Chapter 12

🎶Playlist🎶

iKON - Good bye road
.
.
Hi...Jumpa lagi sama FF ini, semoga kalian nggak bosen ya
😂😂
.
Vote x Komen
Ditunggu
😁😁😁
.
.
Oh ya sekalian mau promosi project Cerita Mini di lapak grou @ranseteam
Dengan judul "The Area Dangerous Team" tolong bantu vote ya 😂
.
.
Oh ya The War Galaxy uda up loh, kali aja kalian belum tau, bisa langsung di cek
😁😁😁
.
.
.
Happy Reading
📖📖📖
.
.
.

Semua orang akan merencanakan sesuatu dengan sangat matang.

Namun, merencanakan sesuatu tanpa memperkiraan kondisi diluar rencana, akan memberikan dampak lain.

Lebih buruknya rencana itu akan gagal, bahkan berbalik menyerangmu.

---***---

Kediaman rumah keluarga Song, dengan bangunan seperti castil dan halaman luas, serta rindang pepohonan. Yunhyeong, pria ini duduk di tepian kolam renang sembari membaca beberapa buku, disebelahnya sudah ada orange jus dan beberapa kue. Minyeon juga duduk disampingnya, memperhatikan tunangannya ini dengan seksama.

"Wae?" tanya Yunhyeong saat gadis disampingnya ini menyisir rambut Yunhyeong dengan lembut. Mata indahnya seolah tak henti-hentinya menunjukkan kekaguman pada sosok Yunhyeong yang begitu tampan ini.

"Aku pernah berfikir, bisa bertemu denganmu." gumannya yang masih menatap Yunhyeong penuh cinta.

Yunhyeong tak menunjukkan banyak reaksi ramah seperti biasanya. Tatapannya masih saja datar, ia hanya melirik sekilas dan menyibukkan dirinya dengan buku-buku itu lagi. 

Sesungguhnya saat ini fikirannya melayang pada dimensi waktu, memutar kembali masa lalu dan menemukan dirinya yang tertawa lepas karena ulah Sinb. Gadis yang selalu mencintainya tanpa syarat apapun. Meskipun kasar, Sinb tidak pernah memprotes segala keinginan Yunhyeong, bahkan gadis ini begitu penurut kepadanya.

Minyeon yang tidak peka dengan keenganan Yunhyeong lagi-lagi meneruskan ucapannya. "Meskipun penyebab semua ini karena keluarga Sinb. Aku heran, mereka yang bersalah kenapa keluargamu yang harus menanggungnya? Dan sekarang gadis itu hilang begitu saja? Sungguh tidak bertanggung jawab." cercanya yang tentu saja membuat Yunhyeong marah, ia tidak suka siapapun mencerca Sinb. Terutama itu orang asing seperti Minyeon.

Yunhyeong pun menutup bukunya. "Aku sudah mengatakan untuk tak membahas tentang Sinb, bagaimana kau bisa mengabaikan ucapanku?" ucapnya dingin membuat Minyeon membeku sesaat sebelum akhirnya ia membuka mulutnya.

"Tapi..."

"Sudah ku bilang hentikan. Aku lelah, minta supir Lee untuk mengantarmu pulang." katanya sebelum akhirnya meninggalkan Minyeon sendirian.

"Wae? Apa kau masih menyukainya? Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkanmu kembali lagi kepadanya." guman Minyeon yang kini melangkah pergi.

Semua gadis boleh bertingkah semaunya, boleh terus berlaku egois tapi Sinb tidak akan melakukan hal semenyebalkan ini. Sekarang kalian tau kenapa gadis ini begitu di cintai?

Yunhyeong pun hendak berjalan ke kamarnya, namun tiba-tiba saja ia melihat Tn. Kim memasuki ruang kerja Appanya. Dengan segera, Yunhyeong kembali kedalam kamarnya dan mulai menyalakan alat perekam.

"Kenapa kau terlihat terburu-buru seperti itu?"

Suara ini adalah suara Tn. Song dan Yunhyeong dengan mudah mengenalinya.

"Aku menemukan keberadaan Krystal dan saat ini ia berada di Anseo."
Dan suara ini, tentu suara Tn. Kim. Yunhyeong benar-benar mendengarkannya dengan cermat.

"Lalu? Hanya ini, apa kau tak mengambil tindakan?"

Tuntut Tn. Song yang menginginkan Tn. Kim membereskannya sampai akhir.

"Dengarkan dulu apa yang ku katakan. Barulah kau bisa memberikan saranmu."

