7. Konstanta dan Cinta
"Adek, dimana? Kok, belum pulang? Udah magrib ini."
Suara seorang wanita mengomel di handsfree Rhys. Dengan santai Rhys meminum macchiato seraya memerhatikan sang Kakak yang sedang berkutat dengan tugas-tugas kuliah. Sesekali Rhys melirik ke arah Lingga yang sudah beberapa kali tertangkap mata sedang memandang Re dalam diam.
"Rhys di coffee shop, Bu. Kayaknya Rhys pulang malam," cerita Rhys yang sedang membaca pesan singkat Nara.
"Abang, kalau mau salat ada musala kecil di belakang," tulis Nara di pesan singkat.
Rhys menjawab pesan Nara seraya tersenyum bahagia, "Iya, Sayang."
"Sama Kancil?" tanya Ibunda Rhys lagi.
"Enggak, Bu. Kakak udah pulang?" jawab Rhys yang sedang menunggu balasan Nara.
"Belum, katanya pulang malam. Kalau nggak sama anak-anak Kancil, terus sama siapa? Habis latihan basket?"
"Ini hari Senin, Ibu. Nggak ada latihan basket. Rhys lagi ngawasin Kakak. Cowok Kakak baru lagi, Bu."
"Apa?! Katanya nggak mau pacaran dulu, mau selesain skripsi. Adek ketemu sama Kakak?"
"Huum. Tapi kakak nggak lihat Rhys, Bu."
"Cowoknya gimana? Ganteng nggak? Teman kuliahnya lagi?"
"Ih, Ibu. Mulai, nih, julidnya. Rhys mau salat magrib dulu, Bu."
"Jangan lupa difoto cowoknya. Jam 9 harus sudah sampai di rumah. Dengar?"
"Iya, Ibu. Assalamu'alaikum, Ibu Sayang."
"Heh! Ibu yang telepon kamu tadi. Assalamu'alaikum. Hati-hati pulangnya!"
"Eung. Wa'alaikumsalam."
Seusai adzan berkumandang, home band 'The Coffee Story' memainkan musiknya. Disusul dengan kehadiran Nara dan Lingga di belakangnya. Nara tampak semakin cantik ketika rambutnya ditata dengan rapi, meski masih mengenakan baju yang sama--Seragam sekolah yang telah ditutupi oleh sweater berwarna cokelat. Di tangan kiri Nara terdapat mik berwarna ungu, dan juga ada in ear monitor di kedua telinganya.
"Annyeonghaseyo. Selamat malam semua," sapa Nara lembut dengan bahasa dan dialek campurannya.
Nara melanjutkan, "Sambil menunggu Kak Renita datang, aku dan Lingga Oppa akan menyanyikan beberapa lagu malam ini. Semoga bisa menghibur, dan selamat menikmati."
"Adore U, Seventeen," kata Lingga sambil melihat ke arah Re yang sedang memandangnya.
Rhys terkejut, begitu pula dengan Re di tempat duduk mereka masing-masing. Re segera menghentikan kegiatannya saat mendengar intro musik yang telah dihapal di luar kepala. Sementara Rhys terlihat terpana bercampur kaget karena melihat penampilan Nara yang sedang mengguncang panggung kecil di 'The Coffee Story' bersama dengan Lingga. Nara terlihat begitu lepas mengekspresikan dirinya dengan bebas. Bernyanyi dan menari-nari kecil mengikuti irama lagu. Seperti bukan Nara yang telah menjadi kekasih Rhys beberapa jam lalu.
"Uh-huh, you know what?" Nara mulai bernyanyi, dan langsung disambung oleh suara rap dari Lingga dan backing vokal dari gitaris serta basis.
Rhys menegakkan badannya setelah memakai kacamata. Ia ingin bisa melihat Nara dengan lebih jelas. Kedua matanya semakin fokus memerhatikan Nara yang bergerak dengan lincah mengiringi irama musik.
Nara seperti memiliki dua kepribadian. Di atas panggung, Nara menikmati alunan lagu berbahasa Korea bercampur bahasa Inggris dengan penuh semangat. Meski ia jarang melihat ke arah penonton. Ia lebih sering berinteraksi dengan Lingga dan sang gitaris yang berada di sampingnya. Sementara di luar panggung, Nara terkenal pendiam dan sulit berinteraksi.
Nara menatap Rhys dengan lekat sebelum melanjutkan lirik dari Lingga, "Baby, you are my angel...," nyanyi Nara dengan nada tingginya.
"Daebak!!" seru Re tidak percaya.
