Author's fav. fiction - #2

Prompt : Malam semakin larut, tapi tidak ada yang larut diantara kita.
Genre : Dark Romance, slight NSFW

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Changes

Aku tidak mengerti, kenapa semakin hari berlalu, rasa dalam hatinya belum juga tumbuh untukku?

Aku mengaguminya, dia adalah seseorang yang spesial untukku. Meskipun kadang, sisi polosnya selalu membuatku menepuk kening karena heran. Orang sepertinya terlalu murni untuk dunia yang sudah kotor ini.

Bagaimana dengan sifatnya yang selalu berpikiran positif, keramahan yang membuat hatiku berdebar, wajah cantiknya yang begitu menyejukan dipandang mata, pokoknya ialah pemilik definisi sempurna.

Kadang, aku takut. Aku takut bila suatu hari nanti ia berubah. Maksudku, orang-orang selalu mengatakan, 'Seiring berjalannya waktu, maka orang pun juga akan ikut berubah.'

Itu adalah suatu kalimat yang klasik, pernyataan tentang masa depan yang faktual. Waktu memang bisa mengubah segalanya. Siang menjadi malam, benih menjadi matang, bagus menjadi rusak, bahkan mungkin dengan sebuah perasaan yang bisa berubah semakin waktu terus berjalan tanpa henti.

"Kak Nessa, aku menyukaimu jadilah pacarku!"

"A-ah, anu ... Maaf, aku tidak bisa."

Pernah aku dengar seseorang menyatakan perasaan padanya, tapi ia menolaknya. Aku kira, hanya satu-dua orang yang berani mengungkapkan perasaan mereka pada Nessa, ternyata lebih dari itu. Aku pikir, awalnya aku tidak keberatan, karena hubungan kami pun hanya teman, aku rasa aku tidak berhak menyentuh privasinya yang berkaitan dengan konteks hubungan romansa.

Tapi, semakin kesini, aku sadar bahwa status 'teman' itu mulai menganggu pikiranku. Nessa adalah seorang yang lemah, harus dilindungi. Kemurnian yang ada dalam dirinya adalah sesuatu yang langka, bila ia ternoda dengan setitik keburukan, aku khawatir itu akan mengubah keseluruhan dirinya.

Tapi, kami hanya 'teman'.

Ah, tapi bukankah 'teman' juga menjaga 'teman'nya yang lain?

Ya, tapi seorang teman belum tentu mendengarkan ucapan temannya meski di depan ia menyetujui hal itu. Seorang teman tak memiliki kuasa atas apa yang harus atau tidak boleh dilakukan seorang yang lainnya, harus sadar posisi. Dan aku, aku rasa aku tidak bisa menjaga Nessa kalau aku hanya menjadi seorang yang sebatas temannya.

Oleh karena itu, aku melakukan ini.

Pintu dibuka, sebuah ruangan gelap tampak suram di hadapan. Jemariku meraba dinding, menemukan sebuah tombol dan segera menekannya. Lampu di tengan ruangan menyala remang. Ah, lihat itu.

Nessa, cantik.

"Ray ...."

Namaku dipanggil! Astaga, namaku! Dengan suaranya yang parau begitu, dia memanggil namaku susah payah. Aku merasa tersanjung. Langsung saja aku mengayunkan kaki dan memasuki ruangan lebih dalam, menghampirinya yang tengah terikat di kursi kayu.

Katanya, semakin waktu berjalan, sesuatu bisa berubah.

"Nessa, kamu cantik juga malam ini." Tanganku terulur, rambutnya yang jatuh sengaja aku selipkan ke belakang telinganya. Lihat, dia lebih cantik kalau begini. Aku semakin jatuh cinta padanya.

Tapi, apa-apaan itu?

Wajah tertekuk dengan ekspresi layu dan aura menyedihkan, kenapa Nessa jadi seperti ini di hadapanku? Tidakkah ia melihat bahwa aku telah dengan baik hati selalu menjaganya, memberinya kasih dan cumbu, bahkan telah sepenuhnya memberi hatiku padanya.

Kenapa ia berekspresi seperti itu?!

"Ray, lepaskan aku."

Senyuman di wajahku luntur, "apa maksudmu, Nessa? Aku melindungimu di sini."

"Ray, kau gila!"

Nessa, berteriak. Kali ini, pupil matanya mengecil, aura suram menguar di sekitar, lucunya pundak dan tangan gadis itu gemetar hebat seperti kelinci kecil yang ketakutan. Ah, aku tahu, ia pasti tidak bermaksud berkata seperti itu, 'kan?

Aku merendahkan badan, lantas menumpu tubuh dengan salah satu lutut di hadapannya. "Aku mencintaimu, Nessa."

Pundaknya semakin gemetar, bahkan kini aku mendengar isakan kecil dari bibir mungilnya. Kenapa ia selalu menangis, kenapa kini ia berubah? Apakah ini karena sang waktu?

"Aku mencintaimu, Nessa."

Sekarang, tanganku terulur menyentuh dagunya, memaksa gadis itu mengunci pandangan padaku seorang. Kedua mata bersitatap, dan entah mengapa aku tidak menyukai bagaimana Nessa menatapku sekarang.

"Nessa juga mencintaiku, 'kan?"

Gadis berambut brunette itu justru terdiam, ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, aku takut dia bisa saja mengeluarkan darah karena hal tersebut.

Ah, ataukah memang gadis ini hanya tidak mau berkata jujur?

Aku mengikis jarak yang ada, menikmati bagaimana deru napas hangatnya begitu menggebu membelai kulit wajahku. Yang aku takutkan memabg terjadi, dirinya telah berubah. Kemurnian yang ada dalam jiwanya perlahan menghilang, kini ia hanyalah seorang gadis kotor.

Gadis kotor yang masih aku cintai.

Aku tidak mengerti.

Katanya, waktu bisa mengubah segalanya, termasuk perasaan.

Tapi mengapa, semakin waktu berjalan, semakin larut malam tiba, masih tidak ada yang larut diantara kita?

Nessa, apa lagi yang harus aku lakukan agar kamu bisa percaya dengan rasa ini?  Malam masih panjang, akan kugunakan waktu yang ada untuk membuatmu merasakan jatuh cinta padaku.

Bila sampai esok kau masih tidak merasakan hal yang sama, maka aku akan melakukan ini untuk esok malamnya lagi.

Dan esok malamnya lagi.

Lalu malam berikutnya.

Dan malam berikutnya lagi.

Lalu malam setelahnya.

Setiap malam, sampai akhirnya perasaan kita larut dalam obsesi yang sama. Cinta, dengan satu sama lain.

Ah, Nessa, aku mencintaimu.

[END OF ARCHIVE - #2]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top