Chapter 1
🎶Playlist🎶
IKON - Killing Me
(Kek judulnya😉)
Dan jelasnya terinspirasi dari sini ya 😂
.
.
🙌Tarraaa 🙌
.
Kejutan di hari Idul Adha 😂
.
Moga kalian suka ya 😉😉😉
.
⏳Rules⏳
💅Follow💅
💅Vote💅
💅Komen💅
.
Baru baca 😉
Disebuah ruangan dengan sofa putih pucat, meja billyard dan mini pantry telah berkumpul beberapa siswa yang sering mereka sebut mereka TB5 atau The Best 5 dan nama itu pun di berikan oleh beberapa siswa. Mereka adalah kumpulan anak yang cukup populer disekolah ini dengan banyak sebab.
Gadis berkuncir kuda dan berwajah sinis, yang sedang duduk bersila di sofa itu adalah Hwang Sinb. Cukup terkenal dengan sikap pembangkangnya dan ia cukup mahir di urusan dance sekaligus taekwondo, beberapa kali menang kompetisi dance dan taekwondo tingkat nasional. Ia cukup ditakuti oleh para siswi karena sifat kasar dan terus terangnya. Bahkan jika kesal ia sangat suka menghancurkan barang-barang.
"Wah, sepertinya aku harus memberikan perhitungan kepadanya!" Guman Sinb dengan wajah penuh amarah.
"Sudahlah, apa kau lupa poinmu sudah banyak." Ucap namja disampingnya, sambil mengelus rambut Sinb dengan lembut. Namja ini adalah Yunhyeong, seorang terpopuler disini. Ia adalah ketua osis sekaligus kekasih Sinb. Beberapa kali memenangkan olimpiade sains. Bukankah kalian merasakan pasangan ini cukup aneh? Bahkan ini seperti teka-teki yang sulit untuk dipecahkan oleh seseorang, tatkala mereka memandang sepasang kekasih ini. Sifat mereka berbanding terbalik, Sinb dengan kekasarannya sementara Yunhyeong cukup terkenal sopan, baik dan ramah. Karena hal ini lah ia dipilih menjadi ketua osis.
Memiliki kekasih tampan dan pintar itu terkadang membuatku kesal! Kesal karena banyak gadis yang terus menggodanya, apa perlu ku buat sebuah papan dan ku tempelkan di dadanya MILIKKU!
"Kau ini! Tidak mengerti perasaan yeoja sama sekali! Jika kau tak menyukainya, kau cukup bilang pergi sana! Apa susahnya mengatakan itu eoh? Jangan memberikan perhatian berlebihan, mereka bisa salah paham!" Omel seorang gadis duduk tepat dihadapan mereka berdua, ia adalah Jiso dewi di sekolah ini. Pintar dan beberapa kali memenangkan kontes permainan musik dan spesifikasinya di biola. Anak-anak sering memanggilnya Princess Jiso.
"Ah, mianhae." Yunhyeong terlihat merasa bersalah.
"Oi, ada apa dengan Jiso kita? Kau tidak biasanya semarah ini?" Tangan June tiba-tiba menyentuh dagu Jiso. Jiso memajukan bibirnya membuat semua orang gemas.
"Aigo kiyowot..." Ucap June yang tak berhenti menggoda Jiso. June adalah salah satu dari TB5. Terkenal sebagai pembangkang seperti Sinb tapi ia sangat jenius diurusan membuat game. Bahkan June sudah mendirikan sebuah perusahaan game dan sofware bersama dengan temannya yang juga anggota TB5. June juga cukup terkenal dikalangan siswi karena sifat play boynya.
"Jangan sentuh aku dengan tangan penuh nafsu mu itu!" Pekik Jiso yang mendramatisir membuat Sinb dan Yunhyeong tertawa geli.
Mereka berdua cukup lucu tapi Jiso tidak boleh dengannya June itu namja bedebah yang sangat setia pada persahabatannya.
"Ah, kenapa kau senaif ini?" June semakin gencar mencolek dagu Jiso.
"JUN!" Pekik Jiso.
"DIAM!" Teriak seseorang yang duduk disebuah kursi dan kepala tergeletak di meja. Namja itu mengangkat kepalanya dan berlahan membuka matanya.
Aish, satu ini namja yang luar biasa menyebalkannya dan sialnya dia adalah sepupuku!
