4. Aset Masa Depan
Lelaki muda berperawakan tinggi kurus itu mengembuskan napasnya dengan kasar seusai meminum air mineral. Ia sedang kebingungan mencari seseorang di Kampus Biru. Jari jemari tangannya menyisir rambut ke belakang setelah duduk di kursi taman kampus. Pandangannya mengedar. Memerhatikan orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Berharap ada seseorang yang bisa membantunya saat ini.
"Dewi Rengganis," eja lelaki muda bernama Lingga yang sedang mengetik di layar smartphone-nya.
Lingga mencoba mencari orang tersebut di mesin pencarian internet. Ia berkeyakinan jika sosok Dewi Rengganis merupakan tokoh terkenal di Kampus Biru. Satu informasi yang di dapat dari para mahasiswa, bahwa Dewi Rengganis adalah mahasiswi dari fakultas Seni Rupa dan Desain dengan Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV). Namun, hasil pencarian internet justru menampilkan tokoh Dewi Rengganis di cerita Legenda.
"Dewi Rengganis merupakan putri Raja Brawijaya. Ia sangat disayang, dan kemungkinan besar takhta kerajaan akan jatuh kepada sang dewi. Tetapi hal itu justru begitu dihindari. Hingga akhirnya keluarlah sebuah mandat membangun istana di atas Gunung Argopuro.
Di sanalah wanita cantik yang konon mempunyai kebiasaan gemar memakan berbagai jenis bunga dan rerumputan itu berkuasa dibantu para dayang-dayangnya. Lokasi pendirian istana itu kemudian dikenal sebagai Puncak Rengganis." Lingga membaca dalam hati beberapa informasi tentang Dewi Rengganis yang dipercaya menjadi penghuni di puncak Gunung Argopuro.
Ada beberapa hasil pencarian lain yang berada di urutan bawah. Lingga membaca nama Rengganis Ava Nataya atau dikenal dengan Dewi Rengganis di kalangan Esports Indonesia. Tampak sosok cantik jelita dalam profil Sang Dewi Rengganis Esports itu. Di sana tertulis jika Rengganis berstatus sebagai mahasiswi aktif di Universitas Pradita Nusantara, atau lebih dikenal dengan sebutan Kampus Biru.
"Dewi Rengganis Esports Indonesia, Brand Ambassador RAN Esports," ulang Lingga seraya menyunggingkan senyum saat men-download foto cantik Rengganis.
Dengan malas Lingga beranjak dari duduknya. Ia berjalan santai menuju gedung S. Gedung S merupakan tempat di mana Fakultas Seni Rupa dan Desain berada. Ada delapan gedung bertingkat dan satu auditorium yang berada di kawasan Kampus Biru. Bangunan besar, luas, dan berciri khas dibandingkan gedung-gedung lain yang hampir serupa gayanya adalah Gedung Rektorat. Sementara gedung terbesar kedua ialah Gedung E--gedung milik Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dan Lingga adalah salah satu penghuni di fakultas tersohor itu.
Langkah panjang Lingga melambat, kala melihat sosok cantik yang sedang dicarinya--Dewi Rengganis. Ia memerhatikan foto gadis yang berada di layar smartphone. Kemudian kembali memandang perempuan yang sedang berlari memasuki Gedung S dengan tergesa-gesa. Perempuan itu tampak tidak memedulikan penampilan rambut panjangnya yang tergerai berantakan karena terpaan angin saat berlari. Tanpa berpikir panjang, Lingga segara menyusulnya untuk menyelesaikan tugas dari senior gila di masa PEKKA 1, atau Pengenalan Kampus.
♡♡♡
"Kak Rengganis," teriak Lingga yang langsung menghentikan langkah Rengganis.
Semua mahasiswa yang berada di lantai 2 gedung S menoleh ke arah Rengganis dan Lingga. Mereka memerhatikan keduanya sambil berkasak-kusuk. Sementara Rengganis mencoba mengatur napas yang terputus-putus karena telah berlari dari tempat parkir mobil ke gedung fakultasnya. Ia memandang lelaki muda di hadapannya dengan lekat. Pemuda yang sudah membuatnya membuang waktu berharga walau beberapa detik.
"Maaf, Kak. Boleh minta waktunya sebentar?" tanya Lingga sopan.
