Chapter 2
🎶Playlist🎶
iKON - Just For You
.
Kejutan lagi 😂
.
.
Borong ceritanya ini 😂
Gabut dirumah 😳
.
Nggak bisa ikutan Sholat dan nggak kemana-mana jadinya ya lanjutin ceritanya aja 😅
.
.
Mumpung masih sangat fresh...entar lanjut yang cerita laennya 😁
.
.
Nggak bosen-bosen gua ingetin ya 😀
.
💅FOLLOW💅
💅VOTE💅
💅KOMEN💅
.
.
Kemudian baca 😂
.
.
Setelah kepergian Sinb, rumah sakit menjadi hening. Tn. Hwang masuk kedalam ruang inap Hyunjin. Sementara Ny. Hwang masih terduduk dengan sisa tangisnya.
Hanbin dengan nafas yang memburu, memandangi Ny. Hwang dan eommanya disampingnya berusaha untuk menahannya.
"Aku tidak mengerti, jika dari awal kalian tak menginginkannya kenapa kalian tetap memaksakan diri untuk membesarkannya dan sekarang berakhir dengan membuangnya? Kalian selalu mengatakan jika anak-anak selalu tak bertanggung jawab dengan tindakannya? LALU BAGAIMANA DENGAN KALIAN? KAMI MASIH SMA! Bagaimana ia akan menghadapi ini sendirian diluar sana! Katakan bibi bagaimana?" Kesal Hanbin dan Ny. Hwang semakin menangis.
"Apa maksudmu hyung?" Hyunjin sudah berdiri di ambang pintu ruang rawatnya.
"Masuklah, kau butuh istirahat." Perintah Tn. Hwang.
"Mana noona? Eomma!" Hyunjin bertanya pada eommanya.
"Jangan bertanya tentangnya lagi!" Pinta Tn. Hwang.
"Mereka mengusirnya dan semua ini karena kecerobohanmu!" Hanbin angkat bicara.
"Mwo? Wae? Kenapa kalian mengusir noona? Ini semua salah ku Appa!"
"Berhenti membicarakan ini dan beristirahatlah!" Perintah Tn. Hwang yang kali ini melangkah pergi.
"Direktur Kim, dimana nona Hwang?" Seorang dokter bersama beberapa dokter magang menghampiri Ny. Kim yang merupakan pemilik rumah sakit ini.
"Wae?" Tanyanya.
"Kami akan memeriksanya karena tadi ia bersikukuh ingin kami memeriksa Tuan Hyunjin terlebih dahulu. Sembari menunggu, ia juga melakukan ct-scan dan hasilnya Nona Hwang mengalami gegarotak ringan. Jika tidak segera ditangani, nona akan mengalami mual dan tak sadarkan diri." Terangnya membuat semua orang nampak terkejut.
"Ottokae?" Ny. Hwang mulai mengkhawatirkan Sinb.
"Sudah ada Sek. Park yang mengurusnya dan Hyujin, lebih baik kau istirahat sebelum aku memaksamu!" Pinta Tn. Hwang dengan tegas.
"Kalian boleh pergi sekarang!" Perintahnya kepada para dokter itu.
"Tapi noona hwang?"
"Pergi sekarang!" Kali ini Tn. Hwang sedikit membentak dan pada akhirnya mereka pun pergi.
"Aku tidak mengerti kalian. Bagaimana kalian bisa sekejam ini!" Ungkap Hanbin yang kini meninggalkan rumah sakit dengan seluruh amarah dan kekecewaannya.
"Noona..." Lirih Hyunjin.
"Tuan saya kembali." Sek. Park tiba-tiba saja kembali.
"Wae? Kenapa kau kembali? Apa kau tak mengantarkannya sampai ke London?" Tanya Ny. Hwang.
"Aku hanya menyuruhnya untuk mengantarkannya kebandara." Balas Tn. Hwang.
"Yeobo, kenapa kau seperti ini? Dia sedang sakit sekarang. Biar aku yang menyusulnya." Ny. Hwang hendak pergi tapi Tn. Hwang menghalanginya.
"Kalau kau maju selangkah lagi! Maka kita bercerai." Ancam Tn. Hwang.
"Appa!" Panggil Hyunjin yang tak mengerti dengan sikap Appanya ini.
"Tuan dan Nyonya, maafkan saya. Nona Sinb memohon kepada saya untuk diantarkan ke Stasiun dan saya tidak tega, jadi saya mengantarkannya kesana."
"APA? KENAPA KAU TAK MENURUTI PERINTAHKU?" Bentak Tn. Hwang yang sangat marah.