Pun dengan Rhys. Ia benar-benar tidak bisa berkata-kata melihat penampilan Nara barusan. Suara tepuk tangan yang menggema segera menyadarkan Rhys dari keterpukauannya pada sang kekasih. Rhys melihat sekitar. Suasana 'The Coffee Story' ternyata sudah penuh dan ramai. Semua terlihat bergembira karena duet maut Nara dan Lingga.
♡♡♡
Re kembali bersemangat mengumpulkan beberapa judul skripsi yang akan diajukan kembali esok hari. Ia mencoba mengikuti saran Lingga. Berharap ide dari Lingga akan membuahkan hasil nantinya. Re merasa mendapat harapan dan semangat baru setelah mendengarkan lagu dari idol grup kesayangannya yang telah dibawakan oleh Lingga dan band dengan begitu apik.
"Permisi. Iced Caramel macchiato extra shot and garlic chesee bread," tutur Lingga mengantarkan pesanan Re kembali.
Re tersenyum menyambut, "Thank you."
"Jadi, apa sudah ada alasan untuk datang lagi ke sini?" goda Lingga setelah duduk di hadapan Re. "Kamu sudah dua kali memesan makanan dan minuman. Itu artinya, kamu betah di sini."
"I guess so," jawab Re singkat seraya memandang perempuan cantik yang sedang berjalan melewatinya--Nara.
"Saya tunggu kedatangan kamu lagi ke sini," kata Lingga dengan seulas senyum manisnya.
"Huum. Yang nyanyi sama kamu tadi itu siapa?" tanya Re ingin tahu.
"Namanya Nara. Kenapa?"
"Bahasa Korea kalian bagus."
"Nara mix blood Korea-Indo."
"Ah. Kamu juga?"
"Apa kamu mulai penasaran dengan saya?"
Re terperanjat mendengar perkataan Lingga. Kemudian ia tertawa keras karena kata-kata Lingga. Tawanya terdengar renyah di kedua telinga Lingga. Menertawakan Lingga yang sepertinya bisa menebak isi otak Re dengan baik. Sesekali Re kembali memerhatikan lelaki yang sedang mengobrol bersama Nara.
"Aku cuma ingin tahu. Jarang sekali ada cowok yang bernyanyi lagu K-Pop," tutur Re santai. "Siapa yang duduk bersama Nara? Nggak asing."
Lingga menoleh ke arah tempat duduk Nara dan Rhys. "Itu pacar Nara. Kamu kenal sama Dia? Atau Dia itu gebetan kamu?"
"Gebetan?" Re tertawa setelahnya. "Walaupun dia ganteng banget kayak bias ultimate-ku, aku nggak akan pernah pacarin dia."
"Kenapa? Anti pacaran dengan yang lebih muda?"
"Aku sama tu cowok tinggal seatap."
"Rhys itu adik kamu?"
"Jadi Nara itu pacarnya Rhys?"
"Iya. Syukurlah kalau Rhys itu adik kamu."
"Kenapa bersyukur?"
"Setidaknya kalau ada sesuatu sama Nara, saya nggak susah cari rumah pacarnya."
"Nara itu adik kamu?"
"Nara sudah seperti adikku sendiri. Kalau kamu masih mau mengobrol dengan saya, kamu boleh telepon saya nanti malam."
Lagi, Re kembali tertawa mendengar penuturan Lingga. Lingga bukan lelaki pertama yang mendekati Re dengan cara seperti itu. Tetapi Lingga adalah satu-satunya orang yang berhasil mendekati Re hanya dalam waktu beberapa jam saja. Biasanya para lelaki akan membutuhkan waktu beberapa hari hingga Re mau mengajaknya mengobrol. Re pun butuh waktu untuk melihat gerak-gerik lelaki yang mendekatinya. Pengecualian untuk Lingga.
"Aku nggak akan pernah menghubungi seseorang terlebih dahulu kalau belum ada status yang pasti," tegas Re seraya menatap kedua mata teduh Lingga. "Apalagi kita baru bertemu beberapa jam lalu. Itu pantangan."
"Oke. Saya akan memberikan status yang jelas buat kamu nanti. I've to go. See you soon," pamit Lingga sebelum kembali ke tempat kerjanya.
"Good luck. See you."
Lingga tersenyum sambil menolehkan kepalanya setelah mendengar kalimat penutup dari Re. Memandang Re sekilas sebelum kembali bekerja. Entah kenapa, Lingga merasa bahagia setiap kali mengobrol bersama Re. Re tidak hanya cantik, tetapi setiap kata yang terucap telah menggambarkan kepribadiannya yang tegas, pintar dan berani.