"Kenapa kalian berisik sekali? Beri aku ketenangan 15 menit saja." Mohonnya.
"Siapa suruh kau pergi ke club tanpa diriku? Dan berakhir ditipu oleh Ajumma-ajumma. Coba kalian lihat wajahnya? Apa dia memang tidak pantas untuk menjadi siswi SMA?" Ejek Sinb pada sosok namja dihadapannya ini.
Wkwkwk...Wajahnya yang terlihat boros itu membuatnya nampak seperti pria berumur 25 tahun, karena itu Ajumma-ajumma di club menyukainya.
"Aish, Yunhyeong lebih baik kau jaga kekasihmu itu. Jangan sampai aku menyumpal mulutnya dengan lak ban." Ancamnya.
"HANBIN SIALAN!" Sinb mengumpat dan namja yang bernama Hanbin itu hanya tertawa mengejek. Dia bisa dibilang pimpinan TB5, jenius tapi tidak pernah mau mengikuti lomba jenis apapun. Hanbin hanya tertarik untuk berbisnis, ia memiliki berbagai jenis bisnis salah satunya perusahaan game yang ia bangun bersama June. Hanbin membantu dalam urusan menejemen dan June dalam urusan produksi gamenya.
"Hm...Kalian berdua adalah sepupu, kenapa kalian harus terus bertengkar seperti ini?" Jiso bersuara.
Jiso kami yang selalu menjadi penengah.
"Justru kalau mereka tidak berdebat, pasti terjadi sesuatu." Kata June yang cukup mengenal keduanya. Wajar, mereka berteman semenjak kecil.
"Sudahlah, dengar aku Hwang. Kau tidak boleh pergi ke club malam! Jika kau membutuhkan sesuatu atau ingin ku temani, hubungi aku!" Kali ini Yunhyeong memperingatkan Sinb membuat gadis itu memutar bola matanya.
Dan kekasih ku yang selalu cerewet!
"Baiklah..." Katanya dengan sangat terpaksa. Sinb tidak ingin Yunhyeong marah lagi kepadanya seperti waktu itu, di abaikan oleh Yunhyeong seharian membuat Sinb kesal.
"Kalian menggelikan!" Cibir Hanbin yang tiba-tiba berdiri dan meninggalkan ruangan ini.
"Sepertinya dia datang bulan." Cibir Sinb yang membuat Jiso tertawa.
"Datang bulan?" Guman Yunhyeong yang nampak kebingungan.
"Sirkulasi seorang wanita untuk menjadi seksi." Celetuk June dengan wajah seriusnya dan kedua gadis itu hanya mampu tertawa mendengarnya.
Mereka inilah The Best 5 yang memiliki kemampuan menonjol dan cukup berpengaruh di sekolah mereka, bahkan menjadi idola para siswa-siswi. Satu hal lagi yang perlu kalian ketahui, mereka adalah generasi chaebol.
Apa tujuan mereka dengan berkumpul seperti ini?
Alasan pertamanya karena Sinb adalah sepupu Hanbin jadi mereka dekat sejak kecil, June juga teman Hanbin sejak kecil dan mereka dipertemukan lagi setelah perpisahan SD. Yunhyeong bergabung karena hubungan baik orang tuanya yang merupakan seorang Wali Kota dengan keluarga Hanbin, bahkan ia beberapa kali membantu Hanbin mengurusi dokumen-dokumen yang berhubungan dengan bisnisnya karena eomma Yunhyeong memiliki sebuah firma hukum yang besar. Jiso bergabung setelah duduk sebangku dengan Sinb semenjak kelas satu, selain itu Jiso memiliki karakter kuat yang luar biasa membuatnya dengan mudah menyesuaikan diri dengan yang lainnya karena sejujurnya untuk masuk di tengah-tengah mereka itu tidak mudah, terutama Sinb dan Hanbin bukanlah seseorang yang akan mudah mempercayai orang lain.
Alasan kedua adalah menjadi populer karena beberapa sebab itu tidak mudah. Kemana pun pergi pasti akan jadi bahan perbincangan. Didekati dengan maksud tertentu akan menjadi hal yang sering terjadi. Terganggu oleh beberapa pengagum yang terkadang berpola aneh. Untuk perasaan senasib dan sepenanggungan seperti ini lah mereka akhirnya menjadi dekat.