"Sorry. Aku lagi nggak punya waktu sekarang," jawab Rengganis sebelum melewati Lingga untuk segera masuk ke ruang dosen.
Lingga berlari kecil, kemudian menghalangi langkah Rengganis. Ia kembali berdiri di hadapan Rengganis dengan berani. Hingga membuat semua orang di sekitar semakin tertarik untuk melihat interaksi sang mahasiswa baru dengan Rengganis yang memiliki predikat 'Dewi Buaya' di Kampus Biru, selain terkenal sebagai 'Dewi Rengganis' di dunia game.
"Minggir!" perintah Rengganis. "Aku sibuk."
"Saya cuma mau mengantarkan titipan dari Kak Andre," terang Lingga yang sudah mendapat pelototan dari Rengganis.
"Kalau sampai hari ini aku nggak dapat judul skripsi, kamu harus tanggung jawab!" ancam Rengganis sebelum menggeser tubuh tinggi Lingga dan langsung berlari memasuki ruang dosen.
Lingga mengembuskan napas lelahnya dengan perlahan. Ia segera berbalik. Memandang Rengganis yang sudah menghilang dari balik pintu ruang dosen. Ia berjalan lemas ke arah ruangan dosen mengikuti kemana perginya Rengganis. Berdiri di samping pintu, sembari menatap balik orang-orang yang sedang memandangnya dengan keheranan.
"Mahasiswa baru?" tanya salah satu teman dekat Rengganis--Putri.
"Huum," jawab Lingga asal.
"Bersiap. Kalau sampai Re nggak dapat acc judul skripsi lagi, lu bakalan disemprot sama dia," peringat Putri.
Lingga menatap Putri yang berdiri di depannya setelah melihat keberadaan Rengganis di dalam ruang dosen. "Memangnya sudah berapa kali judul skripsi Kak Rengganis ditolak?"
"Udah males buat dihitung. Puluhan judul skripsi Re sudah ditolak sama Kaprodi dari dua bulan lalu," cerita Putri. "Mau ngapain cari Re?"
Tiba-tiba pintu ruang dosen terbuka lebar. Menampilkan raut masam Rengganis. Putri langsung memeluk Rengganis untuk menenangkan sang sahabat.
"Ayo ke perpus. Gue bantu cariin judul skripsi lagi," ujar Putri yang hanya dibalas embusan napas kasar dari Rengganis.
"Aku masih punya stok judul skripsi," sahut Rengganis sembari berjalan menjauhi ruang dosen.
"Beli skripsi?" bisik Putri lirih.
"Bangke! Rhys bantuin cari judul kemarin."
"Duh. Kangen banget gue sama adek Lu yang paling ganteng...."
"Dih, pedofil."
"Heh! Gue sama Rhys jaraknya cuma lima tahun. Normal itu."
"Tapi kamu lebih tua dari Rhys."
"Yang tua lebih berpengalaman."
"Emang Rhys mau sama kamu?"
"Lambemu, Re!"
Lingga kembali menghalangi langkah Rengganis yang sedang berjalan santai bersama Putri. Rengganis menatap kesal pada Lingga. Ia teringat lelaki muda itu yang sempat menghalanginya tadi.
"Ini buat Kak Rengganis dari Kak Andre," ucap Lingga sambil memberikan setangkai bunga mawar merah beserta amplop kecil di tangkainya.
"Andre jurusan Teknik Sipil?" tebak Putri, dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Lingga.
"Mahasiswa baru?" tanya Rengganis yang biasa dipanggil Re.
"Iya, Kak." Lingga menjawab asal karena ingin segera pergi dari hadapan Re, "Tolong diterima."
"Kamu dari jurusan mana?" interogasi Re.
"Jurusan Manajemen," jawab Lingga.
"Siapa Kakak pendamping kamu?" tanya Re lagi.
"Kak Ankara, dan Kak Dara."
"Apa yang sudah kamu lakukan sampai dihukum seperti ini?"
"Saya terlambat masuk ke kelas."
"Siapa yang menyuruh kamu?"
"Namanya tertulis di amplop ini."
Rengganis melangkah maju mendekati Lingga. Menghilangkan jarak di antara mereka, seraya menatap tajam Lingga tanpa berkedip. Mengintimidasi Lingga agar tidak berkutik akan ulahnya. Sementara itu Lingga hanya terdiam. Ia mematung karena terkejut atas tindakan Rengganis yang sudah membuat jantungnya berdegup lebih cepat.
