Chapter 16

Playlist

Black pink - Stay
.
.
.
Hi...Aku balik dengan ff ini😉
.
.
Merindukan siapa disini? 😉
.
.
.
Vote x Komen
JANGAN LUPA!
.
.
.
THANKS
🙏🙏🙏
.
.
.
Happy Reding
📖📖📖
.
.
.

Pernahkah kalian merasakan sesuatu yang lebih buruk dari merasa seperti sampah?

Melihat mereka hidup baik-baik saja, sementara aku disini masih terselimut bayang-bayang masa lalu yang mengerikan.

Kenyataannya luka itu membekas sampai detik ini, nyeri yang selalu datang tiba-tiba. Mental yang selalu down tak terduga.

Aku merasa sesak yang menyiksa, tak tertahankan saat melihat mereka berkeliaran dalam pikiranku.

---***---

Seorang wanita memasuki kamar mandi. Memasuki salah satu bilik dan menguncinya. Kemudian ia memegangi dadanya, bahkan memukul-mukulnya. Menangis dalam keheningan dan dengan cepat mengusap air matanya, ekspresinya berubah menjadi datar kembali.

"Kalian hidup dengan baik, sangat menyenangkan melihat itu," ucapnya dengan datar.

"Sua, kau berbicara dengan siapa?" Seorang wanita muncul, sepertinya ia mengenali suara itu. Sua pun membuka pintu dan bercermin didamping wanita paruh bayah ini, ekspresinya kembali datar.

"Aku sedikit mencoba mempraktekkan dialog pada salah satu novel," katanya dengan santai dan wanita itu mengangguk.

"Aku heran kepadamu, sejauh ini kau sudah mengambil 10 proyek. Apa kau tak lelah? Seharusnya akhir pekanmu kau gunakan untuk berkencan bukan? Malah lembur dengan mengedit tumpukan naskah," katanya dan wanita ini hanya sedikit memaksakan senyumnya.

"Aku baik-baik saja. Setidaknya kita lebih cepat melayani para penulis itu kan?" sahutnya dan wanita itu pun mengangguk.

"Tapi aku tetap tak menyukai kalau kau harus lebih banyak bekerja dari pada yang lain. Oh iya, direktur ingin bertemu denganmu, aku berharap kau tak menerima naskah lagi. Masih banyak yang lain, kalau semua diserahkan kepadamu, kapan mereka akan belajar," omelnya yang sebenarnya juga kurang setuju dengan semuanya.

"Manajer, tenang saja. Aku akan menolaknya." ucapnya yang tak ingin membuat manajer yang seperti kakaknya ini cemas.

"Bagus, aku mengandalkanmu. Jangan terlalu lelah atau memforsir tenagamu. Kau sudah sangat membantu disini, aku tak ingin berlaku tak adil pada semua tim ku!" ucapnya yang membuatnya tersenyum. Ini lah yang selalu ia sukai dari manajernya yang satu ini. Bijaksana tak mau membeda-bedakan semuanya.

"Baiklah, Kim Sua. Waktunya untuk kembali ke realita dan lupakan semuanya tentang fantasi jenis apapun kecuali naskah," ucapnya yang berusaha untuk menyemangati dirinya.

---***---

"Song, masa jabatanmu selama 10 tahun akan berakhir. Siapa yang akan kau jadikan kandidat selanjutnya?" Tn. Kim bertanya. Ke tiga pria tua itu duduk diatas sofa coklat, ditemani oleh beberapa wanita yang menuangkan bir dari botol.

Tn. Song telah menjadi presiden republik korea selatan selama dua periode. Selama waktu itu, ia bisa melancarkan rencana-rencananya bersama Tn. Kim dan Tn. Hwang untuk mengendalikan semuanya. Menangkapkan cakarnya dimana pun, membuatnya menjadi orang yang cukup berpengaruh dikorea dan ia pun memiliki reputasi yang cukup baik. Karena itu, ia sudah cukup melupakan sampah pengganggu seperti Krystal mau pun Sinb.

"Siapapun itu, semua kendali telah kita pegang. Mereka hanya akan menjadi boneka kita," ucap Tn. Song dan Tn. Kim menyeringai.

"Selama kita bisa menjaga nama baik, semua aman. Ingat Hwang, aku tak mau mendengarkan berita merusak lagi tentangmu dengan beberapa wanita," sindir Tn. Kim mencoba memperingatkan dan Tn. Hwang menghela napas. Ia cukup kesal dengan ucapan adik iparnya yang tak sopan ini.