Kali ini suara Tn. Kim terdengar cukup serius. Biasanya pria ini tak terlalu membantah perintah Tn. Song tapi kali ini, ia terlihat sedikit kesal. Mungkinkah ada hal lain yang lebih mendesak dari ini?

Yunhyeong yang menyadapnya, tentu saja sangat penasaran.

"Katakan! Kalau kau hanya berbicara omong kosong? Lebih baik kau pergi saja."

Ancam Tn. Song dan loloslah desahan Tn. Kim.

"Begini, Krystal baru-baru ini pindah kesana dan anehnya disana ia membuka sebuah toko bunga dan kau tau siapa yang berkerja disana? Sinb, anak pungut Hwang. Aku tiba-tiba saja merasa ini bukan sesuatu yang kebetulan dan aku semakin yakin saat melihat lagi foto kita dimasa lalu. Sinb sangat mirip dengan Jessica, tapi aku belum bisa memastikannya. Bisa saja Sinb adalah anak Krystal dan Hwang atau Jessica, kita harus menyelidikinya."

Mungkin diruangan sana Tn. Song sedang termangu, menunjukkan ekspresi ketidak percayaannya tapi di sini, Yunhyeong lebih shock dari siapapun. Sekarang, yang menjadi pertanyaanya adalah bagaimana pria itu menemukan keberadaan Krystal dengan cepat?

"Kau pasti tidak percaya kan? Tapi Jisoo mengatakan kepadaku jika June, Hanbin dan anakmu sedang menyinggung masalah ini."

Lagi-lagi Yunhyeong dibuat shock dengan ucapan Tn. Kim. Sehingga muncul spekulasi di dalam benaknya jika Jisoo benar-benar menyadap pembicaraan mereka. Ia tidak akan mungkin bisa meretas akun, karena June pasti akan mengetahuinya. Yunhyeong menghela napas panjang, ia sekarang tau kenapa Hanbin dan June begitu membenci Jisoo.

"Kau yakin?" terdengar sekali kalau Tn. Song masih belum yakin.

"Ya, aku bahkan sudah mengirim orang untuk membereskannya. Itu kenapa aku suka sekali memiliki kerja sama dengan keluarga Kim dan Cho. Kedua calon menantu kita itu memang dapat diandalkan." puji Tn. Kim yang tentu membuat Yunhyeong semakin penasaran. 

Tidak hanya Jisoo? dan sekarang mereka menyebut marga Minyeon? Apakah gadis itu juga terlibat dalam hal ini? Yunhyeong hanya mampu menganga untuk menanggapi spekulasi dalam otaknya.

"Jadi mereka berdua bekerjasama membantu kita?" suara ini adalah suara Tn. Song.

"Ya, aku tidak menyangka para bocah keparat itu menyembunyikan masalah ini dari kita. Song, sepertinya kau harus memberikan pelajaran kepada Hanbin agar ia menghentikan obsessinya pada gadis itu. Aku juga akan mengecek orang suruhanku, apa mereka telah menemukan gadis itu." kata Tn. Kim yang seketika membuat Yunhyeong panik.

Segera, ia raih handphonenya dan menyentuh beberapa huruf sampai ia tersambung dengan sosok yang dapat ia fikirkan saat ini.

"Hanbin-ah..." kepanikan Yunyheong cukup terdengar.

"Wae?" tanya Hanbin diseberang.

"Kau dimana?" Yunhyeong mencoba untuk menemukan ketenangannya dengan menghela napas beberapa kali.

"Di Seoul. Aku juga sudah..."

"Kembali ke Anseo! Palli!" Kali ini Yunhyeong memekik.

"Wae? Kenapa kau terdengar panik?"

"Mereka telah mengatahui yang sebenarnya. Sinb dalam bahaya." lirih Yunhyeong.

"MWO? Kau tidak bercanda kan?" teriak Hanbin.

"Ani, ottokae? Bagaimana kalau mereka berhasil menemukan Sinb? Apa yang akan mereka lakukan kepadanya?" tanya Yunhyeong yang mondar-mandir dikamarnya.

"Sialan! Padahal aku sudah menyuruh June untuk meretas semua alat komunikasi para pengawal Appa. Apakah hal sebesar ini ia tak tau?" Hanbin terus menggerutu.

"Hanbin-ah, kita tak memiliki banyak waktu. Kembali ke Anseo, biarkan aku yang menelepon June." potong Yunhyeong.

"AISH! AKU AKAN MENGHUKUM SIAPAPUN YANG BERANI MENYENTUH SINB! BEDEBAH SIALAN!"