"DIAM! Aku sudah lelah denganmu. Kau bahkan tidak khawatir kalau dia pingsan di jalan?" Kali ini Ny. Hwang benar-benar marah kepada suaminya ini.
"Dimana stasiunnya?" Tanya Ny. Hwang kepada Sek. Park.
Dan Sek. Park pun memberitahukan lokasinya.
"Kalau kau pergi, kita bercerai!" Lagi-lagi Tn. Hwang mengancam.
"Terserah! Aku tidak peduli lagi. Lagi pula aku sudah tidak tahan dengan sikapmu yang selalu dingin!" Ungkap Ny. Hwang yang kini berjalan meninggalkan mereka.
"Eomma..." Hyunjin memanggil Eommanya membuat Ny. Hwang menoleh.
"Jaga dirimu Hyunjin-ah, sepertinya kau harus tinggal bersama Appamu." Kata Ny. Hwang yang pergi meninggalkan mereka.
"Appa wae? Kenapa menjadi seperti ini?" Hyunjin menangis.
"Jangan menangis! Pria tidak boleh menangis. Masalah eommamu, Appa yang akan mengurusnya. Kau istirahatlah sekarang." Tn. Hwang pun pergi meninggalkan Hyunjin sendiri.
"Dengarkan apa kata Appamu. Ayo sekarang kau berbaring." Ny. Kim yang merupakan saudari dari Tn. Hwang menuntun Hyunjin untuk berbaring ditempatnya.
"Bibi...Kenapa semuanya menjadi seperti ini?" Lirih Hyunjin dan Ny. Kim hanya mampu mendesah.
---***---
Hidup itu penuh misteri.
Terkadang akan berjalan membaik atau bahkan lebih buruk.
Tapi yang ku alami saat ini tidak dari keduanya.
Hanya ada kehancuran!
Sinb masih duduk bangku stasiun, menunggu kereta yang akan membawanya kesebuah perkampungan. Setelah beberapa menit berfikir, ia akhirnya memilih untuk pergi ke kampung tempat ia pernah memberikan bantuan sosial di clubnya saat SMP dulu.
Sinb berharap, semoga orang-orang disana masih bisa mengenali dirinya. Disana kebanyakan warganya terkenal baik dan Sinb pernah menginap dirumah seorang nenek penjual kaos kaki di stasiun, Sinb berharap nanti dapat menemuinya.
Kereta pun datang dan Sinb pun masuk, duduk disamping pintu dan ia mulai merasakan pusing saat menyenderkan kepalanya di kaca kereta.
"Kau harus bertahan sampai turun di stasiun." Gumannya pada diri sendiri, seolah memberikan semangat pada dirinya sendiri.
Air matanya pun jatuh begitu saja.
Aku selalu membenci tangisan dan menyelesaikan segala sesuatu dengan menangis karena itu adalah hal yang dilakukan oleh pecundang.
Tapi saat ini, aku lebih buruk dari itu. Aku bisa saja menghadapinya jika aku memiliki hak. Tapi sekarang siapa diriku? Aku bukan siapa-siapa! Jadi terlalu tak tau malu jika aku memaksakan diri untuk memaksa mereka menerimaku.
Pada akhirnya solusi terbaik adalah menghilang dari kehidupan mereka selamanya.
Aku benci sendiri, kesepian dan merasakan sakit ini dalam kesendirian.
Bahkan aku tidak bisa mengeluh, menyebut nama salah satu diantara mereka. Aku hanya mampu mengeluh kepada Tuhan.
Sebatang kara yang tak berguna. Menghadapi semuanya sendiri dan memaksakan diri untuk tetap kuat.
Sinb mendongak, merasakan kepalanya semakin berat.
Sakit sekali, bagaimana aku akan menangani ini? Jebal! Hwang, kau harus kuat! Harus!
Sepanjang perjalan Sinb hanya berusaha menahan dirinya, terus berusaha tetap sadar meskipun kepalanya terasa begitu berat.
Ia pun turun di stasiun pemberhentian. Menuntun koper miliknya dengan sisa kekuatan dan kesadaran yang ia miliki sampai Sinb menemukan seorang nenek pedagang kaki lima penjual kaos kaki.
"Nenek..." Lirih Sinb. Sepertinya ia tak sanggup lagi untuk berjalan.
"Nenek!" Kali ini Sinb lebih mengeraskan suaranya dan nenek tua itu pun menoleh.
"Nuguseyo?" Tanya Nenek itu, mencoba memperhatikan Sinb dengan penglihatan yang mulai kabur termakan usia.
