Chapter 19

Playlist

iKON - Don't Forget
.
.
.
Guys, di chapter ini emang aku bikin hampir mirip sama kasus Hanbin
.
.
Bukan untuk mengejek tapi sebagai bentuk kepedulian juga, jika nggak selamanya semua hal dapat di selesain dengan jalan nggak bener
.
.
.
Bener dan salahnya cuman Allah yang tahu, aku sebagai Fans cuman bisa mendoakan yang tebaik
.
.
.
KEEP STRONG HANBIN!!
.
.
.
Aku berterima kasih banget pada kalian yang masih mau baca ff ini terlepas dari segala perasaan dan pandangan kalian tentang Hanbin
.
.
Jan lupa Vote x Komen ya
.
.
Thanks
🙏🙏🙏
.
.
.
Happy Reading
📖📖📖
.
.
.

Hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah saat melihat sosok yang kita rindukan ada di depan mata.

Namun, kita tak bisa menyapanya dengan riang, tersenyum dengan lepas, bahkan memeluknya dengan erat.

Terbelenggu dengan kata-kata 'terbuang seperti sampah' dan 'dibenci seperti parasit.

Tittle itu sangat mendarah daging. Hingga, merasa hina hanya sekeder untuk berpapasan dengannya.

Membenci mereka yang membuat berada di titik terendah, hingga terkadang berpikir untuk menutup paksa semua kisah menyedihkan ini.

Tapi perasaan perih yang teramat saat siksaan demi siksaan rindu, berkali lipat membuatku sakit.

Diatas sebatang ranting yang rapuh, aku ingin mengatakan jika sudah tak sanggup lagi untuk bertahan.

Tapi, kekeras kepalaan ini terus memaksakan diri ini untuk tetap bersikap naif, mengedepankan kehormatan diatas segala kehancuran ini.

Akankah kita mati dengan cara seperti ini?

---***---

Malam semakin larut saat Sinb berada di apartemennya dengan beberapa kaleng bir. Ia tidak bisa melupakan pikirannya tentang Hanbin. Sungguh, betapa ia merindukan sepupu palsunya itu lebih dari apapun.

Tapi, saat melihat Hanbin begitu acuh kepadanya. Sinb merasa sakit dan memori tentang bagaimana Hanbin meninggalkannya begitu saja membuat perasaannya sangat kacau.

Belum lagi percakapan bibi dan pamannya tentang jati dirinya dan keterlibatan semua keluarga angkatnya membuat Sinb linglung dan tak tahu harus melakukan apa?

Lebih dari 10 kaleng bir sudah ia habiskan hanya untuk menoleransi perasaannya yang kacau. Bahkan ia tak mempedulikan suara tombol yang berbunyi dari balik pintu dan saat pintu benar-benar terbuka, sosok Krystal muncul dengan membawa beberapa kantong makanan.

"Astaga Sua, kenapa kau minum-minum sendiri seperti ini!" Krystal memekik dan segera menghampiri Sinb, untuk menyita semua minumannya.

"Aku hanya ingin bersenang-senang bibi. Ayo bergabung denganku," rancau Sinb yang memang sudah mabuk dari tadi.

Krystal memandangi keponakannya ini dengan prihatin. "Apa yang terjadi? Chanwoo datang dan memberitahuku, kau mendengarkan semuanya kan?" tanya Krystal dan Sinb mengangguk cepat.

"Itu tidak benar kan bibi? Kenapa bisa seperti ini? Aku anak siapa sebenarnya?" desak Sinb dan Krystal terlihat mulai bersedih.

"Aku adalah bibimu, Appamu meninggal saat wajib militer dan semua itu karena mereka, bahkan eommamu juga mereka bunuh. Sementara waktu itu, aku tidak punya pilihan lain selain menyerahkanmu kepada mereka agar kau aman," terang Krystal dengan menangis dan Sinb pun semakin menangis.

"Bibi, aku lelah dengan semua ini. Bibi, aku tahu jika kau juga mengalami kesulitan. Namun, bisakah kita hentikan semuanya? Aku tidak ingin menuntut balas. Jalani hidupmu dengan tenang bersama paman Kai," kata Sinb yang seketika membuat Krystal memeluknya.

"Bagaimana bisa aku melupakan semuanya, mereka menghancurkan keluarga kita dan membuatmu menjadi yatim piatu. Dirimu adalah bukti dari semua kekejaman mereka," kata Krystal yang membuat Sinb semakin sedih saja. Ia sangat merasa bersalah kepada bibinya yang tak bisa hidup dengan normal karena terus memikirkan betapa terlukanya dirinya.