Alasan ketiga adalah karena latar belakang keluarga yang juga high class membuat mereka memiliki didikan dan pola pikir yang hampir mirip. Memudahkan mereka untuk mengerti satu sama lain.
---***---
Didalam kelas cukup riuh saat sosok Jiso datang bersama Sinb.
"Lihat lah penggemarmu." Bisik Sinb pada Jiso yang duduk disebelahnya. Mereka duduk sebangku.
Jiso memang yeoja yang cantik dan baik hati.
"Kau terlalu berlebihan." Sangkal Jiso yang memang terkenal rendah hati.
"Jiso...Ini untuk mu." Seorang namja menyodorkan sebuah kotak hadiah. Jiso dan Sinb saling melirik bingung.
"Untuk ku?" Tanya Jiso dan namja itu mengangguk.
"Kau ingin memberikannya untuk apa?" Celetuk Sinb yang segera bertindak karena melihat Jiso kebingungan dan terlihat enggan untuk menerimanya tapi tak sanggup untuk menolaknya. Ia hanya pandai menasehati Yunhyeong tapi sebenarnya kedua orang ini sama miripnya.
Aigo...Dia ingin menolaknya tapi tak sanggung untuk mengatakannya. Hebatnya dia menceramai Yunhyeong yang sepertinya sama dengannya.
"Emmm...Ini hanya hadiah biasa saja. Jadi terima ya!" Katanya yang segera meletakkan kotak hadiah itu dihadapan Jiso dan segera meninggalkannya begitu saja.
"Namja aneh! Jiso-ya, sepertinya kau harus segera memiliki kekasih. Kalau tidak? Akan semakin banyak namja aneh yang mendekatimu." Omel Sinb yang membuat Jiso tersenyum.
"Apa bedanya kalau aku punya atau tidak? Buktinya kalian meskipun sudah menjadi sepasang kekasih, Yunhyeong masih saja di kejar-kejar penggemarnya bukan? Kau juga sering kali merasa di ikuti beberapa namja kan? Mengajak bertanding Taekwondo dan jika kau kalah, kau harus bersedia menjadi kekasih mereka." Kata Jiso yang membuat Sinb mendesah.
"Ah, setiap kali mengingat itu...Aku merasa ingin membanting semua barang yang ada disini." Keluh Sinb yang membuat Jiso tertawa.
"Jaga emosimu! Ingat perkataan Yunhyeong, poinmu sedang sangat banyak." Nasehat Jiso yang membuat desahan Sinb semakin panjang.
"Menyebalkan sekali mengingat poin." Guman Sinb.
"Eh tapi aku serius untuk masalah kekasih itu. Kau harus mendapatkannya!" Sinb bersekukuh membuat Jiso terlihat kikuk.
"Sudahlah, aku tak ingin membahas itu." Tolak Jiso.
---***---
Hanbin sedang berada diruang osis, menunggu Yunhyeong yang sepertinya masih sibuk dengan urusan osisnya.
"Jadi apa yang kau inginkan?" Yunhyeong bertanya dengan masih memegang beberapa kertas. Yunhyeong cukup tau, jika Hanbin tiba-tiba datang ke ruang osis pasti ada sesuatu yang temannya ini butuhkan.
"Aku butuh beberapa gedung di Gangnam. Urus itu untuk ku." Pinta Hanbin.
"Kali ini untuk?" Tanya Yunhyeong.
"Untuk persewaan. Aku ingin membeli beberapa dan merenovasinya, untuk beberapa tokoh." Terang Hanbin yang membuat Yunhyeong mengangguk.
"Baiklah, aku akan segera mengurusnya." Kata Yunhyeong, namja ini biasanya setelah pulang sekolah akan pergi ke Firma hikum untuk membantu Eommanya. Karena kelak, Yunhyeong lah yang akan meneruskannya.
"Bagus! Aku akan memberikan dua tiket Big Bang jika kau berhasil mendapatkannya." Tawar Hanbin sambil menaik turun kan alisnya.
"Bigbang? Wae?" Yunhyeong tak mengerti kenapa Hanbin ingin memberikan tiket itu untuknya.
"Kau ini payah sekali. Sinb itu penggila BigBang, ia sudah berencana untuk melihatnya dan aku takut ia akan mengacau lagi ketika aku tak bersamanya." Ungkap Hanbin membuat Yunhyeong mulai mengerti.
"Baiklah, aku akan menerimanya." Kata Yunhyeong sepakat.