Hanbin pun memutus sambungan teleponnya. Tanpa menunggu Yunhyeong berusaha untuk menghubungi June dan dalam benaknya, Yunhyeong berharap June telah mengetahui hal ini.

"June kau dimana?" tanya Yunhyeong ketika berhasil tersambung dengan June.

"Anseo, aku membawa beberapa orang-orangku," jawab June yang tentu membuat Yunhyeong menghembuskan napas lega.

"Apa kau benar-benar meretas komunikasi mereka?" Yunhyeong mencoba memastikan.

"Ya, jangan khawatir. Aku akan segera sampai. Ku tutup teleponnya."

Tutt

Dan sambungan mereka pun terputus. Meskipun begitu Yunhyeong tentu saja tidak bisa tenang, ia juga memikirkan rencana agar para orang tua itu berhenti menyakiti Sinb.

---***---

Anseo, saat malam semakin larut, anak-anak terlihat kelelahan dengan perdebatan mereka yang tiada akhir, bahkan mereka berhasil membuat ruang tamu kepala desa Kim terlihat seperti pembuangan sampah karena bungkus snack berserakan dimana-mana.

"Kau lelah?" tanya Donghyuk pada Eunha dan gadis ini pun mengangguk. "Ayo ku antar pulang," katanya dan Eunha pun menurut, sungguh pasangan mengemaskan menurut Sinb yang sekarang sedang mengamati mereka.

Chanwoo yang melihatnya, tertawa geli. "Sepertinya kau iri kepadanya? Kau tidak berfikir untuk membuatku mengantarkanmu?" ledek Chanwoo yang tentu saja membuat Sinb menoleh dan mendesis.

"Kau terlalu percaya diri sekali," cibir Sinb dan Chanwoo hanya tertawa, terlihat sekali jika ia terus-terusan mengejek Sinb.

"My baby girl, bagaimana kalau ku antar pulang?" Bobby tiba-tiba saja duduk dihadapan Sinb dengan kedua tangan menopang dagunya, sungguh Sinb dibuat risih oleh satu namja ini.

"Enyahlah dari hadapanku!" sergah Sinb yang tentu membuat Bobby cemberut dan Chanwoo tak berhenti tertawa.

"Jiwon, kau tak perlu bersusah payah mengantarkannya, ia hanya perlu melangkah beberapa langkah. Jangan terlalu memanjakannya, sebaiknya kita pergi sebelum terlalu malam," tutur Chanwoo dan Bobby hanya mendesah sebelum akhirnya berdiri.

"Jangan panggil aku Jiwon, namaku Bobby!" koreksi Bobby yang seketika membuat Sinb dan Chanwoo tertawa geli.

"Baiklah, Bobby," ralat Chanwoo yang kini berjalan dengan merangkul bahu Bobby dan menyeretnya. Bobby terlihat beberapa kali menoleh dan Sinb hanya menggunakan tangannya untuk mengusir namja itu jauh-jauh.

Kini, Sinb sendiri dan sedang membereskan semua alat tulis dan buku-buku berserakan. Ia menghela napas saat melihat bungkus snack yang berserakan dimana-mana.

Lihat, aku sudah menemukan kekurangan mereka. Sungguh, para bedebah ini telah berhasil memporak-porandakan ruangan tamu songsaenim.

"Biarkan saja, nanti aku yang akan membereskannya. Ayo ku antar kau pulang sekarang," ucap Jinwan yang tiba-tiba muncul, membuat Sinb terkejut.

"Tapi Saem, ini tidak bisa dibiarkan. Apakah ini yang mereka sebut dengan siswa berbudi luhur?" omel Sinb yang tentu membuat Jinwan tertawa geli.

"Jiwon dan Chanwoo sudah akan membersihkannya tadi, tapi aku melarangnya. Kalian sudah terlihat kelelahan," terang Jinwan yang tentu membuat Sinb semakin kagum kepadanya.

Bagaimana bisa ada manusia sebaik dia di dunia yang menyebalkan ini.

Pada akhirnya mereka pun keluar dari dalam dan berjalan bersama menuju rumah nenek Kwon yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari kediaman kepala desa Kim.

Sampai pada ketika beberapa pria asing datang. Berpakaian serba hitam dengan topi yang senada. Pandangan tajam mereka terfokus pada Sinb, membuat gadis ini sedikit ngeri.

Boya! Kenapa mereka memandangku seperti itu? Mereka tidak mengincarku kan?