"Tapi kau sudah berusaha sampai detik ini, aku sangat baik-baik saja sekarang. Kau tidak perlu menyesali segalanya karena ini memang takdir dan kita tidak bisa mencegahnya." Sinb menghela napas panjang.

"Bibi, bisakah kita hidup tenang. Memulai segalanya kembali? Kita hanya perlu meninggalkan segala hal yang menyakitkan, meskipun itu terdengar seperti melarikan diri, tidak ada yang dirugikan dengan semua itu. Anggap saja, kita berusaha untuk melindungi diri kita bukan?" mohon Sinb dan Kystal menggeleng.

"Ini sudah lebih dari 20 tahun dan mereka semakin menjadi-jadi dengan kekuasaannya. Bagaimana jika mereka merencanakan hal yang tak terduga, kita tidak bisa membiarkannya, Sua." Krystal masih saja bersikeras.

"Bibi, memang kita tidak tahu apa yang mereka rencanakan, tapi coba pikirkan ini baik-baik. Jika, kita menyerang mereka dengan bukti-bukti kejahatan mereka dan dapat dipastikan mereka akan membalas kita, bahkan lebih buruk lagi. Mengingat pekerjaan paman Kai juga bukan dikatakan pekerjaan yang terbaik, mereka akan dengan mudah untuk menemukan cela disana. Ingat bibi, mereka penguasa Korea sekarang, kekuatan paman tidak ada bandingannya. Selain itu, kita akan mempertaruhkan pekerjaan Chanwoo," kata Sinb dengan segala dugaannya yang membuat kepalanya ingin meledak saja.

"Dan aku terus tersiksa dengan rasa bersalah karena melibatkan semua orang dalam masalahku. Semuanya sudah cukup dan aku sangat lelah," lirih Sinb yang merasakan lelah mental dan fisik.

Krystal pun diam saat melihat keponakan satu-satunya ini terlihat begitu lemah. Hingga, handphonenya pun berdering beberapa kali.

"Angkatlah, itu pasti dari paman Kai," ucap Sinb dan Krystal menggeleng.

"Kenapa?" Sinb tak mengerti. "Apa ini masih tentang pertengkaran kalian kemarin?" tanya Sinb dan Krystal menggeleng. Tubuhnya merosot, air matanya mengalir kembali dan Sinb sudah dapat menduganya.

"Bibi, kau sudah tahu?" tanya Sinb dan Krystal mengangguk. Sinb pun memeluk bibinya erat.

Ada banyak kepedihan yang kedua wanita ini tanggung. Kali ini, biarkan mereka berpelukan hanya untuk sekedar meringankan hatinya yang sebenarnya entah berbentuk seperti apa?

---***---

Hanbin duduk dengan memegang segelas anggur, memakai jubah tidur, memandang layar proyektor dengan beberapa kilasan video dirinya, Sinb dan June. Video-video itu berhasil ia kumpulkan dan bingkai menjadi satu. Hanbin akan melihatnya saat ia begitu merindukan Sinb.

"Kenapa Anda tak menemuinya?" celetuk sekertaris Park yang ternyata semenjak tadi duduk disampingnya.

Hanbin tersenyum. "Cukup dengan tahu dimana keberadaannya, itu sudah lebih dari cukup. Kirimkan beberapa orangmu untuk menjaganya," pintanya dan sekertaris Park pun mengangguk.

Satu hal yang belum diketahui banyak orang, wanita seksi ini bukan hanya sekedar sekertaris biasa. Dia, memiliki ratusan orang dalam organisasi gelap dengan tugas-tugas rahasianya.

"Apa yang Anda tunggu?" tanya sekertaris Park.

"Kelayakan, sebelum aku bisa menguasai semuanya, aku tidak berani untuk membuatnya berada disisiku. Beberapa penyelundupan sentaja saja tidak cukup, aku perlu berinvestasi dengan beberapa perusahaan asing terkemuka, setidaknya beberapa diantaranya bisa mempengaruhi perekonomian Korea. Aku ingin melumpuhkan mereka semua dan membubarkan semua omong kosong itu," kata Hanbin yang sangat serius.

Sekertaris Park pun mengambil tab di meja dan menyentuhnya beberapa kali. "Tuan, aku memiliki beberapa rekomendasi perusahaan yang wajib Anda kuasai." katanya dengan menunjukkan tab yang berisi profile beberapa perusahaan terkemuka.

"Menurutmu, apa kita bisa melakukannya?" tanya Hanbin.

"Tentu, lahan penanaman beberapa narkotika di Asia Tenggara masih sangat menjanjikan. Bulan depan aku akan ke Kamboja untuk melihatnya," kata sekertaris Park.

