jinhwan bertanya dengan sopan. Lengkap dengan senyuman menenangkan itu.

June seketika menatap Sinb, seolah menanyakan nama itu dan Sinb mengedipkan matanya beberapa kali. Barulah June memahaminya, jika Sinb mengganti namanya. Sepertinya June melupakan hal ini juga.

"Ne, kau siapa? Kau tidak berfikir ingin mendekatinya kan? Lebih baik jangan karena aku tak rela pria mana pun mendekatinya." Kata June dengan terus terang membuat Jinhwan tersenyum, nenek Kwon tertawa dan Sinb mendengus.

Yak! Apa yang sedang direncanakan oleh bedebah ini?

"Apa maksudmu?" Akhirnya Sinb bertanya dengan kekesalannya.

June menggendikkan bahunya. "Kau tebak sendiri saja. Bukankah kau cukup mengenal dirimu yang suka menghabiskan waktunya diruang latihan Taekwondo. Kau juga suka memukuli beberapa orang anak tanpa sebab saat moodmu sangat buruk." Ucap June yang membuat semua memandanginya.

JUNE KEPARAT!!! AKU AKAN MEMBUNUHMU!!! TUNGGU SAJA!!!

"Ani, jangan percaya dengannya. Dia hanya membual." Elak Sinb yang seketika membuat nenek dan Jinhwan tertawa.

"Sepertinya kalian sangat akrab ya." Komentar Jinhwan.

"Benar, bahkan ia pernah merengek memintaku meretas akun GD untuk..." Perkataan June terpotong ketika Sinb dengan sigap membekap mulutnya.

"Nek...Saem...Sepertinya temanku ini kelelahan dan saat kelelahan ia akan mulai berbicara hal yang tak masuk akal. Jika seperti ini, aku harus membuatnya beristirahat. Aku pergi!" Pamit Sinb yang kini menarik June menjauh.

Jinhwan tersenyum geli melihatnya dan nenek Kwon melihat itu.

"Katakan, kau menyukainya kan?" Tanya nenek Kwon membuat Jinhwan menoleh dan menemukan nenek Kwon tersenyum.

"Apa itu sangat terlihat nek?" Kata Jinhwan sambil tersenyum dan nenek pun mengangguk.

"Sua, sudah melewati banyak hal yang begitu sulit. Aku harap kau bisa membuatnya kembali menemukan semangatnya menjalani masa mudanya." Pinta nenek.

"Aku akan membantu semampuku, jadi tolong nenek tetap menyimpan rahasia kecil ini. Aku hanya ingin membuatnya tetap nyaman berada di dekatku." Akui Jinhwan dan nenek pun menggguk.

"Terima kasih nak." Kata nenek dan Jinhwan pun mengangguk.

---***---

Disebuah ruang kerja, dua orang nampak terlarut dalam pembicaraan serius.
"Krystal muncul, bukankah kau bilang sudah membuatnya lenyap!" Tn. Kim menggebrakkan kedua tangannya, terlihat marah.

Sosok dihadapannya yang tak lain adalah Tn. Song masih nampak diam, tidak terlihat khawatir sedikit pun.

"Kau tenang saja, aku sudah menyuruh orang untuk melacak keberadaannya. Lebih baik kau fokus dengan dana untuk kampaye partai nanti. Kim, perjalanan kita masih panjang, jangan biarkan batu krikil seperti ini mengganggumu." Tn. Song memperingatkannya.

Tn. Kim mendesah. "Bagaimana dengan Hwang? Apa yang dia lakukan disaat seperti ini? Dia pemegang penting semua aliran dana untuk partai." Kata Tn. Kim dan Tn. Song tersenyum.

"Biarkan saja kakak iparmu itu bernafas sebentar. Nanti ia akan datang sendiri dan mulai menjalankan kewajibannya. Lagi pula, aku sudah mengawasinya selama ini." Kata Tn. Song dan Tn. Kim mengangguk.

"Apa kemungkinan anak itu masih ada?" Tiba-tiba Tn. Kim mengingat hal tersebut.

"Anak yang mana? Anak Hwang atau anak Junho?" Tanya Tn. Song.

"Tentu anak Hwang dari Krystal." Tanya Tn. Kim.