"Aku sudah tua, bagaimana aku bisa memikirkan hal itu? Lagi pula aku hanya bersama Krystal bukan dengan banyak wanita sepertimu," tekannya yang membuat kedua lawan bicaranya terbahak.

Mereka adalah otak dibalik segala kebusukan di negeri ini dengan menggunakan segala macam topeng kebaikan untuk menarik simpati rakyat. Tn. Song dengan segala empati busuknya, Tn. Kim yang memiliki keleluasaan untuk membesarkan bisnisnya resmi maupun ilegalnya tanpa takut dengan pemukutan pajak atau tindak pidana pelanggaran dan Tn. Hwang yang terpaksa harus terus mengikuti jejak kedua orang ini karena ia adalah bagian penting, sebab Tn. Hwang mengendalikan dana kampanye dan semua hal yang berhubungan dengan suap. Caranya melobi para pejabat untuk berpihak kepadanya tidak perlu di ragukan lagi.

"Jangan sampai khasus itu terbuka lagi melalui cela apapun, kalau tidak kita akan hancur bersama-sama," tekan Tn. Song dan Tn. Kim mengangguk sementara Tn. Hwang menghela napas. Sepertinya ia tidak akan pernah bosan untuk mengingatkan hal ini kepada mereka.

"Tapi berjanji lah untuk tak melibatkan Sinb lagi. Kalau kalian melakukan itu, aku pasti akan melakukan sesuatu yang tak dapat kalian bayangkan nantinya," ancam Tn. Hwang lagi. Hal ini sudah sering kali ia ucapkan dan keduanya saling melirik sebelum akhirnya tersenyum.

"Jangan menganggapku bodoh. Aku tau apa yang kalian perbuat dibelakangku. Untuk melindungi kita Junho mengorbakan dirinya dan kita memfitnahnya seperti itu," gumannya.

"Kenapa kau terus berusaha terlihat seperti malaikat di depan putri angkatmu itu." Tn. Song mencibir.

"Tidak, aku memang bajingan seperti kalian. Aku tak menampik itu tapi aku hanya ingin kalian tidak berlebihan. Dia hanya gadis kecil, jadi berhentilah kalian mengusiknya!" Tekan Tn. Hwang yang membuat keduanya nampak tak setuju tapi terpaksa mengangguk.

Jadi, apakah dua orang ini berhenti mengganggu Sinb karena permintaan Hanbin atau Yunhyeong? Tentu saja tidak, mereka tidak akan terpengaruh oleh gertakan seorang bocah. Ini semata-mata karena ancaman seseorang yang lebih kuat yaitu Tn. Hwang.

"Kalau begitu aku pergi," pamit Tn. Hwang yang pergi begitu saja. Menyisahkan dua pria tua itu yang nampak berdesis.

"Kim, aku harap kau tidak lagi memprovokasinya. Kita akan selalu membutuhkan Hwang," peringatan dari Tn. Song.

"Tapi bajingan itu menyebalkan! Ah, kenapa aku harus menikahi adiknya. Hanbin, bahkan tak peduli dengan saranku sama sekali," keluhnya.

"Tenang saja, kau tak perlu memaksa para anak kecil itu. Kita hanya perlu mengawasi, kalau mereka berusaha untuk melakukan hal yang berbahaya, kita hanya perlu membereskannya saja," ucap Tn. Song sambil menyeringai, meminum minumannya yang di berikan oleh wanita disampingnya.

Tn. Kim menghela napas. "Aku rasa kekeras kepalaan Hanbin melebihi ku. Aku tidak tau bagaimana mengatasinya," lanjutnya dan Tn. Song menatapnya sambil tersenyum.

"Dia hanya anak-anak yang sok dewasa. Biarkan saja, kita hanya perlu melihatnya." Lagi Tn. Song mengatakannya.

"Baiklah...Aku akan menuruti saranmu," ucapnya menyerah.

----***----

Disebuah ruang kerja dengan cahaya dengan gambaran visualisasi berbagai tokoh game yang nampak bergerak kesana-kemari. Seseorang duduk dengan memandangi benda ciptaannya itu.

"Presdir, anda memiliki janji dengan perusahaan penerbangan pendatanganan kontrak tentang pembuatan maskot bahkan holigram," ucap seorang wanita yang semenjak tadi berdiri disampingnya.

Seketika pandangan pria itu teralih padanya, memandang sekertaris seksinya ini dari atas hingga ujung kaki. "Kau sangat seksi hari ini," gumamnya sambil menyeringai, wajah seriusnya berubah terlihat begitu picik.