Hanbin pun mengangguk. "Beberapa lahan di China, penggabungan perusahaan dan investasi, urus semuanya dengan benar. Jangan sampai tua bangka itu tahu, mereka sudah cukup bermain-main dengan kekuasaanya. Eomma juga sudah cukup merasa tenang dengan perpisahan dengannya. Aku, akan membuat mereka semua membayarnya," kata Hanbin dengan sinis.

Seperti yang diketahui banyak orang, jika Hanbin sekarang menjadi wakil direktur dari perusahaan orang tuanya. Namun, dibalik itu semua, hal ini hanya kedok. Hanbin, memiliki hal gila dan menakutkan yang tak akan pernah di duga oleh banyak orang.

Dia adalah seorang misterius dengan segala kegiatan ilegal dan kriminal. Penyelundupan senjata dan masuk dalam daftar pemasok narkotika terbesar sedunia dalam catatan gelap.

Hal ini terjadi sudah lebih dari 8 tahun, saat tiba-tiba saja ia harus terlibat dalam sebuah penyerangan masal. Hanbin yang tak mengerti, tertangkap dan para anggota group rahasia, menemukan potensi besar dalam dirinya. Merekrutnya dan sampai kini menjadi anggota terpenting dalam organisasi yang bernama DATE. Organisasi gila ini, bisa menghancurkan satu negara jika mereka mau, mengganti-ganti presiden jika mereka ingin.

Awalnya Hanbin menolak, namun saat melihat eommanya harus menderita karena perceraian menyakitkan dan tindakan semena-mena Appanya kepada dirinya, Hanbin mencoba mengumpulkan keberanian diatas segala dendamnya.

Sekertaris Park adalah salah satu hadiah dari pemimpin DATE untuk beberapa tugas yang berhasil Hanbin lakukan.

Tidak ada yang tahu sejatinya seorang Hanbin, bahkan itu Yunhyeong dengan karirnya sebagai Jaksa yang bersih dan gemilamg, maupum June sebagai seorang pemilik perusahaan gamers terkenal.

Hanbin yang begitu jenius ini, mampu menyembunyikannya dari semua orang sampai detik ini karena ia begitu berhati-hati. Ditambah kecakapan sosok sekertaris Park yang selalu berada disampingnya, membuatnya dapat menutupi segala hal dengan sempurna.

"Baik Tuan," kata sekertaris Park.

---***---

Rutinitas padat yang selalu menyibukkan Sinb. Stress karena kehilangan feel  sebuah cerita yang akan ia edit adalah bencana terburuk. Terkadang, ia selalu menjadi umpan terdepan untuk para idol yang mencoba mencari ketenaran lain dengan menulis.

Sejatinya seorang idol itu cukup rumit, hebatnya beberapa dari mereka berupaya menjadi seorang penulis. Membuat orang lain dihadapkan pada situasi yang buruk seperti Sinb sekarang.

"Kau tidak makan siang?" tanya seseorang, membuat Sinb menoleh.

"Sepertinya, aku akan mulai terbiasa dengan ramen," jawab Sinb dengan mata bengkak, kepala pening dan badan yang begitu lelah.

Efek mabuk semalam, ditambah dengan paksaan untuk berpikir lebih membuat penampilannya hari ini nampak kacau.

"Jangan memaksakan diri. Kau juga butuh asupan gizi," nasehat wanita itu.

Sinb mengangguk. "Nanti, aku masih harus menyesaikan naskah kacau si Rowon. Aish, kenapa juga dia sepercaya diri itu menjadi penulis? Ini seperti tulisan anak SD saja." Sinb pun mengomel dan wanita paruh baya itu tertawa.

"Itu bagian dari strategi pemasaran. Setidaknya kita tidak mengeluarkan banyak biaya untuk promosi," katanya lagi dan Sinb hanya mendengus, sebelum akhirnya meletakkan kepalanya di meja.

Sinb sangat mengantuk dan ia ingin tidur walau hanya semenit. Namun, baru beberapa detik ia memejamkan matanya, Handphonenya bergetar beberapa kali membuat ia bergegas mengangkatnya.

"Yeoboseob," serunya sambil terus memejamkan matanya.

"Aku ingin menagih hutangmu,"

Sinb segera membuka matanya dan melihat layar handphonenya. Ia mendesah saat tahu jika nomer ini adalah nomer June.

"Si bajingan berengsek!" makinya.

"Apa kau memakiku?"

"Hoh, kenapa? Kau tidak suka? Pergi saja ke neraka!" Sinb tak hentinya melayangkan serapahnya.

"Wah, setelah menggendongmu, mobilku di penuhi dengan muntahan. Sekarang kau memaki dan menyumpahiku?