"Siapa yang menyuruh kamu?!" ulang Rengganis tegas.
"Namanya sudah tertulis di amplop ini. Silakan Kakak baca," jawab Lingga setelah menghindari tatapan mengintimidasi Rengganis.
"Oke. Kalau kamu nggak mau jawab. Aku akan terima bunga ini, tapi sebelumnya berikan ponsel kamu sekarang," pinta Rengganis tidak ingin dibantah.
"Maaf, Kak. Tapi buat apa?"
"Ya, udah. Kembalikan bunga itu sama orang yang memerintahkan kamu."
Rengganis mundur selangkah. Membuat jarak sejengkal sebelum beranjak pergi. Lagi, Lingga memblokir jalan Rengganis dengan sengaja. Kemudian memberikan smartphone-nya pada gadis yang ternyata sulit untuk ditaklukkan. Lingga sudah tidak tahan menjadi tontonan semua orang. Ia sudah ingin mengakhiri kegiatannya hari ini, dan pergi tidur untuk mengembalikan energi yang telah habis selama di kampus.
Rengganis menerima smartphone itu. Kemudian jari jemari lentiknya begitu lihai bermain di layar ponsel Lingga. Ia menelepon dirinya sendiri. Kemudian memasukkan nomor telepon Lingga agar bisa dilacak keberadaannya dengan mudah. Setelahnya ia memasukkan smartphone Lingga di saku baju putih pemuda itu, lalu menepuk dadanya perlahan. Terakhir ia menunjukkan gambar peta yang berada di layar smartphone-nya kepada Lingga. Membuat Lingga menatapnya dengan lekat tanpa bisa berkata-kata.
"Kamu bisa kembali ke orang yang menyuruhmu sekarang," kata Rengganis setelah mengambil setangkai mawar dari tangan Lingga. "Jangan pernah mengutak-atik ponsel itu, sampai tugas kamu selesai. Sampaikan pada dia, kalau aku akan menunggunya di aula gedung M."
Lingga tidak memberikan reaksi apa pun atas apa yang telah dilakukan Rengganis. Ia hanya memandang Rengganis dalam diam. Kemudian beranjak pergi tanpa sepatah kata apa pun. Meninggalkan Rengganis yang merasa aneh dengan tingkahnya, dan membuat penasaran semua orang yang melihat.
♡♡♡
"Gimana? Apa kata Rengganis?"
"Lu beneran ketemu Rengganis nggak?"
"Jangan-jangan salah orang ni bocah."
"Ketemu Rengganis di mana?"
"Saya cari Kak Rengganis di gedung S. Rengganis Ava Nataya, semester 7 jurusan DKV. Dewi Rengganis adalah nama panggungnya di dunia Esports."
"Good. Rengganis bilang apa?"
"Kak Ankara ditunggu di aula gedung M sekarang."
"Serius?!"
"Wah! Lu nyebutin nama gue?!"
"Tidak. Sesuai perintah, saya hanya menyebutkan nama Kak Andre."
"Lu boleh pergi sekarang."
Suara-suara gaduh itu didengar Rengganis dari handsfree. Ia juga telah merekamnya. Tidak hanya merekam dari smartphone-nya sendiri tapi juga melalui ponsel Lingga.
"Bangke semua!" gumam Rengganis marah.
Rengganis memasuki gedung M, atau Gedung Mahasiswa. Bangunan ini merupakan tempat dimana semua unit kegiatan mahasiswa berlangsung. Hanya yang berkepentingan yang bisa memasuki lantai teratas--Tempat bekerja BEM U dan Senat Mahasiswa (SEMA). Ia melihat Ketua SEMA dan Presiden BEM U beserta para anggotanya sudah berkumpul ketika memasuki aula. Pandangannya mengedar mencari keberadaan Andre dan Ankara sebelum bergabung di samping Ketua SEMA.
Senat Mahasiswa (SEMA) merupakan organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang legislatif, terdiri dari berbagai perwakilan mahasiswa dari setiap fakultas. SEMA memiliki tugas untuk menjembatani antara mahasiswa dengan pihak rektorat dalam hal penyampaian aspirasi mahasiswa. Meskipun sama-sama di tingkat universitas, namun SEMA memiliki peranan yang berbeda dengan BEM. BEM berperan sebagai eksekutif atau pelaksana, sementara SEMA berperan sebagai lembaga legislatif yang memiliki fungsi pengawasan, anggaran, dan legislasi.