"Hoh, lagi pula akhir-akhir ini kalian sangat sibuk dengan urusan masing-masing. Sekali-kali kalian harus kencan, aku sangat lelah saat Sinb terus memaksa ku untuk menemaninya kesana-kemari." Keluh Hanbin yang membuat Yunhyeong tertawa.
"Ah mianhae dan gomawo. Aku akan mulai menata jadwal ku untuk bisa sering berkencan dengannya." Kata Yunhyeong.
"Hoh, kalau begitu aku pergi. Si tengik June pasti mencariku sekarang." Hanbin pun pergi meninggalkan ruang osis dan Yunhyeong mengiringinya dengan pandangannya.
Sementara June duduk ditaman memainkan handphonenya sampai seorang siswi tiba-tiba duduk disampingnya dan merampas handphone June.
"Yak!" Pekik June.
"Wae? Jadi kau tak mengangkat telpon ku karena bermain game? June, apa kau benar-benar mencintaiku?" Rengek gadis itu yang bahkan kini melingkarkan kedua tangannya dileher June.
"Jiyeon-ah, tentu saja aku mencintaimu." June seketika melumat bibir Jiyeon dan aksi panas mereka terhenti saat seseorang memanggil June.
"Oi tengik sialan!" Siapa lagi yang memanggil June dengan julukan itu kalau bukan Hanbin. Membuat keduanya kaget bukan main.
"Bedebah sialan kau!" Umpat June dan Hanbin pun tertawa.
"Wae?" Tanya June.
"Ku pikir kau mencariku?" Hanbin pun melemparkan pertanyaan membuat June menangkat satu alisnya.
"Ah dasar perjaka kesepian. Cari kekasih sana! Kenapa kau suka mengganggu ku!" Kesal June yang lagi-lagi membuat Hanbin terbahak, meninggalkan June dan Jiyeon yang masih berada dipangkuan June.
"Turun!" Perintah June.
"Wae? Kita belum menyelesaikannya." Tolak Jiyeon.
"Kau mau aku melucuti pakaianmu disini?" Godaan sekaligus ancaman dari June.
"Ah, kenapa disini? Kita bisa melakukannya di hotel milikmu." June pun tersenyum miring.
"Karena itu turun sekarang. Aku akan menghubungimu nanti." Janji June dan dengan terpaksa Jiyeon pun turun dari pangkuan June.
---***---
Sinb berjalan bersama Jiso menuju parkiran untuk pulang bersama, tapi tiba-tiba sebuah mobil Lamborgini urus warna merah menghalaunya.
Ciiit
Sinb dan Jiso kaget sampai-sampai Jiso memeluk Sinb.
Setan kecil sialan!
"Setan kecil! Apa kau buta!" Pekik Sinb kesal dan terbukalah kaca mobil itu. Nampak sosok namja putih berbibir tebal dengan mata sipit tersenyum cukup manis.
"Noona, ayo pulang dengan ku!" Rengeknya manja, Sinb hanya mampu berdesis dan Jiso terlihat gemas.
Aish, lihatlah tingkah kekanakannya itu dan dia adalah dongsaeng kesayangan ku.
"Pulanglah bersama Hyunjin dan aku seperti rencana awal, pulang bersama supir ku." Jiso menunjuk pada seorang Ajussi yang telah menunggunya.
"Baiklah, jaga dirimu." Kata Sinb yang memeluk Jiso dan meninggalkan gadis cantik itu untuk memasuki mobil milik Hyunjin.
Saat didalam mobil, Sinb memandang dongsaengnya ini dengan curiga.
Ada apa dengan anak ini sebenarnya?
"Kenapa tiba-tiba mengajak pulang bersama?" Selidik Sinb.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin pulang denganmu. Kita sudah lama tidak berkumpul bersama bukan?" Kata Hyunjin.
Ah, ternyata tidak ada yang penting.
"Kau saja yang terlalu sibuk dengan jadwal les mu." Benar, Hyunjin sangat super sibuk karena ia lah yang akan memimpin perusahaan keluarganya dimasa depan karena itulah Appanya begitu ketat terhadap Hyunjin.
"Appa akan membunuh ku jika aku membolos satu kali saja." Dan alasan Hyunjin ini memang benar adanya.
"Lalu kenapa sekarang kau membawa mobil sendiri? Kemana ajussi?" Hal ini lah yang ingin Sinb tanyakan semenjak tadi.