"Sialan kau! Dimana kau sekarang? Kalau kau tidak datang menjemputku dalam 15 menit, ku pastikan aku akan menghancurkan mobilmu!" ancam Sinb.

"Sayangnya hal itu tidak akan terjadi, karena aku sudah berada di depan kantormu,"

Sinb pun menganga. Ia segera beranjak keluar dan benar, sudah ada June disana dengan gaya sok coolnya. Ingin sekali Sinb menendang pantatnya atau memasukkannya kekarungan dan membuangnya ke sungai Han. Sungguh virus kebebalannya tidak pernah hilang.

Pria itu melambai-lambaikan tangannya, membuat kebanyakan wanita menjadi salah tingkah. Hanya Sinb saja yang merasa ingin menyerang pria sok cool ini.

"Kau ingin ku bayar dengan apa?" tanya Sinb tanpa basa-basi.

June merasa geli sendiri dengan wanita kasar dihadapannya ini yang entah mengapa? Semakin Sinb menyumpahinya, semakin June ingin menemuinya. Melihat secara langsung, bagaimana wanita ini mencoba untuk menyumpahinya.

"Nanti malam tidur denganku, mau?" godanya dan Sinb pun menginjak kaki June dengan cepat.

"Yak!" pekik June kesakitan.

"Apa kau mau mati? Dengan cara apa? Kurang ajar sekali kau!" kata Sinb dengan penuh kekesalan.

"Okay! Aku hanya bercanda, bagaimana ada perempuan sesadis dirimu? Jangan-jangan kau mantan Yakuza seperti pamanmu?"

"Tutup mulutmu berengsek! Kalau kau tidak segera mengatakannya, aku akan kembali lagi ke dalam!" ancam Sinb dan June pun tertawa geli.

"Baiklah, kita pergi. Ayo masuk," ucapnya dengan mendorong tubuh Sinb agar masuk kedalam mobil suv mewahnya dan mulai berhenti mengomel.

---***---

"Kau sibuk hari ini?" tanya seorang wanita cantik, tersenyum begitu cerah pada sosok pria yang seolah tak peduli dengan kehadirannya.

"Seperti yang kau tahu, Minyeon. Akhir-akhir ini ada banyak kasus yang harus ku tangani, jadi aku tidak punya banyak waktu untuk bersantai," ucapnya dengan datar.

Wanita itu terlihat kecewa dan kesal dalam bersamaan. "Yunhyeong, tak bisakah kau menyempatkan waktu sedikit saja? Pernikahan kita bulan depan dan kau tak punya waktu hanya untuk membicarakan beberapa hal tentang pernikahan?" protes Minyeon.

Yunhyeong pun menatapnya dan tersenyum sinis. "Ini adalah pernikahan yang kau impikan semenjak dulu bukan? Jadi kau pikirkan saja mana yang terbaik, bukankah kau sudah terbiasa dengan bertindak secara diam-diam?" sindirnya yang kini bangkit.

"Sekertaris Kim, aku akan menemui Hanbin, bisakah kau tidak membiarkan siapa pun masuk kemari saat aku tak ada?" nada suara Yunhyeong meninggi, di iringi dengan suara pintu yang tertutup dengan keras.

Brak

Minyeon pun terlihat sangat kesal. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membuat Yunhyeong mau sedikit berbaik hati kepadanya.

"Apa ia menemukannya? Tidak mungkin! Kalau pun wanita itu hidup, ia tidak akan bisa hidup normal lagi. Namun, aku tetap harus memastikannya. Jisoo ... Apa wanita licik itu tahu sesuatu?" gumam Minyeon yang kini melangkah pergi.

Sementara Yunhyeong benar-benar menemui Hanbin. Baru saja ia sampai di koridor, sosok Hanbin terlihat keluar dengan terburu-buru.

"Kau mau kemana?" teriak Yunhyeong membuat Hanbin menoleh dan menghampirinya.

"Menemui Sinb, June keparat itu berusaha memilikinya sendiri," kata Hanbin yang membuat Yunhyeong nampak terkejut sekaligus heran.

"Bukankah ia tidak bisa mengingatnya?" tanya Yunhyeong yang masih saja tak mengerti.

"Tentu saja ia belum ingat, tapi nampaknya hatinya lebih pintar dari pada otaknya. Ah, menyebalkan sekali membayangkan mereka akrab dibelakang kita," keluh Hanbin yang tentu membuat Yunhyeong tertawa.

"Jadi, kita menemukannya." Yunhyeong menghela napas, nampak sangat lega.

"Ya, apa kau sudah siap untuk melindunginya?" tanya Hanbin dan Yunhyeong mengangguk.

"Bagus, ayo kita pergi!" ajak Hanbin dan mereka pun pergi bersama.


-Tbc-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top