"Sinb nenek..." Lirih Sinb yang kali ini berhenti berjalan, memegangi kepalanya yang teramat sakit.
"Sinb-ah...Apa yang kau lakukan disini? Wah, kau sudah sebesar ini rupanya." Nenek berjalan mendekat dan memandangi Sinb dengan senyum bahagiannya.
"Nek..."
Ottokae? Aku tak kuat lagi.
Brug
"Nak!" Nenek pun panik saat melihat Sinb ambruk didepannya.
---***---
Hanbaek High School nampak sedikit ramai karena gosip tentang Sinb yang anak pungut menyebar seperti kekuatan cahaya. Entah siapa yang menyebarkan berita itu? Yang pasti saat ini Hanbin sangat murka.
Ia bahkan mengumpulkan seluruh siswa di aula. June berdiri disampingnya, sementara Yunhyeong memperhatikannya dari lantai satu dan Jiso pun berdiri disamping Hanbin.
"Aku memberikan kalian waktu. Siapapun yang bisa menyerahkan si brengsek yang telah menyebarkan gosip tentang Sinb, akan masuk menjadi bagian dari kami. Bahkan ia akan mendapat fasilitas VIP sampai lulus." Tawar Hanbin yang membuat semua orang jelas menganga.
Fasilitas VIP disekolah Hanbaek itu adalah kau bisa memasuki area VIP saat istirahat. Jika kau masuk didalamnya, kau akan menikmati makan siang seperti menu pesta, perawatan kuku, game seperti di time zone, olahraga dengan intrukstur, melihat berbagai film di bioskop mini, berkebun dengan kumpulan bunga, memetik beberapa buah-buahan dan memakannya. Sungguh itu adalah kenikmatan yang tiada tara, selama ini hal itu hanya dapat di nikmati oleh sebagian siswa yang mau memberikan sumbangan atau sebagai jaminan keanggotaan senilai 100 juta perbulan.
"Dan untuk si bedebah yang telah menyebarkan gosip itu. Bersiaplah untuk angkat kaki dari sekolah ini dan ku pastikan sekolah mana pun tak akan berani menerimanya!"
BRUUUAAAKKK
Hanbin pun membanting mic yang baru saja ia pakai dan segera meninggalkan aula. Di ikuti Jiso dan June, sementara Yunhyeong hanya mampu menghela nafas memandanginya.
"Aku tidak bisa melacaknya. Area terakhir yang ku temukan tetap di stasiun." Ungkap June sambil berjalan mengikuti Hanbin. Namja ini sangat ahli soal melacak dan apapun yang berhubungan dengan teknologi dan sistem.
"Pakai cara lain, Jiso orang tuamu memiliki surat kabar kan? Pasang iklan disana." Kata Hanbin.
"Baiklah..." Jawab keduanya.
"Kau mau kemana?" Tanya Jiso saat Hanbin tak berhenti di kelasnya, melainkan terus berjalan.
"Menemui Yunhyeong. Kau lakukan saja apa yang ku perintahkan bersama June." Kata Hanbin membuat ekspresi Jiso berubah tanpa mereka sadari.
"Wae?" Tanya June yang melihat Jiso tiba-tiba berhenti.
"Sepertinya Hanbin begitu mengkhawatirkan Sinb." Kata Jiso sembari menunjukkan ekspresi simpatinya.
"Tentu saja, mereka tumbuh bersama meskipun pada akhirnya mereka tak bersaudara. Tapi kenyataan bahwa mereka telah melalui banyak kesulitan bersama tidak akan mampu untuk terhapus begitu saja. Aku juga akan bertindak sama jika seandainya aku menjadi Hanbin." June berjalan dan lagi-lagi ekspresi Jiso berubah.
"Benarkah?" Jiso pun berjalan, mengimbangi June.
"Ya, aku juga tidak bisa membiarkannya menjadi seperti ini. Dia tidak boleh mengabaikan kami, kita sudah sepakat untuk melalui bersama meskipun itu sulit kan?" Jiso pun mengangguk, memahami perkataan June.
"Kalau begitu aku harus segera menghubungi Appa untuk segera mencetaknya. Aku pergi!" Pamit Jiso dan June mengangguk.
Jiso pun berjalan menyusuri koridor sekolah dan berhenti disebuah kelas sepi dan disana sesosok namja telah menunggunya.
"Ottokae?" Ucap pria itu membuat Jiso mendesah.