"Aku hanya ingin menyetir sendiri." Jawab Hyunjin santai.
Tidak biasanya ia berulah seperti ini. Kalau Appa sampai tau, tamatlah rwayat kita!
"Kau masih belum punya Sim dan apa ini? Jangan terlalu cepat!" Sinb memperingatkan Hyunjin.
"Duduk saja dengan tenang, jangan cerewet!" Balas Hyunjin yang membuat Sinb mendengus.
Aish, anak ini benar-benar!
"Pelan kan lajunya, sebentar lagi lampu merah." Lagi-lagi Sinb memperingatkan Hyunjin.
"Diam ku bilang!" Kesal Hyunjin dan ia pun semakin mempercepat laju mobilnya.
"HYUNJIN AWAS!" Pekik Sinb saat Hyunjin mencoba mempercepat laju mobilnya sebelum lampu merah.
JEENDDDAAARRR
Mobil mereka terpelanting akibat benturan dengan sebuah sedan warna hitam, berputar untuk sesaat sebelum akhirnya Sinb berhasil menguasai setir dan remnya.
Untung saja saat itu masih sepi tapi bagaimana pun mereka telah menabrak seseorang.
"Hyunjin..." Sinb segera mengelap darah di pelipis Hyunjin yang terbentur setir, ia tak mempedulikan dirinya yang bahkan lebih parah.
"Kau baik-baik saja?" Sinb mencoba memastikan keadaan dongsaengnya ini. Hyunjin mengangguk.
40 menit setelah kejadian. Mereka berdua sudah berada dirumah sakit. Hyunjin sudah mendapatkan perawatan dokter sementara Sinb mondar-mandir didepan kamar Hyunjin terlihat cemas, bahkan ia tak menghiraukan kepalanya yang juga berdarah.
Ottokae? Appa pasti akan membunuh kami!
"Sinb-ah..." Panggil seseorang yang tak lain adalah Eommanya datang bersama Appanya juga. Bahkan Hanbin juga datang.
"Kau baik-baik saja?" Ny. Hwang berusaha untuk mengecek keadaan putrinya ini.
Untung eomma tak marah!
"Bagaimana dengan Hyunjin?" Tanya Tn. Hwang dengan tatapan datarnya.
"Dia ada didalam. Ia baik-baik saja Appa." Jawab Sinb.
"Dibagian mana ia luka?" Kali ini Tn. Hwang meninggikan suaranya. Sinb mulai ketakutan.
Ottoake??? Appa marah! Kau akan mati Hwang Sinb!
"Ke-kepala Appa." Terlihat nafas Tn. Hwang memburu.
"Tuan..." Sosok pria paruh baya datang menghampiri Tn. Hwang.
"Sek. Park Kau sudah mengurusnya?" Tanya Tn. Hwang.
"Maafkan saya Tuan, sepertinya ini sangat sulit. Kakek yang Tuan Muda tabrak itu adalah keluarga dari senator Cha." Ungkap Sek. Park membuat Ny. Hwang shock dan amarah Tn. Hwang semakin memuncak.
Mwo? Senator? Ottokae?
Pria paruh bayah ini pun segera menghampiri Sinb.
PLAK
Wae? Kenapa tiba-tiba menamparku?
"Yeobo!" Pekik Ny. Hwang saat suaminya ini menampar Sinb.
"Kenapa paman menamparnya?" Hanbin yang semenjak tadi diam, kini angkat bicara.
"DIAM! Ini semua karena anak liar ini, kenapa kau biarkan donsaengmu menyetir sendiri?" Bentak Tn. Hwang dan Sinb hanya menangis dalam diam sembari memegangi pipinya yang terasa sakit, tapi hatinya sepertinya lebih sakit.
Anak liar? Benar kan, aku yang selalu salah!
"Mianhae Appa, aku tidak tau kalau Hyunjin membawa mobil sendiri." Bela Sinb.
"Kau tau masalah besar apa yang telah kau ciptakan? Dari awal seharusnya kami tidak harus membesarkanmu!"
Apa maksud dari perkaraan membesarkan?
"Apa yang kau katakan yeobo!" Sahut Ny. Hwang yang terlihat panik.
"Apa maksud Appa?" Tanya Sinb.