Ia memberi isyarat untuk sekertasinya mendekat. Wanita ini pun dengan semangat berjalan mendekat, seolah ia akan mendapatkan hadiah yang di inginkan olehnya setelah sekian lama.

"Karena penampilanmu cukup memukau hari ini, aku akan memberimu kesempatan untuk bermain denganku," bisiknya pada wanita itu yang membuatnya nampak tak sabaran, sepertinya ia memang berniatan berdandan habis-habisan untuk menarik perhatian pimpinannya ini.

Wanita itu pun duduk dipangkuan pria itu, menekan tubuhnya sampai menempel pada kursi dan wajah mereka saling berdekatan, hingga cumbuan demi cumbuan menggairahkan terjadi.

"June kau di dalam?" Suara itu cukup mengagetkan dua orang yang sedang bergairah.

"Sialan kau Hanbin!" umpat June dan Hanbin hanya menyeringai diambang pintu saat melihat kedua orang dalam posisi aneh. June dengan kemeja yang sudah hampir terbuka dan wanita itu dengan bra warna hitam di atas kulit putihnya.

"Bisakah kau tak berbuat mesum di kantormu sendiri? Sekarang katakan kepadaku, apa semua wanita disini sudah pernah bermain bersamamu?" tanyanya yang tiba-tiba merasa penasaran.

"Keparat kau!" maki June lagi-lagi dan Hanbin terbahak. Wanita itu seketika pergi dan June mulai merapikan kemejanya kembali.

"Apa yang membuatmu datang tiba-tiba seperti ini?" tanya June dengan lirih. Ia sangat kesal pada Hanbin, padahal sedikit lagi ia bisa sedikit bermain-main setelah sekian lama disibukkan dengan banyak proyeknya.

"Belum ada kabar tentangnya?" tanya Hanbin yang seketika membuat June kesal.

"Wanita itu lagi? Ini sudah 7 tahun lebih saat kau terus-terusan menyuruhku untuk mencarinya. Kenapa kalian berdua tidak berhenti saja! Lagi pula dia tidak terlalu cantik, seksi saja tidak, wajahnya mirip seperti pelayan di toko swalayan," cibir June yang membuat Hanbin marah.

Diraihnya kerah baju June dan pria itu nampak terkejut. "Slow Hanbin-ah..." katanya sambil tersenyum geli.

"Ini semua salahmu, kalau saja kau tidak lupa ingatan, mungkin ia tidak akan menghilang! Kau bisa saja menghinanya seperti itu sekarang, tapi suatu saat nanti kau akan merasa bersalah dengan ucapanmu itu!" geram Hanbin yang melepaskan cengkramannya pada kemeja June dan meninggalkannya pergi begitu saja.

June menghela napas. "Kenapa kalian harus bertingkah seperti pecundang hanya untuk wanita yang mungkin saja telah melupakan kalian," gumamnya yang tak mau ambil pusing lagi.

Setelah kecelakaan itu terjadi, memori June tentang semua orang lenyap. Hanbin dan Yunhyeong secara teratur mencoba mengingatkannya dengan bercerita bahkan menunjukkan foto mereka di masa lalu. June bertahap bisa menerima cerita itu, bahkan memulai lagi hubungan pertemanan dengan Hanbin serta Yunhyeong. Kepercayaan pun mulai tercipta, hanya saja June selalu merasa bingung dengan sosok wanita bernama Sinb itu. Membayangkannya saja, June tak pernah.

---***---

Dentuman musik terdengar begitu keras, tekuk tubuh puluhan orang nampak terlihat saat mengikuti alunan musik.

Seseorang duduk di depan bartender dan wajahnya terlihat lesu.

"Orange jus seperti biasa?" tawar si bartender dengan senyum khas mata yang akan menghilang. Wanita itu pun tersenyum.

"Tidak, kali ini aku butuh votka," katanya membuat bartender bermata sipit itu melebar.

"Sua-ya, kau tidak boleh minum. Bibi Krystal akan memotong gajiku jika aku mengizinkannya," keluhnya yang membuat wanita bernama Sua itu memutar bola matanya.

"Dia tidak akan tau, kalau kau tak mengatakannya," ucapnya sambil terbahak.

Pria itu menggeleng. "Paman Kai bahkan lebih menyeramkan," lanjutnya dan Sua pun terus terkekeh.

"Oh ya, dimana bibiku, Bobby?" tanyanya dan pria bernama Bobby itu pun menunjukkannya pada sebuah ruangan.

"Baiklah, aku akan kesana. Mencoba untuk menyapanya," kata Sua sambil bangkit tapi Bobby menahannya.