"Bodoh! Tentu saja kau harus segera pergi dari tempat ini. Sejauh mungkin, aku sudah mentranfer uang seperti kesepakatan dan juga berkas sebuah sekolah yang dapat kau masuki. Ingat, kalau kau sampai membocorkan bahwa aku dibalik semua ini? Kau akan habis!" Ancam Jiso yang kini meninggalkan namja itu begitu saja.
Ternyata Jiso memiliki sisi lain yang tak pernah orang lain ketahui.
Entah sejak kapan? Ini semua dimulai, Jiso sengaja mendekati Sinb dan memperoleh simpatiknya hanya untuk dapat masuk dalam kelompok mereka. Tujuan utamanya adalah membuat Hanbin menyukainya dan ia akan melakukan apapun agar bisa mendapatkan Hanbin.
Salah satunya adalah berpura-pura seperti sekarang. Fakta tentang Sinb hanya anak pungut adalah salah satu peluang Jiso untuk menjatuhkannya dan dengan itu juga Sinb tak akan bisa kembali lagi. Sungguh Jiso tak suka saat melihat Sinb terus menempel pada Hanbin.
Karena Hanbin adalah miliknya dan siapapun yang menghalangi dirinya untuk memiliki Hanbin? Jiso akan menghancurkanya!
---***---
Hanbin sudah duduk berhadapan dengan Yunhyeong. Mereka saling berpandangan dengan kediaman sampai akhirnya Hanbin mengatakan sesuatu.
"Aku ingin kau mencarinya. Mengerahkan semua detektif yang kau miliki." Sebuah firma hukum yang besar, selalu memiliki detektif untuk berperan dalam menyelidiki beberapa kasus terutama dalam urusan barang bukti dan pelacakan.
Yunhyeong masih diam, tak bereaksi dengan cepat seperti biasanya.
"Wae? Kau tak mengkhawatirkannya?" Hanbin sama sekali tak mengerti kenapa Yunhyeong bereaksi seperti ini.
"Aku sangat mengkhawatirkannya tapi eomma tidak akan mengizinkan ku melakukannya. Kau tau alasan kami bisa bersama kan? Bibi Hwang memaksa eomma untuk membuat ku bersamanya karena Sinb menyukai ku. Semenjak eomma tau tentang berita Sinb dan saat itulah perjanjian ini berakhir." Ungkap Yunhyeong membuat Hanbin membisu.
Sungguh Hanbin melupakan itu, jika keduanya menjadi sepasang kekasih hanya untuk keuntungan keluarga. Bahkan sebenarnya pertunangan mereka akan dilaksanakan bulan depan tapi sepertinya itu tidak akan pernah terjadi.
Semenjak awal Sinb sangat menyukai Yunhyeong dan Hanbin tau itu, sampai suatu ketika Ny. Hwang tau dan memberi kesepakatan kepada keluarga Yunhyeong, hingga akhirnya namja itu menyatakan perasaannya kepada Sinb dan mereka menjadi sepasang kekasih semenjak itu.
Hanbin diam, tak mengatakan apapun. Ia mengenal Yunhyeong dan ia yakin jika Yunhyeong tak akan pernah melukai Sinb. Dari pada memikirkan bagaimana perasaannya, Yunhyeong lebih memilih tak melukai seseorang siapapun itu. Dari situlah Hanbin bisa mempercayai Yunhyeong.
"Jadi selama ini...Kau tak pernah sedikit pun memiliki perasaan kepadanya?" Tanya Hanbin dan Yunhyeong mendesah.
"Aku menyayanginya, sama seperti yang lain." Jawab Yunhyeong dan Hanbin mengangguk.
"Baiklah, aku pergi." Pamit Hanbin.
"Tunggu, terakhir Sinb menelepon ku dan menyuruh ku untuk melupakannya." Ucap Yunhyeong dan Hanbin mengangguk.
"Hoh, mulai dari sekarang kau terbebas dari Sinb. Aku tidak akan meminta bantuanmu untuk mencarinya." Kata Hanbin yang kemudian pergi.
Hanbin tidak marah kepada Yunhyeong karena namja itu tak pernah mencintai Sinb. Dari awal memang kenyataannya seperti ini, justru Hanbin merasa berterima kasih kepadanya karena sampai detik ini Sinb tidak tau tentang ini.
Perasaan Hanbin saat ini adalah sedih begitu sedih karena Sinb yang terus mengalami hal menyedihkan seperti ini. Percayalah tidak ada seorang pun yang begitu Hanbin pedulikan kecuali Sinb.
Pada akhirnya ia memilih untuk pergi ke balkon menghisap beberapa puntung rokok.