"Kalau boleh tau, apa yang anda perlukan Tuan?" Jinwan bertanya dengan sopan.

"Dia, berikan gadis ini kepada kami," ucap salah satu diantara mereka dengan suara menggeretak.

Baik Sinb dan Jinwan nampak terkejut. Keduanya dapat menyimpulkan bahwa mereka datang bukan dengan niat baik. Seketika itu juga Jinwan memegang erat tangan Sinb, mencoba memberitahu gadis ini jika dirinya akan terus melindunginya.

Aku? Mereka menginginkan aku! Wae?

"Jangan takut, ada aku. Tapi sepertinya yang terpenting sekarang keselamatanmu, aku juga tidak memiliki kemampuan untuk melawan mereka sekaligus," bisik Jinwan yang membuat Sinb mengangguk mengerti. Sinb cukup memaklumi dalam hal ini, siapa yang akan sanggup melawan lebih dari lima orang pria gagah ini.

Cukup rasional juga jika mereka memilih alternatif kedua untuk kabur. "Dimulai dari hitungan ke 1...2...3... lari!" pinta Jinwan dan mereka berdua pun berbalik dan lari sekencang-kencangnya.

"Sialan! Kejar mereka! Aku akan menghukum kalian jika kalian tak berhasil menangkapnya!" seru seseorang diantara pria gagah berpakaian serba hitam itu.

Jinwan dan Sinb terus berlari. "Saem ottokae?" tanya Sinb dengan napas tersengal. Ia sudah lama tak melatih fisiknya dan juga saat ini ia begitu lelah dengan kegiatan sekolah, kerja paruh waktu dan tugas kelompok.

"Kita bersembunyi dirumah, nanti ada Donghyuk dan Appa yang akan membantu," kata Jinwan menenangkan, Sinb pun diam dan terus berlari.

Kini mereka telah sampai dirumah Jinwan, mereka segera masuk dan mengunci rapat rumahnya, kemudian mematikan lampu depan.

"Appa!" panggil Jinwan sambil menarik tangan Sinb untuk mengikutinya.

Tn. Kim yang tadinya menonton televisi diruang tenang segera berjalan mendekat.

"Wae?" Tanyanya. Memandang Jinwan dan Sinb keheranan karena selama ini ia tidak pernah melihat Jinwan panik akan satu hal.

"Ada seseorang yang ingin membawa Sua dan semuanya pria," terang Jinwan yang membuat Tn. Kim kini memandang Sinb.

"Apa kau kenal dengan mereka nak?" tanya Tn. Kim dan Sinb menggeleng cepat.

"Kalau begitu apa mau mereka?" Tn. Kim nampak berfikir tapi konsentrasinya hilang saat terdengar ketukan bertubi-tubi di pintu depan.

TOK

TOK

TOK

"Itu pasti mereka, ottokae?" Sinb semakin panik.

"Kau jangan takut, kami akan melindungimu nak." Kali ini Tn. Kim yang mencoba menenangkan Sinb. Ia masuk kekamarnya dan membawa lebih dari tiga pemukul bisbol.

"Apa tidak ada cara lain?" Jinwan mencoba memprotes ide kekerasan fisik seperti yang Appanya rencanakan ini.

Tn. Kim menggeleng. "Mereka jelas tidak memiliki niat baik, aku akan menelepon polisi sekarang. Sambil menunggu polisi datang, kita akan mencegah mereka," terang Tn. Kim dan Jinwan pun tak bisa membantahnya lagi. Lagi pula yang paling penting, Sinb harus tetap aman bukan?

"Siapa kalian?" suara seseorang diluar dan Jinwan serta Tn. Kim saling melirik.

"Donghyuk!" guman mereka bersamaan. Seketika rasa khawatir itu menghinggapi mereka.

"Sua, masuk kekamar. Kunci rapat, kalau perlu beri penghalang di pintu. Aku dan Appa akan melihat diluar." Jinwan mengintruksinya dan Sinb yang sangat setia kawan ini jelas tidak mau, ia menggeleng cepat.

"Anio, aku tidak bisa tenang kalian menghadapi seperti ini. Aku harus membantu kalian, aku bisa sedikit Taekwondo," kukuh Sinb.

"Tapi..."

BUAK

"Akkk." Suara pekikan Donghyuk yang membuat kedua pria ini kelabakan.

"Donghyuk..." Tn. Kim pun segera berlari keluar, membuka pintu dengan tergesar.

"Tetap disini!" Bahkan Jinwan pun berlari keluar, hanya tinggal Sinb dengan memegang erat pemukul bisbol.