"Tidak! Bukan apa-apa, Hanbin bawa Sinb pulang. Biarkan eomma yang menjaga Hyunjin." Ny. Hwang berusaha untuk menarik tangan putrinya tapi Tn. Hwang menghentikannya.
"Dengar, selama ini aku sudah cukup menahan saat anak ini terus mengacau tapi kali ini aku sudah tak tahan lagi. Kau pilih ingin terus membesarkan anak tak jelas asal usulnya ini atau memilih kami?"
Deg
Anak tak jelas asal usulnya? Maskudnya? Aku bukan anak mereka? Wae?
"A-apa yang berusaha Appa katakan?" Sinb bertanya.
"Wae? Kenapa kau mengatakan hal tak masuk akal seperti itu?" Ny. Hwang seketika menangis.
"Tidak masuk akal katamu? Kau yang tidak masuk akal! Dari awal aku tak menginginkannya tapi kau terus memaksaku. Kali ini harus memilih dan aku tidak akan menundanya lagi, pilih kami atau dia!" Lagi Tn. Hwang mengatakan itu membuat Ny. Hwang menunduk lemas.
Wae? Jadi ini benar? Kenapa eomma diam?
"Eomma..." Lirih Sinb yang memanggil Eommanya tapi wanita itu hanya diam, masih merunduk.
Eomma....eomma...eomma...Benarkan aku bukan anakmu?
"Sinb, ayo pergi!" Hanbin tiba-tiba menarik Sinb.
"Biarkan dia! Sek. Park yang akan mengurusnya." Ucap Tn. Hwang.
"Wae? Dia sepupu ku paman. Kami sudah bersama semenjak kecil." Kukuh Hanbin.
"Lepaskan dia Hanbin!" Suara itu adalah suara Eommanya.
Bahkan bibi Kim juga?
"Eomma..." Hanbin menole dan mendapati eommanya menggeleng.
"Wae?" Tanya Hanbin yang tak mengerti.
"Kalau kau terus keras kepala seperti itu. Appamu akan mengambil alih semua bisnismu." Ungkap Ny. Kim penuh khawatir.
Wae? Apa aku seburuk itu hingga semua orang ingin menyingkirkan aku?
"Wae? Kenapa kalian sejahat ini?" Teriak Hanbin dan Sinb hanya bisa menangis dalam diam.
"Aku hanya menyuruh sekertaris Park untuk mengurus sekolahnya diluar negeri. Jadi bagaimana bisa kau berfikir paman sejahat itu?" Kata Tn. Hwang yang membuat Hanbin menatapnya tak percaya.
Begitu kah? Kalian hanya ingin membuang ku tapi aku juga tidak bisa menolaknya karena aku bukan siapa-siapa!
"Sek. Park...Bawa ia sekarang!" Pinta Tn. Hwang.
"Baik Tuan." Kata Sek. Park membungkuk.
"Ayo nona." Sek. Park pun merangkul Sinb dan membawanya.
"Sinb!" Hanbin memanggilnya tapi Sinb tak menoleh. Ia terus mengikuti intruksi Sek. Park.
Mereka orang yang ku kenal semenjak kecil adalah orang asing, bukan! Akulah orang asing disini.
Bodohnya aku selalu merasa bangga menjadi bagian dari keluarga ini, menyombongkan diriku dengan mengatakan bahwa aku adalah putri dikeluarga ini, darah ku kental dengan keluarga ini tapi kenyataannya?
Aku bukan siapa-siapa! Janya orang asing...orang asing!
Saat didalam mobil, Sinb masih tetap bungkam. Ia terlihat sangat shock dengan kehidupannya yang tiba-tiba berubah dalam sehari.
"Nona...Kita akan ke rumah untuk mengambil baju-baju anda." Kata Sek. Park dan Sinb masih diam tak menjawabnya.
Aku tidak ingin pergi tapi aku tidak bisa tinggal.
Mobil pun berjalan dengan kecepatan sedang menuju rumah Sinb yang begitu megah.
"Tolong suruh ajumma untuk mengemasnya, aku akan menunggu disini." Kata Sinb dan Sek. Park.
Apa yang harus ku lakukan?
Park pun mengangguk. "Baik nona."
Sinb pun melihat layar notifikasi dalam handphonenya. Ia menangis saat membaca pesan dari Yunhyeong.
Yunhyeong...Ia mengkhawatirkanku.
Akhirnya ia pun memutuskan untuk menelepon kekasihnya itu.