"Ada apa kamu mengumpulkan kita semua di sini?" tanya Sang Ketua SEMA (Senat Mahasiswa)--Ali.
Rengganis menundukkan kepalanya, "Mohon izin untuk berbicara, Ketua. Ada pelanggaran di PEKKA hari ini," terang Rengganis menahan amarah, dan dibalas anggukan kepala dari Ali.
Pernyataan Rengganis membuat semua orang yang hadir di aula saling memandang satu sama lain. Rengganis saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jendral di Senat Mahasiswa. Sebelumnya ia pernah berada di posisi Wakil Presiden BEM F di fakultas Seni Rupa dan Desain. Rengganis tidak hanya dikenal sebagai salah satu mahasiswi tercantik di kampus. Ia juga merupakan mahasiswi berprestasi. Ia begitu populer karena selalu aktif mengikuti kegiatan kampus--Taekwondo, seni tari, dan seni lukis.
"Apakah ada buktinya?" tanya Adipati, Presiden BEM U.
"Ada," tegas Rengganis sebelum menceritakan kejadian yang dialaminya setelah memberikan bunga mawar dan sebuah surat. "Tadi, seorang Maba laki-laki datang menemui saya di gedung S. Dia memberikan setangkai bunga mawar dan sepucuk surat cinta dari salah seorang senior. Di amplop surat itu tertulis nama Andre."
Andre langsung mengangkat tangannya ke atas, "Interupsi. Aku nggak pernah mengirimkan surat apa pun untuk kamu, Re. Sumpah!"
"Aku tahu. Maba itu dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, jurusan Manajemen. Jadi pelakunya tidak mungkin dari jurusan Teknik Sipil," jelas Rengganis.
Suara gaduh mulai terdengar. Begitu pula dengan Ankara dan teman-temannya dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Sementara itu Presiden BEM dan Ketua SEMA membaca surat cinta itu dalam hati. Setelahnya mereka hanya menghela napas, dan mengembuskannya dengan perlahan.
"Andre itu selalu gentle. Selama kami berpacaran dulu, Andre nggak pernah menyuruh atau melampiaskan egonya pada siapa pun. Dia selalu melakukan pekerjaannya sendiri, dan berusaha mengungkapkan isi hatinya secara langsung. Kalau pun kami tidak bisa bertemu, Andre akan memilih menelepon dibanding menulis pesan apalagi surat," ungkap Rengganis yang membuat semua orang diam.
"Kalau kalian punya masalah sama aku, temui aku langsung. Be gentle, mau kalian laki-laki atau perempuan. Jangan pernah membawa-bawa orang lain. Do you think I am stupid?!" amuk Rengganis.
"BEM memang berperan sebagai sebagai agent of change, social control, fasilitator, perwakilan, dan pembangun integritas di lingkungan kampus. Tetapi semua itu ada peraturannya. Kalian nggak bisa mengerjai adik kelas kalian seperti itu. Apa kalian semua merasa keren karena sudah menjadi senior di kampus?! Senat kita sudah membuat segala peraturan agar kampus kita lebih berintegritas dibanding kampus-kampus lain.
Mungkin kalau bukan aku yang jadi korban tadi, kejadian ini nggak akan terbongkar. Apa diantara kalian ada yang pernah diperlakukan seperti itu oleh senior kalian dulu sewaktu mahasiswa baru?! Angkat tangan!" teriak Rengganis.
Beberapa mahasiswa dari BEM dan SEMA mengangkat tangannya. Membuat Rengganis mengumpat kesal. Presiden BEM U dan Ketua SEMA pun berusaha untuk menenangkan situasi yang sedikit tidak kondusif.
"Terus sekarang kalian mau balas dendam gitu?! Aku akan mengirimkan bukti percakapan Maba dan para pelaku pelanggaran tersebut.
Presiden BEM Universitas dan Ketua Senat Mahasiswa Universitas, silakan ambil alih," tutur Rengganis yang sudah terpancing emosi.