Re kembali memerhatikan adiknya yang sedang bergurau dengan Nara. Rhys tampak begitu sayang kepada Nara. Hal yang tidak pernah Re lihat selama ini. Apa yang Rhys lakukan mengingatkan Re pada sang ayah yang selalu memperlakukan ibunya dengan begitu manis dan penuh cinta. Hingga seulas senyum tersungging di wajah ayu Re begitu saja. Ia merasa iri dengan perlakuan Rhys pada Nara.
♡♡♡
"Pesananku Belum datang?" tanya Nara kala kembali ke meja tempat di mana Rhys berada.
"Sudah lapar?" tanya Rhys balik sambil memandang Nara. "Ini cake kamu belum dimakan."
Nara mengambil dark chocolate cake yang dipilihnya tadi, "Ani. Abang nggak makan lagi?"
"Masih kenyang."
Rhys memerhatikan Nara yang sedang menikmati cake dengan tenang. Pelan namun pasti, setiap suapan cake itu berhasil masuk ke mulut Nara dan mengunyahnya tanpa suara sedikit pun. Rhys mulai terbiasa dengan ketenangan Nara di dekatnya.
"Suara kamu bagus. Abang nggak menyangka kamu bisa menyanyi seperti itu." Rhys kembali memuji kekasihnya.
"Gomawo," ucap Nara malu sebelum menyuapkan cake ke mulutnya lagi.
"Tadi, kamu beda banget. Kayak bukan ceweknya Abang," aku Rhys.
"Maksudnya?" Nara tidak mengerti.
"Kamu lincah banget, dan selalu senyum di atas panggung. Kalau cewek Abang itu pemalu, dan susah senyum," terang Rhys.
Nara terdiam sejenak. Ia menatap Rhys dengan lekat. Terkejut akan apa yang dikatakan oleh Rhys. Hal yang juga pernah diungkapkan Lingga saat pertama kali melihat Nara bernyanyi.
"Abang nggak suka?" cemas Nara.
Rhys tersenyum sambil membenarkan rambut sebahu Nara yang sedikit berantakan, "Abang suka. Senang lihat kamu bahagia di atas panggung."
"Nggak malu?"
"Malu? Buat?"
"Karena aku nyanyi di cafe."
"So what? Kamu boleh melakukan apa pun yang ingin kamu lakukan. Yang penting, kamu bahagia. Abang senang lihat kamu tersenyum."
Kedua mata Nara memanas. Terharu akan perkataan Rhys yang memintanya untuk selalu bahagia. Sudut bibir mungil Nara tertarik ke atas perlahan. Menyunggingkan senyum hingga mengukir lesung pipi yang jarang terlihat.
"Cantik," puji Rhys lagi.
"Geumanhae," tutur Nara yang membuat Rhys bingung.
"Artinya?"
"Stop it."
"Ah. Neomu yeppeo...."
Nara memalingkan wajah karena Rhys mulai menggodanya. Rhys justru berkata jika Nara sangat cantik dengan bahasa Korea. Ia sudah tidak tahan digoda oleh Rhys. Diambilnya botol air minum di dalam tas, lantas meminum air tersebut untuk menenangkan diri. Setelah itu Nara mengecek smartphone-nya saat ada pesan yang baru saja masuk. Hingga helaan napas beratnya berembus.
"Ada apa? Mau pulang sekarang?" tanya Rhys setelah melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh malam lebih enam belas menit.
"Aku lupa ada PR Matematika. Besok harus dikumpulin sebelum jam tujuh," cerita Nara.
Rhys mengusap kepala Nara dengan penuh sayang, "Mana PR-nya? Abang bantu kerjain."
"Jinjja?"
"Artinya?"
"Beneran? Abang mau bantu ngerjain?"
"Iya, Sayang. Mana PR-nya?"
Nara mematung setelah mendengar kata sayang dari Rhys secara langsung. Bersamaan dengan debaran di dada diiringi detak jantungnya yang berdegup kencang. Ia menatap Rhys dengan lekat. Membuat Rhys juga ikut terdiam karena bingung. Hingga usapan lembut Rhys di kepala, menyadarkan Nara dari keterpakuannya.
"Kamu kenapa?" tanya Rhys ingin tahu.
"Aniyo." Nara langsung mengambil buku PR Matematikanya untuk menutupi rasa malu di hadapan Rhys.