"Yeoboseob"
"Kata Hanbin kau kecelakaan? Aku sebenarnya akan kesana tapi eomma tiba-tiba melarangku. Aku tidak tau kenapa? Kau benar-benar baik-baik saja kan?"
Sinb terdiam tak mampu mengatakan apapun kecuali tangisnya.
Kurasa keluarga Yunhyeong sudah tau tentang ini. Eommanya adalah pengacara keluarga ini dan pasti ia tau, karena itu melarang Yunhyeong untuk datang.
"Bagaimana jika aku bukan siapa-siapa?" Tanya Sinb masih berusaha menahan tangisnya meskipun suaranya cukup serak.
"Hah? Kau mulai mengatakan hal-hal yang aneh lagi."
"Tidak Yunhyeong, kenyataan aku bukanlah siapa-siapa itu benar. Aku hanya angkat keluarga ini dan mereka mengusirku sekarang." Terang Sinb.
"MWO? Kau bercanda kan?"
Sinb masih diam.
"Hwang, ayolah ini sama sekali tidak lucu. Eommamu begitu menyayangimu, bagaimana bisa kau berkata seperti ini? Kau dimana? Aku akan menemuimu sekarang."
Sinb mendesah.
"Tidak perlu, karena eomma mu sepertinya tak ingin kita bertemu. Selamat tinggal Yunhyeong, maafkan aku."
Tutt
Aku tau bahwa kenyataannya kita tidak akan bisa bersama, jadi sebelum ini menjadi terlalu jauh. Aku mengakhirinya, membiarkanmu untuk tak terlibat urusan ku lagi adalah pilihan bijak yang terbaik untukmu.
Sinb menutup telponnya dan menangis tersedu-sedu. Sek. Park yang semenjak tadi berdiri hanya mampu memandang iba nona yang semenjak kecil ia rawat ini.
"Sek. Park, ayo pergi." Pinta Sinb.
"Maafkan saya Noona." Lirih Sek. Park dan Sinb pun mengangguk.
Mobil mereka pun melaju dan sepertinya menuju bandara.
Apa yang harus ku lakukan sekarang? Semuanya sangat mendadak dan aku tidak punya jalan keluar apapun. Tapi aku benar-benar tak ingin meninggalkan negara ini.
Haruskah aku ke hotel? Terlalu mahal...Motel? Tapi nanti mereka mengira aku bukan gadis baik-baik.
Molla! Yang penting aku tidak keluar negeri.
Stasiun, lebih baik kesana dulu. Mungkin setelah sampai disana aku akan mendapatkan pikiran ku kembali.
"Bisakah kau membantu ku?" Tiba-tiba Sinb melontarkan pertanyaan.
"Apa itu nona?" Sek. Park penasaran.
"Turunkan aku di stasiun." Mohon Sinb.
"Tapi nona. Tuan akan memarahi saya." Ucapnya.
"Aku berjanji kepadamu bahwa orang lain tidak akan tau tentang ini. Dan aku bersumpah kepadamu, aku tidak akan pernah kembali sampai mati." Kata Sinb serius.
Ya...Kalau bisa aku memang tidak akan kembali kemari!
"Nona..." Mata Sek. Park berkaca-kaca.
"Jebal! Hanya ini yang ku inginkan sekarang." Mohon Sinb sambil menangis.
Jebal! Hanya ini yang ku inginkan.
"Nona..." Sek. Park pun menangis.
"Jebal!" Sinb masih terus memohon.
"Baiklah." Akhirnya Sek. Park menyetujuinya.
Beberapa jam kemudian mereka telah sampai di stasiun.
"Pergilah dan rahasia ini milik kita berdua." Kata Sinb.
"Maafkan saya nona." Lagi-lagi Sek. Park mengatakan itu dan Sinb hanya mampu mengangguk.
Sek. Park pun pergi dan Sinb segera memeriksa handphonenya.
Dimulai dari handphone ini. Aku akan membuang kartunya dan memutuskan semua hubungan yang berhubungan dengan mereka.
Selamat tinggal semua, meskipun ini seperti cekikakan yang akan membunuh ku berlahan. Aku akan berjuang sampai aku tak memiliki alasan untuk hidup lagi.
-Tbc-
Setelah lama nggak nulis panjang...masyaAllah ini panjangnya sampai bikin pusing 😂
Vote × Komen
😉Yayayaya😉
T H A N K S
🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top