"Aku belum tau, rubah licik itu sangat lihai bersembunyi. Aku ingin tau, siapa yang melindunginya sampai keberadaannya tak terdeteksi oleh kita." Kata Tn. Song dengan senyum sinisnya.

"Ingat, kau harus membereskan semua ini, sebelum seseorang memanfaatkannya dan kita akan habis." Tn. Kim memperingatkan dan Tn. Song mengangguk.

"Kau tenang saja, sekarang kau pergi. Laksanakan semua hal sesuai rencana awal." Kata Tn. Song membuat Tn. Kim mengangguk.

Pada akhirnya Tn. Kim pergi dan tanpa mereka tau, Yunhyeong yang saat ini berada dirumah mendengarkannya.

"Anak Tn. Hwang dengan Krystal? Apakah hal ini yang membuat Sinb pergi? Jadi Sinb adalah anak adobsi atau Sinb adalah anak paman dan Krystal?" Yunhyeong mencoba untuk menduga-duga dan saat itu juga ia mulai mengkhawatirkan mantan kekasihnya itu.

"Haruskah aku membicarakan ini dengan Hanbin?" Gumannya lagi sembari menghela nafas.

---***---

Sinb masih menyeret June dan beberapa kali mencubitnya dengan gemas.

"Yak! Kita sudah lama tidak bertemu dan kenapa kau berlaku kejam seperti ini?" Protes June yang semakin membuat Sinb kesal saja.

"Kau bedebah sialan! Siapa yang mengizinkanmu datang kemari sesuka hati? Kau pikir, ini tempat wisata? Ah, sudah ku bilang jaga bicaramu saat disini. Siapapun tidak boleh tau siapa aku!" Tekan Sinb membuat June mendengus.

"Apa kau tidak tau bahwa pria itu menyukaimu? Mbi, kau harus waspada dengan pria, aku membiarkan Yunhyeong bersamamu karena ia memang seseorang yang baik. Tapi pria tadi, aku belum tau bagaimana karakteristiknya. Jika Hanbin tau, ia juga tidak akan membiarkannya." Sungguh, June terlihat seperti seorang ajumma yang mengomeli putrinya. Sinb memutat bola matanya.

Memangnya kau eommaku?

"Dengar, aku sudah dewasa dan bisa membedakan mana yang baik dan buruk! Dia adalah Saem ku disekolah. Jadi berhentilah bertindak konyol seperti ini!" Sinb memperingatkan June membuat June kali ini menghela nafas.

"Apa kau benar-benar ingin tetap tinggal disini? Kau tidak ingin kembali bersama kami?" Tanya June membuat Sinb nampak sedih.

"June, kalau aku bisa...Aku akan kembali tapi disana? Dimana tempat ku? Aku tidak ingin merepotkan siapapun lagi. Tolong jangan membuat keadaan ku menjadi sulit seperti ini." Lirih Sinb yang kini mulai menangis.

Aku merindukan mereka...Semuanya tapi aku tak punya tempat disana.

June terdiam, memandang Sinb sedih dan tangannya pun bergerak, menarik Sinb dalam pelukannya.

"Jangan menangis, aku akan pikirkan cara untukmu. Tolong jangan menyerah, aku dan Hanbin tidak akan suka melihatmu seperti ini." Kata June membuat Sinb semakin menangis.

Dari kejauhan dua orang memperhatikan mereka.

"Lihatlah, ia terluka terlalu banyak." Lirih seorang wanita yang tak lain adalah Krystal.

"Apa kau akan mendatanginya sekarang?" Tanya Kai yang berada disampingnya.

"Tidak, aku akan mendekatinya berlahan dan mengatakannya yang sebenarnya setelah ia mempercayaiku. Terima kasih sayang, kau sudah menemukannya dengan cepat." Kata Krystal sembari mencium pipi Kai.

"Apapun akan ku lakukan untukmu." Balasnya yang kali ini membuat Krystal memeluknya.

-Tbc-

Hi...Aku balik dengan FF ini entah tiba2 punya kekuatan buat update ff ini 😂

Ada yang menantinya???

VOTE dan KOMEN harus ya 😬

Karena itu selalu menjadi HARAPAN seorang AUTHOR sepertiku 😳

T H A N K S

Untuk yang masih setia membaca FF abal-abal ini

🙏🙏🙏🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top