Presiden BEM U mempersilakan Ketua SEMA untuk berbicara terlebih dahulu. Ia perlu meredakan emosi karena ulah satu anggotanya yang telah berbuat onar tanpa melihat situasi dan kondisi. Rengganis bukanlah gadis biasa. Jika ingin bermain dengan Rengganis, setidaknya mengetahui apa saja hal yang dibenci sang dewi itu.
"Baik. Terima kasih kepada Re, karena telah berani melaporkan kejadian ini. Mulai siang ini, saya akan meminta beberapa perwakilan senat untuk mengawasi kalian semua yang bertugas mendampingi adik-adik kelas di PEKKA hingga acara Inaugurasi selesai," ucap Ali memulai narasinya.
Ali kembali melanjutkan uraiannya seraya memandang satu per satu para anggota SEMA dan BEM.
"Saya akan mengingatkan kalian, bagaimana kerja SEMA. Mungkin ada di antara kalian yang merasa tidak suka dengan laporan Rengganis--merasa berlebihan atau lebay. Tapi apa yang dilakukan pendamping tadi sungguh tidak bisa ditiru, dan itu termasuk kedalam tindakan bullying. Tindakan tersebut sangat tidak dibenarkan.
Senat Mahasiswa hadir sebagai badan perwakilan mahasiswa yang paling tinggi. Jadi, kedudukan senat adalah organisasi yang berada di tingkat universitas. Senat didirikan untuk menampung aspirasi mahasiswa terhadap keberjalanan organisasi-organisasi mahasiswa lainnya yang ada di kampus.
Dalam melaksanakan tugasnya, Senat mempunyai 3 fungsi utama, yaitu fungsi legislatif, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
Hemat kata, tugas lain dari Senat yaitu menjadi wadah untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dengan tataran intelektualitas serta memelihara budi pekerti dan kemanusiaan. Apa yang terjadi tadi, itu bukannya contoh dari memelihara budi pekerti dan kemanusiaan. Tetapi justru mengajarkan penindasan atau kekerasan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat dan berkuasa terhadap orang lain, bertujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Itukah yang ingin kalian ajarkan pada adik-adik kelas?"
Semua terdiam mendengar penuturan sang Ketua SEMA. Mereka seperti merenungi kejadian barusan, dan hal serupa yang telah dialami dulu. Tentang apa yang telah dilakukan seorang senior pada juniornya secara turun temurun tanpa henti. Di mana pun itu senioritas akan selalu ada.
"Tugas terakhir dari senat adalah sebagai wadah untuk menumbuhkan dan membina rasa persaudaraan serta kekeluargaan di lingkungan civitas akademika kampus.
Sebagai Sekretaris Jendral SEMA, dan perwakilan mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain, melalui kejadian tadi Re mencoba menjadi tempat untuk bersama-sama membina rasa persaudaraan dan kekeluargaan di kampus. Belajar bersama memupuk rasa empati kepada sesama.
Sedangkan BEM yang merupakan organisasi mahasiswa atau ormawa yang bekerja sebagai badan eksekutor dan mempunyai fungsi sebagai wadah untuk mengembangkan sumber daya mahasiswa. Kalian semua harus bisa memberikan contoh yang baik kepada adik-adik kelas kita. Berperilaku sopan santun, saling menghormati, dan saling menghargai satu sama lain...," tutur Ali panjang lebar, mengingatkan rekan-rekannya untuk saling berwelas asih.
Sementara itu di dalam masjid kampus, Lingga merebahkan dirinya di atas karpet bergambar sajadah sambil menutupi kedua matanya dengan lengan tangan kanan. Menunggu waktu salat zuhur tiba untuk beristirahat sejenak. Senyum Lingga tersungging kecil saat mendengar suara merdu Rengganis dari earphone di kedua telinganya. Ia begitu menuruti perintah Rengganis untuk tidak mengutak-atik ponselnya meski tugas telah selesai. Lingga membayangkan wajah cantik Rengganis yang sedang mengamuk saat ini--Cantik, berani dan pintar, sang aset masa depan.
"Re...." gumam Lingga tanpa bersuara.
Tbc.
Mon, 08 May. 23
07.06.23
Annyeonghaseyo yeoreobun....
Bagaimana? Eotteokhae?
Rhys dan Nara istirahat dulu. Kita ganti couple di sini, hehehe.
Semoga bisa menghibur. Terima kasih untuk vote dan komennya, dan juga semangatnya selama ini.
Gomawoyo....
🙏🏻🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top