Ottokae? Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa mereka mengincarku?

Sinb tentu tidak tenang berada di dalam, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dan melihat satu persatu keluarga Kim jatuh ke tanah karena pukulan bertubi-tubi dari kumpulan pria gagah berpakaian hitam itu. Mereka seperti kumpulan pasukan yang terlatih dengan berbagai teknik bela diri. Mereka sama sekali tak terlihat seperti preman yang tadi Sinb lihat saat di toko bibi Krystal.

Buk

Buk

Buak

"Arrgghhh." Suara rintihan Donghyuk dan Sinb yang melihatnya sangat marah. Jinwan dan Tn. Kim tak bisa menyelamatkan Donghyuk karena mereka cukup dibuat sibuk dengan beberapa pria gagah lain.

"Donghyuk!" Sinb berlari dengan tongkat bisbol dan bersiap memukul kepala menyerang orang itu sampai ia mendengarkan suara mengerikan.

DOR

Perhatian mereka teralih pada seseorang yang telah mengangkat tangannya dengan memegang pistol keatas. Sepertinya ia mencoba menembak udara kosong sebagai peringatan.

Andai ini di kota, mungkin orang-orang akan langsung tanggap. Namun, ini Anseo yang terkadang jarak rumah satu dengan rumah yang lain lumayan jauh.

"Jangan bergerak, atau mereka mati!" dan suara ancaman ini adalah yang paling menakutkan.

Mereka yang memegang tongkat bisbol segera meletakkannya begitu saja.

Ini tidak bisa dibiarkan! Mereka akan melukai keluarga Kim.

Aku tidak bisa memaafkan diriku jika mereka terluka karena aku.

Mereka masih punya banyak harapan untuk menjalani hidup, tapi aku? Aku tak tau, jika nenek suatu saat pergi? Aku mungkin akan seperti sampah.

"Lepaskan mereka dan aku akan mengikuti kalian,"

"Andwae!" teriak Jinwan, ia menggeleng cepat tapi pria gagah disampingnya memukulnya kembali.

BUAK

Sinb melihat Jinwan terjatuh dengan menahan rasa sakit. Songsaenimnya yang baik hati di perlakukan seperti sampah?

"Hentikan!" Sinb memekik dan air matanya jatuh. "Aku tidak tau apa yang kalian inginkan, tapi aku akan ikut dengan kalian," ucap Sinb dengan terbata.

"Lepaskan mereka setelah aku membawanya pergi!" perintah dari salah satu diantara mereka dan semuanya mengangguk tanpa mengatakan apapun.

Sinb melihat Jinwan yang tersungkur lemah, ia menggeleng dan mengucapkan sesuatu dengan lirih.

"Ayo!" sentak pria gagah ini, menarik Sinb dengan kasar.

Sinb pun terpaksa mengikuti langkah pria ini memasuki van hitam dan seorang sopir yang semenjak tadi di dalam sana pun menjalankan mobilnya.

Sinb memejamkan matanya dan hanya mampu pasrah pada keadaan.

Jika ini akhir maka, aku akan menerimannya.

CIIIIITTT

Sinb terpental bersama pria itu.

"Brengsek! Kenapa berhenti mendadak?" maki pria gagah ini, ia masih memegangi Sinb.

"Ada sesuatu di depan, sepertinya mereka mencoba untuk menghalangi kita," lapor sang supir.

"Sialan! Tidak ada pilihan lain, sebelum mereka datang kemari aku akan menuntaskannya," ucap pria ini yang kini mengarahkan pistolnya tepat di pelipis Sinb membuat Sinb ketakutan.

Tapi, mati dengan seperti ini. Aku tidak bisa!

Sinb pun mencoba mengangkat kakinya dan menendang pria dihadapnnya ini, sehingga pria ini melepaskan Sinb dan mencoba mencari pistol yang terbental dan Sinb mencoba terus menghalanginya.

"Kau urus dia, sekarang!" bentaknya.

Supir itu pun mengarahkan pistolnya pada Sinb yang masih berusaha menghalangi pria disebelahnya untuk mengambil pistol yang terjatuh disampingnya.

DOR

Suara tembakan memecah keheningan dan beberapa orang di luar mobil segera berlari mendekat.

"Sinb!" pekik seseorang.

-Tbc-

Hi...Aku balik dengan FF ini 😉

Nggak nyangka kan ya
Hahaha
😂😂😂

T H A N K S
PARA READERS
🙏🙏🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top