"Persamaan Linear," baca Rhys setelah Nara membuka halaman buku paket matematika. "Kamu sudah tahu, apa itu Persamaan Linear?"
"Belum. Jadi, ini itu buat materi besok. Kata Miss Afgriz, biar kita belajar. Makanya dikasih PR," ungkap Nara.
"Oke. Persamaan Linear adalah sebuah persamaan aljabar yang tiap sukunya mengandung konstanta, atau perkalian konstanta dengan variabel tunggal," terang Rhys sambil mengingat-ingat pelajaran matematika terdahulu. "Dalam persamaan linear terdapat variabel, koefisien, dan konstanta."
"Jamkkanman," ucap Nara meminta Rhys menunggu sebentar. "Pelan-pelan."
Rhys tersenyum. Perlahan ia kembali mengulangi penjelasannya tentang Persamaan Linear. Mendikte Nara beberapa hal penting dari Persamaan Linear. Pengertian, ciri-ciri , dan jenis-jenisnya, disertai dengan contoh. Tidak lupa, Rhys meminta izin untuk memberi tanda pada buku paket Matematika Nara dengan stabilo berwarna kuning terang.
"Kenapa disebut Persamaan Linear?" tanya Nara serius.
Rhys mencoba menjelaskan dengan sabar, "Persamaan ini dikatakan linear, karena hubungan matematisnya digambarkan sebagai garis lurus dalam Sistem Koordinat Kartesius."
"Kamu tahu, apa itu variabel, koefisien, dan konstanta?" tanya Rhys mengecek seberapa jauh Nara memahami pengertian Persamaan Linear.
"Ani." Nara menggeleng.
Rhys memberi tanda pada kalimat yang akan baca Nara dengan stabilo, "Kamu bisa baca ini.
Menurut Splash Learn, variabel adalah simbol pengganti nilai numerik yang tidak diketahui dalam persamaan. Nilai dalam variabel tidak tetap dan dapat dirubah.
Koefisien adalah bilangan yang menyatakan jumlah suatu variabel, sehingga diletakkan di depan variabel.
Konstanta adalah bilangan atau angka yang nilainya tetap."
Kepala Nara mengangguk mengerti. Lagi, senyum Rhys tersungging memandang wajah Nara yang begitu menggemaskan. Dari mimik serius, lalu berganti ke raut muka bingung hingga berulang beberapa kali.
Tanpa Rhys sadari, Re memerhatikannya dari jauh. Re mati-matian menahan diri untuk tidak mengganggu kegiatan adiknya yang terlihat begitu menggelikan hati. Ia pun memutuskan untuk beranjak pergi setelah mendapat pesan jika jemputannya telah datang. Membawa pulang sisa minuman es caramel macchiato-nya setelah melirik ke arah Lingga yang tengah sibuk membuat pesanan kopi para pelanggan.
"Maksudnya konstanta ini, apa? Contohnya?" tanya Nara bingung sebelum mulai mengerjakan soal-soal hitungan dengan persamaan Linear.
"Konstanta adalah suatu bilangan tunggal yang nilainya tetap atau tidak berubah-ubah--Konstan," jelas Rhys perlahan.
Kemudian Rhys menuliskan sesuatu di kertas kosong yang diambil dari dalam tasnya. Nara memerhatikan tangan kiri Rhys yang begitu lincah menulis. Lalu memandang wajah Rhys yang tampak lebih serius dari biasanya.
"Contohnya, x + 2 = 5. Angka 2 dan 5 adalah konstanta. Karena bilangan tersebut tidak memiliki variabel di belakangnya," urai Rhys.
Rhys kembali memberi contoh, "Ini bentuk umum dari Persamaan Linear Satu Variabel. ax + b = 0. Mana konstantanya?"
"b," jawab Nara sambil melirik Rhys.
"Huum. a, koefisien. b, konstanta. x, variabel," jelas Rhys kembali. "Ada yang masih bingung?"
Nara menggeleng. Ia sudah mulai memahami pengertian Persamaan Linear. Ia pun telah siap mengerjakan soal-soal hitungan dari berbagai jenis persamaan linear.
"Tahu nggak persamaannya konstanta dan cinta kita?" tanya Rhys iseng.
Nara mengerutkan dahinya karena bingung, "Ani."
"Sama-sama bernilai tetap, dan tidak akan berubah selamanya," kata Rhys yang mampu membuat Nara tersenyum malu karenanya.
Tbc.
Sun, Jun.11.23
02.07.23
Terima kasih sudah hadir di sini.
Jangan lupa vote dan commentsnya, ya.
Tabik
🙏🏻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top