"Kau disini rupanya." Jiso berjalan mendekati Hanbin dan duduk disebelahnya.
"Kau sudah melakukan apa yang ku suruh?" Tanya Hanbin dan Jiso mengangguk, sebelum akhirnya memberanikan diri mengambil rokok yang Hanbin hisap.
"Jangan merokok! Sinb bilang, ia akan membakarmu bersama puntung rokok itu." Ucap Jiso yang membuat Hanbin membuang rokok itu dan mulai mengacak rambutnya frustasi.
"Ottakae? Apa yang harus ku lakukan! Ia benar-benar pergi dan aku tak bisa melakukan apapun untuknya." Ungkap Hanbin dengan segala bentuk kefrustasiannya.
Jiso pun memeluk Hanbin, seolah bersimpatik kepadanya tapi di balik itu. Ia tersenyum tanpa Hanbin tau.
---***---
Sinb terbangun dan mulai mengedarkan pandangannya disekeliling. Ia mengenali tempat ini, ini adalah rumah nenek yang pernah ia tinggali beberapa hari saat melakukan bantuan sosial ketika SMP.
Tangan Sinb pun merabah pada bagian kepalanya, ia merasa ada sesuatu yang membungkusnya dan benar saja, Sinb mengira itu perban.
"Jangan terlalu bergerak. Kau perlu istirahat untuk memulihkan tubuhmu." Nasehat nenek dan Sinb hanya mampu tersenyum.
Kemudian nenek duduk dihadapannya dan menyerahkan secangkir teh dan beberapa butir obat.
"Aku meminta bantuan anak-anak untuk membawamu ke klinik dan dokter memberimu obat ini untuk meminumnya." Sinb pun mengambil obat itu dan meminumnya.
"Katakan pada nenek, apa sesuatu terjadi?" Nenek sudah hidup lebih dari 60 tahun dan cukup memahami bagaimana hidup ini berjalan.
Mata Sinb mulai berkaca-kaca dan tiba-tiba memeluk nenek.
"Nek, saat ini aku sebatang kara. Tak memiliki tujuan, bisakah aku menginap disini sampai aku menemukan tempat lain?" Sinb memohon sambil menangis dan nenek pun membelai punggung Sinb dengan lembut.
"Kau boleh tinggal disini sampai kapan pun. Nak, jika tidak ada yang menginginkanmu maka kau akan menjadi cucuku mulai saat ini. Anggap rumah ini sebagai rumahmu." Tangis Sinb semakin menjadi dalam dekapan hangat sang nenek.
"Gomawo Nek." Cukup lama Sinb memeluk nenek hingga akhirnya ia melepaskannya.
"Aku ingin mengganti namaku, bisakah nenek memberiku nama?" Mohon Sinb.
Nenek diam, nampak berfikir. "Bagaimana kalau Kwon Sua? Nama itu bagus kan?" Sinb mengangguk senang.
"Terima kasih nenek." Lagi-lagi Sinb memeluk nenek.
Nama baru dan kehidupan baru. Disini, aku akan memulainya.
---***---
June masih sibuk dengan beberapa layar hologram yang memperlihatkan lokasi dimana terakhir Sinb berada. Bahkan kini ia memeriksa semua cctv yang ia peroleh dari stasiun.
Lingkar hitam dibawah matanya nampak jelas, dengan beberapa kopi kaleng yang berserakan di meja. Rupanya June bergadang hanya untuk mencari keberadaan Sinb.
Matanya tiba-tiba melebar saat ia melihat seseorang yang sangat mirip dengan Sinb dari belakang.
"Si kasar itu, akhirnya aku menemukanmu! Kau tidak akan bisa kabur lagi dariku!" June mengambil handphonenya dan berniat ingin menghubungi Hanbin karena dilayar handphonenya kali ini tertera nama Hanbin tapi tiba-tiba ia berhenti menyentuh layar Handphonenya.
"Kalau seandainya Sinb memang menginginkan kami untuk membantunya, ia pasti akan meminta bantuan Hanbin tapi kali ini tidak sama sekali. Jadi sepertinya aku harus pergi sendiri." Guman June pada dirinya sendiri.
"Aku harus memastikannya sebelum memberitahu Hanbin." Ucap June yang kini meraih kunci mobilnya dan bergegas pergi.
-Tbc-
Jan lupa buat dukung FF ku Tbc yang satu ini ya
Masih tema vampire fantasy sih, kali aja kalian suka 😂
Thanks buat suportnya ya 😚
Vote × Komen
Selalu aku tunggu 😊
T H A N K S
🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top