"Tunggulah sebentar, ia akan segera keluar," katanya dengan cemas membuat Sua semakin curiga.

"Tidak, kau pasti menyembunyikan sesuatu kan? Kau tidak bisa membohongiku!" tekan Sua yang mendorong tubuh Bobby, melangkah pada ruangan yang Bobby maksud.

Sua pun sampai di depan ruangan tersebut dan membukanya. Ia melihat Krystal duduk disamping Kai sambil menangis, membuat ia mengurungkan niatnya untuk masuk terlalu jauh.

"Jebal, biarkan aku mengurus masalah ini. Berilah aku kesempatan untuk tau semuanya," mohon Krystal dan wajah Kai semakin mengeras.

"Jadi keinginanmu membuka bar ini, hanya untuk menjebak mereka dan menguping pembicaraan mereka?" duga Kai dan Krystal mengangguk dan Kai menatapnya tak percaya.

"Apa lagi yang ingin kau tau? Yang penting Sinb sudah ada disini bukan? Jangan membahayakan dirimu untuk hal ini, kau bukan tandingan mereka!" tekan Kai yang tentu membuat Sua semakin menajamkan pendengarannya saat namanya yang lama disebut-sebut.

"Tidak! Aku tidak bisa tenang sebelum mengetahui kebenarannya. Pikirkan saat Junho oppa meninggal tidak wajar dan mereka mengejar-ngejar eonni ketika beberapa hari eonni melahirkan Sinb, sampai eonni harus mati di tangan mereka. Saat itu, aku harus berusaha melindungi Sinb dan merencanakan hal yang mengerikan. Aku membuatnya diadopsi di keluarga Hwang, pria yang telah mengkhianatiku dan membuatku harus kehilangan bayiku. Bajingan seperti mereka, aku tidak bisa membiarkannya!" Krystal menggeleng sambil menangis keras. Kai tiba-tiba memeluknya untuk mencoba untuk menenangkannya.

"Karena itu berhentilah, kau hanya akan terus menyakitimu," mohon Kai dan Sua terlihat masih termangu, bingung dengan beberapa ucapan Krystal.

"Aku tidak bisa berhenti! Chanwoo akan membantuku untuk mengumpulkan bukti!" ucap Krystal yang seketika melepaskan pelukan Kai, memandangnya tajam.

Kai pun bangkit. "Kenapa kau harus sekeras kepala ini? Aku mengkhawatirkanmu!" bentaknya.

"Aku akan baik-baik saja!" balas Krystal tak kalah tinggi.

Kai pun meraih botol minuman dan memecahkannya.

Praaangg

Setelah itu baru ia pergi dan Sua segera bersembunyi masih dengan wajah shocknya. Tubuhnya merosot dan jatuh ke lantai.

"A-aku, sebenarnya anak siapa?" tanyanya dengan lirih.

---***---

Seorang pria berada diatas jembatan, mencoba untuk memandang aliran air yang tenang yaitu sungai Han. Pikirannya sangat kacau, rasa frustasinya tak bisa ia sembunyikan lagi.

"Kau disini rupanya? Ayo pulang, Appa sudah menunggumu," seorang wanita tiba-tiba menyandarkan kepalanya dibahunya.

"Jisoo-ya ka!" usirnya membuat wanita bernama Jisoo itu geram.

"Mengenangnya lagi? Sampai kapan Hanbin-ah, kau akan mengabaikanku dan terus mengingatnya!" tekan Jisoo yang membuat Hanbin menatapnya dingin.

"Sek. Eun! Bawa nona masuk dan antar pulang kerumah sekarang!" Hanbin membentak.

"Baik Tuan," balasnya yang kini membawa Jisoo.

"Lepaskan aku! Aku ingin bersama Hanbin!" teriaknya keras tapi sepertinya pria itu mendengarkan sepenuhnya intruksi Hanbin untuk membawanya pergi.

Kini, hanya tinggal Hanbin dengan suara gemercik sungai dan kendaraan berlalu lalang.

"Hwang Sinb...Kau masih hidup kan?" lirihnya dengan tatapan dalam nan dingin.

"Tolong biarkan aku menemukanmu, aku sudah sangat siap untuk berperang saat ini," lanjutanya dengan menghela napas panjang.

"Aku, Kim Hanbin telah bersumpah untuk menemukanmu, bagaimana pun caranya." Hanbin menangis "Jebal, muncullah dan aku bersumpah tidak akan menyakitimu lagi," lanjutnya yang kali ini ia benar-benar menangis.

"Aku merindukanmu, apa kau tau itu?" lirihnya.

-Tbc-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top